Chapter 14 : Penjaga Terowongan Bawah Tanah

[ In POV ]

Aku bersyukur Iksan mempercayaiku(?) atau dia saja yang tidak peduli suatu kebohongan?

Mana Eyes

Aku menggunakan sihir alternatif untuk membawa kami kepada orang yang 'menjaga' terowongan bawah ini. Di mataku aku dapat melihat jelas jejak mana orang itu. Dia yang memimpin di bawah sini.

Aku lirik Iksan ia mengandalkan instingnya untuk dapat mengikuti langkahku sambil berlari.

"......."

Lalu aku melihat mana berkumpul di depan. Kami hampir sampai.

Aku dan Iksan melewati pintu bata yang menjadi pintu masuk selama aku menjadi anggota Robin, di sana sudah menunggu seseorang. Sesuai dugaanku! Dia adalah seorang pria penuh otot yang membawa tongkat yang memiliki bundaran di atas dan bawah.

"In..!"

"Tuan Baquista.." aku berhenti lari, Iksan malah terus berlari.

Negative Mana :
Dark Lightning

Iksan melompat ringan dan menembakkan peluru dari lengan kanannya.

"Apa itu?!" Tuan Baquista menghantamkan serangan Iksan dengan bundaran tongkat yang telah diselimuti bola listrik orange.

"Dia menyerapnya?"

"Tuan Baquista dapat menyerap serta menghancurkan mana pada diri manusia.." jelasku.

"In, kenapa kau mengatakan hal itu? Apa kau mengkhianati kami??" tanya Tuan Baquista.

Aku langsung mengalihkan mataku dengan cepat, dan bertatapan dengan Iksan. Iksan menghadap ke Tuan Baquista, ia membuka telapaknya lalu listrik ungu tercipta di sana.

"In hanya melakukan tugas yang diberikan kepadanya.." katanya.

"Benarkah begitu, In.?" tanya tuan, dan sekali lagi aku tidak menatap tuan. "Tidak perlu takut jika kau diancam. Akan aku beri pelajaran kepada bocah ingusan ini," lanjut Tuan Baquista salah paham, tuan meningkatkan tekanan mana hingga membuat bundaran hitam di tongkat menghasilkan jeritan listrik orange.

""!!"" sejenak aku melihat udara bergetar.

"Apa yang---"

Bzzzz...

Listrik ungu mengelilingi kedua kaki Iksan dan matanya berubah.

"Aku bukan bocah. Dan sekali lagi kau menyebutku dengan itu, aku akan membunuhmu!"

Aku tidak tahu kenapa, tapi ancaman barusan tadi sangat nyata. Iksan mau membunuh Tuan Baquista. Tuan berubah ke posisi tarung, tongkat ia putar ke belakang dan membuat listrik bertebaran.






Apa yang harus aku lakukan?

.A.S.T.R.E.A.

Daar...

Listrik orange dan ungu saling menghantam, sisa-sisa sambaran terpecah ke segala arah menghancurkan dinding.

Iksan dan tuan bertarung dengan seimbang. Iksan menggunakan kelincahan dan badannya untuk menghindari setiap gerakan dan serangan berat yang dilancarkan tuan, Iksan juga menggunakan pisau yang seluruhnya berwarna hitam.

Suction & Neutral :
Lightier Bomber

Tuan Baquista memutar tongkatnya menciptakan tembakan acak cahaya dan mengayunkan tongkatnya ke depan menciptakan sambaran petir dari langit. Iksan dengan nekat malah melangkah maju. Badannya dapat menghindari hujan petir yang tidak dapat diperkirakan kapan jatuhnya. Iksan menerjang lutut kiri tuan, memutar badannya dan mendaratkan tendangan sabit berputar ke pipi kanan Tuan Baquista.

Teknik Menebas Hacim :
Tembakan Cahaya Bulan

Slash!

Sayatan kecil tapi cepat membutakan mata sebelah kanan tuan. Tuan melangkah mundur dan menatap marah.

"Gawat!"

Sesuai tebakanku. Tuan Baquista melepas kedua bundaran hitam pada tongkatnya lalu memasangkannya di kedua tangan.

Lightier Bomber :
Strike Punch

Tinju lurus deras menuju target terbang ke perut Iksan. Iksan menyilangkan tangannya tapi tetap terpental walau sudah melindungi bagian fatal. Sosok Iksan menghantam kasar dinding di sudut kananku.

