Chapter 16 : Persatuan Rove
[ Author POV ]
Iksan turun dari atas pohon dan dengan sangat cepat melesat ke tengah kerumunan para bandit.
Blue Thunder :
Blue Strike
Blaar...
Ledakan cahaya biru mementalkan ke semua bandit yang tidak siap.
"Astrea.." ucap pelan Rinu-- wanita bersurai ungu panjang dengan bodysuit putih bergaris putih.
"Iksan, jangan terlalu jauh.." ingatkan Ambush, yang melawan separuh bandit bersama Rose.
"Tentu--!?"
Bzzs?!
Sambaran halilintar lewat di hadapan Iksan. Iksan sontak melompat backflip ke belakang sebelum halilintar menyambar.
"Halilintar?"
Tap. Tap..
"Mengejutkan kau dapat menghindar, bocah.." salut Rinu.
"Sudah wajar, bukan. Aku adalah Siswa Astrea dan umurku sudah 15 tahun, aku bukan bocah.." Rinu tersenyum tipis atas respon lawannya. Dia merentangkan sabitnya, jeritan cahaya ungu menerjang dari tempat Rinu. Iksan melangkah zig-zag ke belakang berusaha agar tidak terkena sambaran.
"Teruslah berlari, bocah.."
"Sial!"
Iksan mengumpulkan petir di tangan kanannya, meninju ke depan bersamaan sambaran halilintar. Teknik Iksan berhasil mematahkan sambaran beruntun milik Rinu.
"Bibi... Giliranku!"
"!"
Dikedua tangan Iksan menjerit petir biru, Iksan menarik tangan kanan ke belakang lalu mendorong telapak kiri ke depan. Iksan mengibaskan telapak kiri ke depan memunculkan ombak biru lalu setelahnya tinju kanan menghantam ombak menembakkan tombak petir. Rinu hanya dapat terpukau membiarkan cahaya biru menghantamnya.
Maximum Moves All Thunder :
Fistbullet
"W-wow. D-dia pergi terlalu jauh.." masam Ambush.
"....." Rose memasang ekspresi kagum(terdiam).
Asap semakin menipis. "!?" Iksan refleks melempar petirnya ke depan menangkis sambaran halilintar. Dari balik asap Rinu berdiri sehat, kilatan halilintar memutari sebuah buah apel(?) yang melayang di hadapannya.
"Apel??"
Rinu mengambil apel merah itu.
"Sampai hadiah dari tuan... Astrea, kalian memang menyusahkan!"
"Ha?"
Krauuk.?!
Rinu memakan apel itu sebagian. Angin seakan berhenti seketika.
Jdar.!
Ledakan halilintar diciptakan Rinu. Halilintar menjerit di sekitarnya, tinggi badan Rinu bertambah, tangan serta kaki ikut memanjang, ada 2 buah tanduk muncul di dahi sampingnya dan kedua mata Rinu memutih layaknya topeng.
"Itu... Sihir Perubahan? Tidak. Apa i itu?!" batin Ambush kaget.
"Sial. Iksan!"
Rinu berpindah dengan sangat cepat di belakang.
"......."
"Mati kau, bocah.."
!!!!
Ambush dan Rinu sama-sama terpukau menyaksikan apa yang mereka lihat. Lintasan biru tua memutari bagian kiri Rinu di mana Iksan lebih tepatnya menghindar. Iksan meninju ombak biru yang kembali ia munculkan. Rinu terhempas ke kanan diseret tombak petir. Jeritan halilintar menahan tombak itu dan memantulkannya ke langit.
Tangan kiri Rinu terkaget menegang menahan rasa bakar yang hebat. "Bocah ini.."
"Bibi... Ini yang terakhir."
"Hep..!" Rinu menahan tawanya.
Jdar!
Halilintar ungu meledak di tempat, Iksan memasang kuda-kuda yang sama seperti sebelumnya.
"Kau yang akan aku kalahkan, bocah
.."
Purple Lightning :
Strom
"Hyaaa!" Rinu melesat ke Iksan, halilintar ungu tertinggal di belakang tapi menyebar ke atas, Rinu terlihat seperti tembakan laser. Iksan tiba-tiba mengganti kuda-kuda dan ikut melesat ke depan.
