Chapter 24 : Pemberontak di Hutan

[ Iksan POV ]

Ting..!

Pintu baja itu terbuka dengan sendirinya. Aku tidak menyangka... Perasaan naik lift seperti ini, singkat. Seperti yang Orphan jelaskan lift adalah suatu ruangan yang bekerja seperti alat yang dapat membantu orang dengan mudah naik ke setiap lantai yang ada di gedung. Jika ada yang bertingkat.

"Alat ini bagus'kan.?" bisiknya sengaja menyombong. "Jangan terlalu didengarkan." Jeane menghantam pelan bahunya ke diriku.

Haaah... Dia memang pantas dihajar.

Setelahnya aku ikut keluar dari lift, ruangan yang kami masuki adalah tempat mewah(lainnya) walau tidak VIP ini sudah terbilang bagus bagiku. Sebagian lantai dilapisi karpet merah, langit-langit dihiasi lampu permata yang indah serta tempat duduknya... Hm, itu lebih bagus dari punya Ram.

"Orphan, darimana saja kau. Lama tau~~"

"Bukankah anda yang menyuruh saya menjemput Jeane..ketua?"

"Benar juga ya? Jeane, kau lama~" seorang kakak kelas berambut putih menyeloteh tak normal di tempat duduk lantai kedua ruangan terbuka ini.

Ia mengenakan gaun yang pita menyilang di perutnya, gaun itu hanya sampai di bagian dada saja dan membiarkan bagian itu terekspos, juga memakai pita bunga dan dasi pendek di leher dan roh besar cocok untuk wanita bangsawan sepertinya.

Dan oh, ia memiliki manik yang unik, biru di kanan dan ungu di kiri. Tidak lupa topi yang kekecilan itu.

"......" tetapi dia memiliki aura yang sangat kuat. Apa dia benaran manusia?

Kami juga ikut berada di lantai kedua, mataku membulat saat melihat gadis kecil bernama Lily yang pernah satu misi denganku berada ditempat ini. Dia juga kelihatan terkejut. Tidak sepertiku, dia ditemani dua temannya dan disini banyak orang asing yang tidak kukenal.

Ngomong-ngomong bagaimana dengan yang lainnya?

.A.S.T.R.E.A.

[ Author POV ]

Bzz..

Kumpulan percikan biru mengerumuni rambut Maxwell, percikan itu berasal dari dalam hutan.

"Aku dapat dua.." lapornya.

"Aku pun.." lihat Ambush ke peta yang dia buat dengan partikel hitam.

"Diterima! "

Maya melesat keluar dari hutan diikuti Aleo, di depan mereka ada dua ekor monyet berbulu jingga seukuran manusia dewasa. Maya menebas satu membuat yang satunya refleks melompat mundur, di belakangnya sudah menunggu Aleo. Pemuda itu menghentakkan kakinya ke tanah lalu menebas ke atas menerbangkan pasak-pasak batu, monyet terakhir berhasil dikalahkan berkat serangan Aleo barusan.

"Dua Manje berhasil dikalahkan.." beritahu Aleo lewat Connect.

"!"

"Ketua, dibelakangmu!"

Bayangan raksasa hadir dibelakang Maya. Raksasa itu mengarahkan cakarnya ke Maya. Aleo berdiri cepat tiba-tiba sudah berada di depan bayangan itu.

"Kuh.!"

"Aleo.." Aleo menahan cakar dengan pedangnya.

"S-saya baik saja. Yang penting kita harus melakukan sesuatu dengan beruang ini.."

"Ambush, disini ada Big Bear. Segera kirim bantuan.." pinta Maya.

"Dilaksanakan, Nona Maya!"

"?" Maya menatap ke atas, Maxwell melayang di udara. Maxwell mendarat tepat dibelakang Big Bear. Kilatan biru mengelilinginya.

Jdar!

Petir biru menyambar dari atas langit, menumbangkan Big Bear.

"Seperti Iksan saja.." pikir Maya.

"Ketua, bagaimana keadaannya?" tanya Ambush lewat Connect. "Kami baik-baik saja sekarang."

"Nona Maxwell, anda terlalu berlebihan tadi.."

"Ahaha. Maaf-maaf aku terbawa suasana tadi, soalnya menarik sih.." ucap Maxwell kelihatan senang.

Tidak lamab setelahnya Ambush datang dan mereka melanjutkan perjalanan.

"......"

"Hmm? Ada apa?" bingung Ambush kepada Maxwell yang menatapnya sedari tadi.

"Mm~~pemimpin Jeane dan Iksan lama ya?"

"Kau benar. Jika mereka datang lalu meminta maaf aku tidak akan diam saja, aku akan beri mereka hukuman.."

"Aha.? Kau unik, Ambush.."

