Chapter 23 : Rapat 1

[ Author POV ]

Ainground berjalan dengan watak sombong, wajah angkuhnya tersenyum kepada Winwwr yang duduk di kursi kerjanya. Niat tidak baik terlihat jelas di muka wanita satu ini.

"Kerja bagus, Robin. Berkat salah satu anak buahmu benda busuk itu tidak ada lagi, huuu.." wanita itu melangkah pergi dengan mood baik, berbeda dengan pria bertudung hijau, di matanya memancarkan kemarahan.

"SIAL!"

.A.S.T.R.E.A.

Sementara itu semua pelajaran yang ada di kelas ditunda, pihak kantor sibuk mengatasi 'serangan' dari para penduduk. Mereka takut serangan selanjutnya akan datang. Kenapa ke akademi?

Karena disanalah titik utama Astrea.

Dan lebih daripada itu, beberapa murid senang dengan pengumuman yang terpajang di mading umum akademi. Di mading dipajang kelompok-kelompok yang akan mengikuti Turnamen Astrea, termasuk kelompok Iksan.

"Kita masuk turnamen, teman-teman... Walau di akhir sih." cetus Ambush mengangkat kedua tangannya.

"Syukurlah.." lega Maya.

"Kerja bagus. Dengan ini kita dapat target.."

"Targetmu, maksudnya.?" potong Iksan menatap Jeane sambil sweatdrop. Jeane menggeleng. "Santailah sedikit. Kita memiliki tujuan masing-masing."

"Aku ingin mendapatkan banyak ilmu agar dapat menjadi seorang Master yang hebat.."

"Mencari teman.?" pikir Ambush.

"Lihat? Ambush bahkan memiliki tujuan.."

"Heh?"

Iksan meratapi tujuannya. "Aku ingin... Menghajar wajah kakak sialan itu!"

"Aku ingin lebih kuat!" jujur Iksan(?). Jeane tambah tersenyum. "Senang melihatmu bersemangat."

"Salah jika aku tidak semangat?"

"Tidak-tidak.." Jeane menggerakkan tangan dan kepalanya cepat.

Lalu Jeane mendapat suatu ide. "Hei semuanya, bagaimana jika kita melakukan itu?"

""Hmm???""

.A.S.T.R.E.A.

[ Iksan POV ]

Raid??

"Ya, aku dengar ditengah kota ada dungeon untuk melatih pemula.."

"Pemula? T-tapi Nona Jeane--"

"-?" Senior Maya diam setelah ditatap Jeane.

"Dungeon itu memang dikhususkan buat pemula tetapi juga pro."

"Apa maksudmu.?"

"Sebenarnya dungeon itu adalah reruntuhan kuno. Dan dipertengahan lantai kita akan bertemu dengan monster-monster kuat, terlebih ada harta karunnya.."

Itu yang dia katakan.

"Aku mengerti. Jadi Nona Jeane mengharapkan kita mendapatkan benda pusaka untuk dipergunakan saat turnamen nantinya.?"

"Kurasa dia cuma ingin melihat kerja sama kita saja.." batinku.

"Ide yang bagus.!" Aleo tiba-tiba bersemangat disamping Maxwell.

"Haaah.."

Setelah itu aku yang mendapatkan tugas untuk menjemput kedua orang ini. Dan kebetulan sekali mereka sedang bersama.

"Aku tidak sabar ingin segera ke Unknown Astrea..penunggunya

"Aku juga. Dengar-dengar dungeon itu telah ada selama 100 tahun lebih dan belum ada informasi akan lantai ke 150 ke bawah... Ini sungguh menarik!"

Aku juga mendengar itu dari In(untung dia tidak ikut). Cerita rakyat menjelaskan jika dengan itulah yang memulai terbentuknya Astrea, katanya 'seseorang' keluar dari sana dan menciptakan Astrea saat ini. Tidak ada keterangan lanjutan, bahkan di perpustakaan menyebutkan bila itu hanya sebuah mitos.

Mendengar hal itu dinyatakan mitos membuat jiwa petualangku berkobar. Aku merasa antusias untuk yang satu ini.

"Iksan.!"

"?" tiba-tiba saja ada suara yang memanggilku, disaat kami hampir sampai.

"Iksan, disini.."

Ini terdengar seperti Jeane.

"Hai, kau baik saja?"

"A-ah.?" aku agak kaget Maxwell menyentuhku. "Kau bakal tertinggal lo.?"

"M-maaf... Aku ada urusan sebentar!" bohongku berucap. Aku berjalan pergi ke arah lain, tepatnya ke asal suara itu.

"Dimana?" batinku bertanya.

"Belok kiri dipertigaan dan berhenti di resto.."

"Resto??"

Aku ikuti arahannya. Dugaanku ternyata benar. Jeane berdiri di depan suatu bangunan seorang diri, ia memalingkan mukanya ke arahku dan menyambutku selalu sambil tersenyum.

"Kau tepat waktu, Iksan.."

"Karena aku berlari. Jadi apa maksudnya ini??"