""........"" waktu seraya berhenti. Percikan petir biru berpindah ke kedua tangan yang ada di samping kiri di waktu sama,
Blue Thunder Sword
Slash!
"........"
Tebasan vertikal lurus ke bawah berbekas di dada kiri Rinu. Iksan perlahan melepas pedang yang terbuat dari petir biru.
Blue Thunder :
Sky Cry
BLAR!!
Pilar petir biru jatuh dari langkkt dan menelan Rinu. Gelombang kejut sampai-sampai menghempaskan para bandit dan perbekalan mereka, sedangkan Ambush dan Rose berlindung di balik tetumbuhan.
"Salah satu Teknik Rahasia Keluarga Hacim versiku, Tangisan Langit!"
Ambush dan Rose keluar dari tempat perlindungan mereka. "Ambush.."
"Ya..?"
"Kau memiliki teman yang mengerikan.." senyum mengejek Rose. Tapi Ambush malah tersenyum senang. "Tapi aku senang kok.."
.A.S.T.R.E.A.
"
Kerja bagus.." puji Maya setelah kelompok Iksan kembali ke kereta dan melanjutkan perjalanan.
"Maya, Maya.." panggil Rose tidak bisa diam. Lalu Rose menarik Iksan. "Anak ini sangat kuat. Suatu keputusan yang benar kau membawanya,"
"Benarkah?" Maya menyungging senyuman.
"Senior Ambush lebih kuat jika dia serius, Kak Rose.."
"Tapi kau juga kuat..!" Rose memeluk Iksan seperti adiknya sendiri.
"Aku tidak pernah melihat serangan semacam itu sebelumnya... Petir biru."
Tok.. Tok.. Tok.
"Baiklah.." kata Maya ikut memukul pelan dinding kayu di belakangnya. "Kita sudah sampai!"
""Sudah!?""
.A.S.T.R.E.A.
Kereta gerobak yang membawa persenjataan Pasukan Astrea telah melewati gerbang atas persetujuan penjaga gerbang Kerajaan Persatuan Rove. Iksan dan semuanya turun satu persatu di belakang bangunan Guild, Coroka terlihat berada di kereta pertama, Maya pergi dari kereta kedua.
"Baik, baik. Akan saya konfirmasi.."
"Master Coroka.." Maya memanggil Coroka, Coroka menatap Maya setelah perbincangan mereka selesai.
"Miss Losfeather, aku ingin kau dan kelompokmu istirahat. Kalian akan bergantian jaga malam dengan kelompok Orphan..
"Bergantian? Apa para pemberontak berhasil menyusup..?"
Coroka mengangguk. "Itu adalah informasi yang aku terima. Tapi untuk sekarang beristirahatlah. Aku akan memanggilmu jika ada perlu.." Maya menyanggupi permintaan Coroka dan kembali.
.A.S.T.R.E.A.
[ Maya POV ]
Aku dan reguku berjalan-jalan di Jalanan Roit, jalanan penuh dengan rakyat jelata. Apa kalimatku kasar?
"Maya~~ di mana kita akan istirahatnya?" tanya Rose, mungkin dia lelah.
Aku satu regu dengan Rose, teman sekelasku. Dia adalah orang yang santai kecuali pada Ambush, karena ia sangat menyayangi kekasihnya itu(?). Itulah kenapa dia sering serius dalam hubungannya bersama junior-ku itu. Bagi Ambush..mungkin Rose adalah seorang penganggu(?). Gordon adalah salah satu anggota dari Komite Keamanan, dan Iksan...
"......."
Siswa pindahan dari Garuda, kekuatan adalah Pengendali Alam Petir dan beberapa sihir elemen. Aku dengar dia juga bisa memanfaatkan mana alam. Iksan Hacim. Aku merasakan sesuatu yang lain darinya. Menurut sejarah tidak mudah bagi seseorang untuk masuk di pertengahan semester, termasuk para bangsawan.
Tapi Iksan yang 'cuma' anak pandai besi dapat masuk?
"Senior Maya.."
"Ya.?" aku sedikit terkejut saat Iksan memanggil.
"Bagaimana dengan penginapan ini?"
"Hm.?" aku tatap bangunan kayu, ini bar. Ada banyak jendela di atas sana dan juga suara dari dalam. Ini pelayanan rendah bagi bangsawan.