"Mereka akrab.." gumam Maya. "Nona Maya sendiri, bagaimana.?"

"Eh?" Maya terkejut mendapat pertanyaan dari Aleo. "Maksud Aleo??"

"Saya dan nona Maxwell sudah lama saling kenal tapi nona Maya dan kak Ambush baru satu tahun. Bagaimana dengan itu.?"

"Hmm...." pikir Maya sempat melirik Ambush yang sedang berbincang.

"Ambush... Cuma anggota komite-ku. Tidak lebih dan tidak kurang.?"

"Owh.."

"Hm? Kenapa?" tanya Maya, bingung akan reaksi dari Aleo.

"Bukan apa-apa." balas Aleo lemah, dikejauhan ada Ambush yang tertusuk panah imajiner.

Target ditemuk--

"?"

"Ambush??" intip Maxwell dari belakang melihat Ambush tiba-tiba berhenti.

"Sepertinya aku mendengar suara orang selain kita.."

"Disini? Aha, mana mungkin.." kekehnya, Maxwell berjalan duluan. "Benarkah begitu.?"

Dibalik dedaunan ada sekelebat bayangan yang bersembunyi, darah mulai mengalir dari lubang ditengah dada bayangan itu. Pemuda berambut merah dan kelompoknya mengelilingi bayangan tadi.

Itulah akibatnya jika masalah denganku!

Berpindah ke tempat tihae remaja, yang sedang mencari kelompok yang seharusnya ada Iksan di sana.

Max mengenakan pakaian lengkapnya berupa jas biru, pelindung dada kulit, sarung lengan hijau tua sepanjang bahu dan sepatu berburu kuning di atas paha.

"Hei Max, apa kau yakin kelompok Ik San ada disini?" tanya In tidak bisa diam karena In pindah ke satu pohon ke pohon lain.

"Itu yang aku dengar dari yang lainnya.."

"Angin bilang kau berbohong. Dan sejak kapan kau punya teman?"

"Lalu kenapa kau mengikutiku?"

"T-tidak salahnya percaya sesekali, b-bukan.?"

Max menghela nafasnya lelah melihat In dan teman yang ia bawa-- Lio, yang sedari tadi cuma diam.

"Aku harap benar-benar ada disini.."

"Apanya??"

In menatap Max dengan tampang penasaran.

"Bukan apa-apa." jawab Max datar.

"......"

!

Lio mendadak berbalik badannya, begitu juga In.

"Ada yang datang.."

Angin menebas terbang ke tempat ketiganya. Lio menghembuskan nafas kuat yang dapat bertabrakan.

Melody Magic :
Vol. High Sigh

Alunan tangga nada bermunculan saat hembusan Lio bertabrakan dengan sesuatu. Sosok manusia muncul dari ketiadaan, mentarget Lio.

Tsk!

Sebuah anak panah tertancap di bahu kanan si penarget, Max menembak orang Itu dari belakang In.

"Menjauh dari sahabatku!!" seru In menghempaskan si penarget dengan anginnya. "Orang itu bahkan belum sampai 4 meter. Dia terluka berlebihan." sweatdrop Max.

Max berilah ke satu arah dimana seorang pemanah memantau mereka dari atas(?). Orang tadi?

Dia sudah menjadi bayangan karena 'cuma' tiruan.

"Hei In.."

"....."

"Aku tidak mau menjelaskan semuanya sekarang, ada yang harus kita lakukan saat ini!"

"Aku mengerti.." In dan Lio bangkit berpasangan. "Aneh saat Lio diserang karena dia bukanlah seorang petualang maupun siswa akademi... Orang tadi itu dia pasti seorang pemberontak!"

"?!" laki-laki itu mengangkat busur dan anak panah, lalu ia arahkan ke tempat Max. In juga diberitahukan angin sontak menatap ke arah Max, menatap.

"Max.!"

"Aku juga merasakannya.."

Max mengangkat busur serta anak panahnya dan melakukan hal yang sama seperti si pemanah. Busur keduanya disinari cahaya biru dan juga kuning.

Arc Skills :
Flash Bullets

Tsk!!

Kedua anak panah itu dilepaskan bersamaan, benturan cahaya tercipta di atas langit. Cahaya itu sampai ke kelompok Ambush.

"Apa? Ada yang bertarung.?" tanya Ambush, sempatnya bertanya.

"......"

"nona Maya.!" teriak Aleo tiba-tiba. Mereka semua sontak membalikkan badan, seseorang dengan kain merah terikat di tubuhnya berdiri bersama rekan-rekannya.

"Siapa?"

Satu dari mereka mengukir senyuman. "Aku akan melawan laki-laki rambut merah, kalian boleh membunuh lainnya.."

Aura mulai terlihat membatasi jarak mereka. "Mari kita bawa kembali kejayaan untuk rumah kita!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top