Chapter 25 : Rapat 2
[ Ambush POV ]
"Aku akan melawan laki-laki berambut merah dan kalian yang lainnya.."
Aku.?
Pria itu berlari ke depanku, pedang ia cabut dari sarung dan ditebaskannya.
"Uwah?!" aku menghindari tebasan pedang besi yang sempat memotong beberapa helai rambutku. Lalu aku menendang tanah, membuka telapak tanganku ingin menyentuhnya. Tetapi dia lebih dulu melompat mundur. "??"
"Kau ingin melakukan sesuatu dengan telapak yang diselimuti mana itu'kan?"
Dia menggunakan 'Mana Eyes', itulah kenapa dia mengetahui rencanaku.
Dua rekannya memisahkanku dengan ketua dan yang lain.
"Kau bodoh.!"
"Hah!?"
"Kau bodoh. Membuat rencana yang sudah banyak orang lakukan, dasar tidak punya pikiran. Setidaknya sembunyikan niat membunuhmu itu, bodoh.."
"......."
"?" pria itu merespon setelah aku tatap. "Aku tidak tahu apa yang kau inginkan tapi kau sudah tiga kali menyebutku 'bodoh' dan satu kali sebutan yang tidak kusuka."
"Lalu? Apa kau ingin menyerangku?"
"Seperti katamu, aku tidak cukup mahir dalam menyembunyikan niat membunuh.."
Cuk.?
"Hah??" noda hitam menitik di kiri perutnya.
"Tapi apakah kau dapat merasakan 'niatku' yang lainnya.?"
"S-sejak kapan?"
"Sejak kau mengoceh dan mengejekku.."
"S-seharusnya k-kau mendengarkan.."
Aku dibuat tertawa oleh perkataannya barusan. Dia menatapku saat aku angkat jari jempol dan telunjukku terbalik ke atas.
"Hanya 'orang bodoh' cuma diam saat dirinya dilecehkan!"
"A---"
Tk.. Brusssh!!
Titik hitamku menyebar, menghancurkan bagian samping kirinya.
Red Bold :
Ledakan Noda Hitam
.A.S.T.R.E.A.
[Iksan POV ]
Setelah aku duduk, benar-benar duduk di kursi mewah ini aku dan Jeane diberi papan kayu dengan beberapa lembar kertas tertempel disana.
"Dokumen ini dikhususkan untuk para ketua dan wakil ketua tim yang mengikuti turnamen. Seperti yang tertulis di kertas, 'Penyergapan Pemberontak' diperuntukkan bagi pemberontak Astrea.." jelas kakak perempuan rambut putih, ketua Orphan. Pemuda rambut biru mengangkat tangan. "Ya, ada apa, Brost?"
"Anda bilang khusus ketua dan wakil ketua. Tapi yang ikut turnamen adalah para siswa, sedangkan yang melawan para pemberontak itu tugas penjaga dan organisasi 'itu'. Penjelasan anda terlalu sulit dimengerti, nona Foodsky.!" ketus pemuda itu, ketuanya Orphan cuma tersenyum.
Apa tadi itu adalah nama marga kakak kelas ini?
"Kau ingat'kan kejadian satu tahun lalu.?"
"Aku tidak bisa melupakannya! Siswa dan siswi yang mengikuti turnamen terbunuh oleh anggota pemberontak selain itu..."
Kak Foodsky memiringkan kepalanya. "Ya. Beberapa pemberontak berhasil menyusup serta mengacaukan turnamen tahunan Astrea. Lalu timbul pertanyaan, 'bagaimana cara mereka dapat menyusup?'.."
""...... ""
Tidak ada yang menjawab pertanyaan kakak kelas satu ini, kecuali Jeane yang dapat membaca pikiran tapi aku tidak mendengar Jeane bersuara. Akhirnya karena tidak ada yang menjawab kak Foodsky menjawab pertanyaan sendiri.
"Jawabannya mudah. Itu..." dia melipat kakinya sembari memainkan surai rambutnya. "Itu karena siswa yang mengikuti turnamen sebenarnya adalah seorang pemberontak!"
