Chapter 20 : Pencarian Anggota Selesai

[ Iksan POV ]

Bzz...

Aku salurkan kedua petir ditanganku lalu aku menyambar ke depan.

"?" anehnya baginya perempuan itu tidak merasa kesakitan saat petirku mengenainya. Setelah diperhatikan ada pelindung sihir disekitar tubuhnya, perempuan itu menendang lantai dan dengan cepat melancarkan tendangan memotong badan aku yang terpana menerima tendangan itu di perut.

Aku terpental keluar ruangan. Ada lubang besar saat aku meliriknya.

"T-tendangan macam apa tadi.?" batinku merasakan sakit perut.

"Iksan, kau tak apa?" panggil Senior Maya diam ditempatnya, Yuliana bersiaga di depan lawan kami.

"A-aku baik-baik saja, senior.." balasku bangkit dari terpental.

"Ik San, tolong.!" In memanggil dengan sebutan itu lagi? Bisakah kau diam agar aku dapat bertarung?!










"Ik..san?"

"??" menurutku saja atau perempuan ini baru saja menyebut namaku?

"Iksan? Kau yang namanya Iksan!?" seru perempuan berambut biru bandul itu, bertanya.

"Kalau ya, kenapa?" sahutku datar, aku berhenti siaga karena mood-ku agak hilang.

"Jeane bilang kau akan datang.."

"Kau... Orang rekrutan itu??" tanya senior, dan dia mengangguk. Suasana kembali tenang tapi Yuliana tetap siaga.

"Ada apa dengannya.?"

"Lalu, kenapa mereka diikat?" tujukku ke In dan temannya.

"Oh. Kata Jeane jika ada orang asing yang masuk aku boleh melukai. Lalu mereka berdua datang. Kau mengenalnya.?"

Jadi kami orang asing karena kau tidak mengenal kami (-_-).

"Aku kenal satu dari mereka.."

Heh?

Aku lihat kemana tatapan Yuliana, yang pasti bukan ke In. Mata Yuliana tertuju ke gadis twin-tail hijau muda.

"Aku satunya.." responku selanjutnya. Perempuan berambut biru lalu melepaskan keduanya yang terikat. In langsung berlari ke tempatku. "Ik San--?" jeritan In berhenti karena telapakku mencengkeram mukanya. "Kenapa kau bisa ada disini??" tanyaku agak mengancam wajah In.

"I-itu, itu... Ehe?" In memegangi tanganku yang tidak dapat ia lepas dari mukanya.

In menceritakan jika ia 'tanpa sengaja' mendengarku mencari anggota untuk timku dan ia 'tanpa sengaja' juga melihat isi kertas yang Jeane berikan.

Aku salut dia melakukannya tanpa ketahuan olehku. Tapi tetap saja.

"Ngomong-ngomong Yuliana, siapa gadis itu.?" cetusku berusaha mengabaikan In yang sedari tadi membuat alasan. Yuliana berhenti bercakap-cakap setelah aku memanggilnya, seperti biasa ia menatapku dengan datar namun sedingin es batu. "Dia Lio. Dan tinggalbersamaku di apartemen Master Scar Juru Masak akademi." yang menjawabnya adalah In.

"Kau beneran tinggal di sana?"

"Hmm~~" angguk In halus.

Senior Maya datang setelahnya bersama anggota(calon) baru kami. Dia mengenakan gaun biru sampai ke bawah rok warna biru dan jaket putih tanpa lengan.

"Iksan, perkenalkan dia Maxwell Blictric. Seorang worker.."

"Worker?"

Woker adalah kumpulan orang yang menerima misi secara langsung dari berbagai macam orang. Mirip Guild tapi orang yang memberikan quest yang memanggil, bukan mereka yang mencari quest-nya.

"Baiklah... Maxwell? Di kertas dikatakan ada 1 orang lagi(mana mungkin). Dimana dia??"

"Soal itu ada masalah mendadak.

""?""

"Adiknya masuk penjara dengan dakwaan mencuri. Kini dia lagi disidang.." beritahu Maxwell.

Jadi calon anggota baru satunya lagi mendapat masalah dan tidak bisa melakukan pertemuan.

"Kau tahu kita tidak memiliki banyak waktu lagi. Kita harus mendapatkan kepastian darinya, jika dia memundurkan diri maka kita akan cari yang lain saja.."

"Ik San.."

"Iksan, itu agak--"

"--Aku tahu, senior. Tapi disini harga diri kita yang dipertaruhkan. Aku tidak mau kita tidak dapat mengikuti turnamen karena 'tidak' bisa mencari anggota.."