"Aku akui, bocah. Kau adalah orang kuat tapi tetap saja kau minim pengalaman.." kata tuan. Kedua bundaran hitam itu menyala orange bersinar menutupi ruangan ini. Serangan itu..?!

Lightier Bomber :
Lions Hands

BZZ...!

Listrik menjerit hebat dikedua telapak tangan Tuan Baquista. Sepasang kepala singa yang meraung muncul di sana.

"Aku akan membunuhmu dengan teknik terkuatku, bocah.." geram tuan bak hewan buas. Iksan perlahan bangun dan cahaya biru tua tiba-tiba meledak. Aku dapat mendengar kata 'lambat' dari 'angin' pada saat bibir Iksan bergerak.

Iksan menatap dengan manik biru tua bercahaya itu. "Aku terima tantanganmu, pria berotot!" aku bingung saat keduanya tersenyum.

Tuan Baquista menerjang sambil berlari ke tempat Iksan, sedangkan Iksan membuat posisi(?).

Maximum Moves All Thunder :
Seawave

Waktu terasa berhenti saat keduanya saling melancarkan serangan. Sayap Angin, kekuatan yang hanya dimiliki olehku, kekuatan di mana aku dapat mendengar suara angin. Angin salah satu elemen terkuat dan memiliki hubungan dengan waktu, itulah kenapa pemandangan ini sering terjadi.

Apa yang 'dilihat' angin, maka aku juga bisa melihatnya. Ini adalah kekuatan yang menyebalkan.

.A.S.T.R.E.A.

[ Author POV ]

Gadis muda bersurai hijau gelap itu terpental ke bawah, Scar memukulkan tongkatnya hingga membuatnya terpental. Tapi gadis itu segera bangun dan melompat ke gedung lain, Scar hanya tersenyum.

"Gerakan yang bagus tapi masih amatir. Hei.." seru Scar memanggil. Gadis itu diam sambil menggenggam dagger-nya. "Beri aku suatu petunjuk. Di mana pemimpinmu? Maka aku akan membiarkanmu lolos,"

"Omong kosong!" bisiknya.

Lengan kiri gadis itu diselimuti aura hijau, dari udara sekitar tertarik mana alam menyelimuti lengan itu. Scar terlihat mendesah. "Gadis yang keras kepala..."

.A.S.T.R.E.A.

[ In POV ]

Aku memasuki ruangan yang tidak pernah kumasuki. Walaupun di dalam minim penerangan tapi berkat Sayap Angin aku dapat mengetahui letak seluruh benda yang ada di dalam sini. Diriku berhenti di depan sebuah peti kayu, aku salurkan angin di jariku memutar kunci peti sampai terbuka. Aku gunakan angin untuk mengambil kertas dokumen yang isinya tidak aku tahu, karena gelap.

Aku melangkah keluar... Pertarungan telah selesai dan dimenangkan oleh Iksan. Sementara Tuan Baquista bersandar di dinding dengan bau gosong.

"Hei In.."

"?"

"Maaf..karena telah membunuhnya." bisik Iksan saat mendekat, lalu dia berbalik badan berjalan ke pintu keluar.






Aku baru sadar... Jika punggung Iksan mirip seorang anak kecil. Tapi aku tidak boleh mengatakan itu, atau Iksan akan menyambarku dengan petirnya.

Hehe..

"Ik San, tunggu..!" tanpa sadar aku memanggilnya dengan logat Parks, dan mengejarnya.

.A.S.T.R.E.A.

[ Author POV ]

Reefa memasuki ruangan yang dipenuhi oleh master-master yang mengajar di akademi tapi tidak ada Scar di antara mereka. Reefa berdiri di samping tempat duduk, ia mengeluarkan sebuah dokumen yang ternyata isinya adalah sebuah peta. Semua master fokus ke peta itu.

"Mataku tidak salah lihat'kan?"

"Apa yang ada di dalam peta ini adalah rencana musuh.." benarkan Reefa.

"Simbol-simbol itu.."

"Ini akan merepotkan.!"

""........"" mereka fokus terhadap argumen yang mereka buat sendiri.

Brak?

Dan tiba-tiba pintu terbuka, seseorang dengan mahkota memasuki ruangan.

""Ratu?!"" kaget mereka buru-buru berdiri, kecuali Reefa yang sudah berdiri duluan.

Scar mendengarkan dari kegelapan, ia menjauh pergi dari tempatnya. "Jika banyak yang ikut dalam rencana ini.? Semuanya--- Astrea akan hancur. Aku harus melaporkan ini ke Ardian!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top