""........."" semuanya jadi hening.
Aku tidak suka ini. Kakak kelas melirikku di akhir kalimatnya. Bersamaan dengan itu aku merasakan jika Orphan berdiri tepat dibelakangku.
"Kau adalah tersangka yang patut dicurigai, kelas 1.."
"Ha.??"
"Iksan... Itu namamu, bukan?" tanya kak Foodsky. "Jika tidak salah kau masuk di pertengahan semester, yang seharusnya berdasarkan peraturan itu tidak mungkin bisa dilakukan,"
Aku tidak menyukai ini.
Aura gelap dapat kurasakan di pundak kananku, tempat tangan Orphan mendarat. Aku lirik yang lainnnya tidak ada yang bergerak, mereka terfokus ke tempatku.
"Bisa kita hentikan ini?"
""...... "" Jeane berbicara ditengah ketegangan. Ia lalu menatap kal Foodsky. "Iksan bukanlah anggota pemberontak, aku yang menjaminnya."
"Kenapa kau bisa seyakin itu, Jeane?"
"Apa kalian lupa kekuatanku.?" kata Jeane membuat kakak kelas ini bungkam. "Jika Iksan memang salah satu dari mereka mana mungkin aku membawanya ke sini. Pikirkan, Gladiska!" Jeane meninggikan volume suaranya, aku dapat melihat senyuman kecil terukir di bibir Kak Gladiska(?).
"Jeane.."
Deg.!
Entah kenapa aku merasakan getaran dari kak Gladiska, sulur biru dan ungu perlahan menyelimutinya.
"Bagaimana jika kau salah.?"
"Hm. Mind Control-ku itu absolute.!" ucap Jeane penuh percaya diri.
Drrt!!
"!?" getaran sampai menggerakkan meja, kini ada dua orang yang sedang beradu aura.
"Ketua.."
"......" kak Gladiska menghentikan tekanannya setelah Orphan memanggilnya.
"Ada apa, Orphan?"
"Bisakah anda menghentikan itu? Kita tahu kekuatan Jeane, dia bisa berbohong tapi tidak bisa sembunyi nantinya. Jeane juga calon anggota Orgnzt..kita memiliki tugas yang sama."
"Aaah! Baiklah kau menang.!" jerit kak Gladiska(?).
Aku senang masalah ini selesai. Aku tidak suka jika dipaksa bertarung hanya karena salah paham , tapi mereka kuat? Hm~~kurasa tidak buruk juga.
Tap.. Tap!
"Maaf kami terlambat..!"
Perhatian langsung berpindah ke anak tangga dimana ada dua gadis atau siswi Astrea datang.
Hm? Dia bukannya teman Yuliana.?
Siapa namanya?
"Mm.?"
"....." aku dapat melihat senyum yang perlahan mekar di wajah itu.
"K--?!"
"---kalian terlambat, kelas 1 yang ceroboh!" ucap Orphan memotong reaksi siswi berambut abu-abu pony-tail itu, dia kembali menjadi Orphan bangsawan sombong.
"Pfft." Jeane tiba-tiba menahan tawa disampingku. Dia membaca pikiranku lagi.
"Biar aku saja.."
Siswi Astrea berambut hitam panjang berhenti di dekat Orphan, dia mengenakan blazer dan rok pendek biru keunguan. "Saya Chae ketua kelompok, senior.."
"Kita membuang banyak waktu, semuanya. Kenapa kita tidak langsung ke inti topik saja, sambil menunggu kelompok yang terlambat lainnya.?" kata senior Brost(?) memberi usulan, dia cuma bosan menunggu.
Aku juga.
"Brost benar. Aku mulai ngantuk nih.." kak Gladiska terlalu jujur.
"Aku tidak keberatan jika harus menunggu. " dengkulmu, Jeane. Aku yang lelah!
Seperti tebakanku. Dia kembali tersenyum.
Haaah... Aku ingin ini cepat berakhir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top