".........."
"Tunggu.."
"Maya?"
"Kita akan menginap di sini.."
"".......""
""Heeeeeeh??!""
.A.S.T.R.E.A.
Byuur...
Rose merendamkan hampir seluruh badannya di kamar mandi yang kami pesan, sedangkan aku baru membersihkan sabun di rambut. Jujur, penginapan ini lumayan.
"Maya.." aku melirik Rose yang memanggil, mulutnya ia tenggelamkan. "Ya, Rose?"
"Kenapa kau mau menginap di tempat kayak gini? Kau seorang Court'kan?"
"Memang tidak lazim seorang Bangsawan Court menginap di suatu penginapan bar yang penuh orang-orang bar-bar, di awal tadi juga banyak mata memandangku.."
"Lalu kenapa??"
"Ingat tujuan kita di sini.."
"?"
"Tugas kita adalah mengirim bala bantuan, dan... Membantu pasukan melawan pemberontak!"
"!?"
"Yang benar adalah melawan pemberontak yang berhasil menyusup maduk ke Persatuan Rove. Dan mereka telah!" Rose perlahan bangkit, mendengarkan dengan serius. "Saat di bar ada seseorang yang memperhatikan kita dengan serius. Kau menyadarinya'kan?"
"Aku kira itu adalah hal yang wajar. Dia pemberontak?"
"Kemungkinan..." aku memasukkan badan, ikut berendam di satu bak yang sama dengannya. "Aku sengaja memilih bar ini sebagai tenpag kita istirahat, kenapa?"
"......."
"Karena bar adalah tempat yang ccok untuk bersembunyi, untuk penjahat ataupun seorang artis.." Rose mengangguk paham, ia berendam menghadap ke arahku, kumainkan rambutku sembari memperhatikan kuku-kuku cantik yang selalu aku rawat. "Dan kemungkinan juga Iksan menyadari akan hal ini. Itulah kenapa aku menerimanya,"
".........."
Kami diam tanpa bicara lagi sampai kami selesai mandi. Ranjang penginapan di sini memiliki kualitas yang standar, dengan sofa(?), serbet dan bantal. Oh, dan selimuti yang agak ketebalan.
Aku tanamkan rune pendeteksi sebagai alarm jika ada seseorang yang membuka pintu kamar kami. Walau sebagai jaga-jaga ada Rose di dsampingku. Para cowok ada di tiga kamar sebelah kanan kami jadi kurasa kami akan selalu siap.
"Maya.." panggilan Rose menandakan jika sudah waktunya tidur.
Aku berangkat ke ranjang, kemudian tidur.
.A.S.T.R.E.A.
Lihat, anak ini manis sekali
Hei, siapa namamu?
Cahaya itu berubah menjadi malam tanpa ada bintang satu pun. Aku sendirian.
Dasar pembohong!
Bangsawan jahat!
Gadis monster!!!
Aku tutup kedua telingaku. "Bukan. Aku adalah... Manusia."
.A.S.T.R.E.A.
"Maya.."
"......."
Rose membangunkanku. Dia menahan diriku?
"Jangan berisik.." bisiknya sangat pelan. Aku lirik ke arah pintu tidak tergerak sedikit pun. Lalu akhirnya aku sadar jika bukan itu, Rose menunjuk langit-langit.
"........"
Aku sedikit mendengar suara langkah(?) di atas kami.
Rose turun dari ranjang, ia mencoba mengikuti suara itu dari dalam. Dan pada saat itu tidak bersuara lagi kedua tangan Rose dikelilingi mana.
Plants Maker
.A.S.T.R.E.A.
Gadis bersurai hijau itu merasakan tekanan di bawah. Bersmsaan dengan itu atap hancur dihantam tanaman hijau berduri. Ia terbang di udara, Maya menendang angin dan berhenti di hadapannya. Maya mengincar kepala gadis itu namun ia menghilang sebelum kena.
"Rose, kau agak berlebihan.." gumam Maya melihat lubang besar di kamar mereka. Maya berhasil menemukan gadis tadi, dia berdiri tidak jauh dari lubang menunggu Maya.
Tap!
Maya mendarat cantik di seberangnya, sebuah pedang putih langsung dihunuskan Maya.
"Peringatan? Jangan melawan dan kabur... Anak kecil."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top