"Aku setuju!" seru Maxwell.

"Maaf Senior Maya tapi tapi kita bertaruh pada waktu.." Senior Maya terlihat murung, pada awalnya. Lalu senior dengan terpaksa mengangguk. "Maaf, senior.."

.A.S.T.R.E.A.

Kami semua pergi ke Guild petualang yang ada di distrik barat kecuali In yang aku usir dan Lio yang menemaninya. Dan Yuliana yang mengundurkan diri, jadi hanya ada aku, senior dan Maxwell. Kami masuk ke dalam Guild, bertanya dimana sidang dilaksanakan. Resepsionis membawa kami ke lantai 2, sudut utara koridor Guild disana tertulis 'Ruang Sidang'. Nama calon anggota yang Jeane berikan itu bernama Aleo... Petualang biasa?

Di depan pintu itu telahb menunggu banyak petualang yang akan di sidang, entah itu untuk hukuman atau kenaikan peringkat.

Trett..

Pintu dibuka oleh seorang pemuda sepertiku. Dia memiliki rambut ungu muda lavender.

"Aleo.."

"Nona Maxwell.?" dengarnya saat dipanggil Maxwell. "Mereka?" lanjutnya bingung melihatku dan senior hadir dibelakang.

"Mereka adalah orang-orang yang menyewa kita.."

"...." aku menatapnya pada saat dia memperhatikan kami.

"Aleo, bagaimana dengan adikmu?" tanya Maxwell ramah. Pemuda itu, dia menunduk tangannya tergempal.

"Adikku di penjara sampai aku dapat melunasi biaya tebusannya.."

"Ada yang menjebaknya? Semisal... Bangsawan?" Aleo dan Senior Maya menatapku, aku mengerti arti dari tatapan mereka, aku ini tipe manusia yang langsung ke inti.

"A-aku tidak tahu.." jawabnya agak pasrah. Aku tidak bisa membantu kalau begitu.

Senior Maya mendekati Aleo, senior meletakkan tangannya di dada kirinya. "Begini saja. Kau membantu kami untuk dapat mengikuti turnamen, jika kau melakukannya aku-- Maya Losfeather bersumpah akan menembus biaya kebebasan adikmu." senior menawarkan dirinya, dan senior bahkan bersumpah.

Yah, memang aku tidak dapat membantu tapi Senior Maya pasti bisa karena senior kaya.

"A-anda serius, Nona Maya!?"

"Aku bersumpah.."

Aku harap semuanya selesai sampai disini saja. "Haaah..!?"

"........"

Aku melihat senyuman dibibir Maxwell, dia senang akan sesuatu.

Entah apa itu.

.A.S.T.R.E.A.

"Bersulang untuk tim kita.!"

"Bersulang? Kau saja tidak banyak kerja dan turun dari ranjangku sekarang.!"

Sekarang cuma aku dan Jeane yang duduk di atas kasur tidurku. Aku mencium aroma harum.

"Aku terkejut saat kau mengatakan jika Maxwell adalah seorang perempuan. Aku kira dia laki-laki, hahaha.."

Aku juga berpikir begitu.

"Dan Aleo..." jeda Jeane meminum jusnya, sebenarnya Jeane membawa kotak jus berserta cangkirnya ke asramaku. Ini pelangaran peraturan namanya. "Aku turut prihatin apa yang terjadi padanya." selaku sengaja. Jeane mengangguk. "Dia hanya tinggal bersama adiknya dan sekarang adiknya dituduh mencuri. Anak berumur 4 tahun mencuri? Tempat ini aneh.."

"Jeane benar dan lama-kelamaan semakin aneh.."

"Ayo Iksan, kita bantu Aleo.."

"Hah?" Jeane bangkit dari kasurku dan mengambil blazer miliknya di meja bekejarku(dia sedari tadi hanya mengenakan kemeja, berkat itu aku dapat dengan jelas mengetahui ukuran kedua gunung kembar itu. Yah, walaupun aku tidak 'terlalu' tertarik).

"Membantu? 50 koin emas, maksudnya?!"

"Ya? Kita akan memberikan Aleo 50 koin emas.

"Haha.." jangan membuatku tertawa Jeane. 50 koin emas bukanlah perkara mudah. Memangnya ada cara cepat untuk mendapatkannya?

Jeane berlari kecil ke pintu asramaku. "Tentu ini tidak mudah tetapi ada cara praktisnya.."

"Hmm?"

Jeane sampai dipintu. "Kita akan mencuri.!"

Ok... Aku tidak memikirkan cara yang satu ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top