"Pertama izinkan aku meminta maaf, kedua ini penting. Kita ada rapat! "

"Rapat?" diwaktu sama pintu resto dibuka oleh laki-laki berseragam ungu mewah, dan aku mengenal kakak kelas yang satu ini. "Hai Orphan~~" sapa Jeane ramah. "Hai juga, Nona Jeane yang cantik." sahutnya, laki-laki itu mengambil satu tangan Jeane lalu menciumnya. Mata kami kebetulan saling tatap.

"Aku mencium bau 'sampah'.." celutuknya mengarah kepadaku.

"Sudahlah~cukup bercandanya. Dia wakilku, Iksan.."

".... " aku hanya mengangguk, menahan dengan sabar tatapan merendahkan itu.

"Dia murid kelas 3, Orphan Wear Losage. Orphan calon anggota Leader Orgnzt sama sepertiku dan... Sepupu Maya Losfeather!"

"SEPUPU??!"

"Yang benar saja.?"

Aku dengar dia adalah orang yang 'sangat' kuat, tapi Senior Maya tidak memberitahukuum tentang hal ini. Sepupu? Mereka sangat berbeda, ditambah dia calon anggota Leader Orgnzt.

"Silahkan Jeane, yang lain telah menunggu.."

Tentu ada lagi. Siapa lainnya itu?

Aku memasuki Resto de Brilliante di distrik tengah, dekat akademi. Dilihat dari nuansa megah serta tingkat kebersihannya tempat ini kuasa incaran para bangsawan, ya tempat ini cocok untuk mengadakan suatu rapat. Yang membuatku lelah adalah kami mesti ke lantai 5 dari tengah. Kenapa aku bilang begitu? Itu karena saat aku masuk tempat ini, di ruang sambutan yang sangat luas dan ada tiga jalur berbeda, kiri, kanan dan tengah yang kami lewati.

"Hei Jeane, apa dia serius kita harus ke lantai 5?" tanyaku lewat hati.

Jeane sejenak mengintip. "Pasti melelahkan jika jalan kaki'kan?" aku membuat ekspresi lelah, sedangkan dia sempat-sempatnya tertawa. "Tenang. Disini ada benda yang disebut elevator atau lift. Jadi kurasa kita tidak akan jalan kaki terus?"

"Apa itu lift?" tanyaku spontan. Sialnya Orphan mendengar pertanyaanku. "Kau beruntung dapat merasakan sensasi lift, rakyat jelata. Itu adalah sebuah tranportasi yang memanfaatkan tenaga listrik untuk dapat bergerak.."

Tidak usah bertanya bagaimana ekspresiku saat ini, namun setelah mendengar benda bernama 'lift' ini membuatku penasaran. Bagaimana bentuk dan cara gunanya.!?

Apakah ayah bisa membuatnya juga.?

.A.S.T.R.E.A.

[ Author POV ]

"Ini lebih sulit dari yang kuduga tapi.." Maxwell mengukir senyuman, kilat biru menguasai satu matanya. "Ini sama, tetap menarik!"

Laser biru tertembak dari mata kanan Maxwell, melubangi badan monster roh api.

"Nona Maxwell bersemangat sekali, tidak kayak biasanya.."

"Aleo.!" panggil Maya memperingati. Dibelakang Aleo menerjang dua monster roh api yang dibagian tengah sampai bawah terbuat dari tanah. Aleo menghindari serangannya dan menghantamkan mata pedangnya.

"Rawr.!" tiga serigala hitam yang dikelilingi asap--Wokes berlari dari arah depan Aleo.

Aliran Berpedang Tanah

Aleo menggenggam ganggang pedang, mata pedang yang menempel di tubuh monster roh api tadi terdorong 'masuk'. Aleo berteriak kuat sembari mengayunkan pedangnya, bebatuan tajam terlempar dari tubuh monster roh yang hancur dan membunuh tiga Wokes dalam waktu singkat.

"Kau tidak apa?"

"Saya baik-baik saja, Nona Maya.."

"Syukurlah.." Maya bernafas lega. "Ambush.." saat Maya berpaling ke Ambush, siswa kelas B itu telah mengalahkan banyak monster roh dan Wokes. "Lantai 18 masih terlalu mudah, seni--ketua!" pendapat Ambush.

"Aku tidak tahu jika kau sekuat ini, kukira kau semacam maskot, Ambush.."

"Urgh? Kalimatmu menyakitkan, Kak Maxwell.." ringis Ambush ingin menangis.

"Aku senang semuanya baik-baik saja.." Maya memperhatikan lingkaran teleportasi yang menuju ke lantai selanjutnya.

Semantara itu dilantai 20 Unknown Astrea, sekelebat bayangan tengah berkumpul. Mereka mengenakan kain merah yang diikat di badan dan beberapa orang bertudung hijau.

"Sesuai janji. Kami Robin akan membantu kalian demi 'tempat kita'.."

"Kalian tenang saja, tujuan kita sama untuk menghidupkan kembali rumah lama kita. Kami, Strayer Red akan bekerja sama dengan kalian.."

Mereka mulai membagi kelompok. Satu kelompok berjumlah 5, jumlah akhirnya ada 3 kelompok.

"Ayo kita mulai pembantaian kelas 1!!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top