Chapter 12 : Kejanggalan 'Dimulai'
[ Author POV ]
"Dibatalkan?!" kaget Lily setelah mengetahui pekerjaannya dibatalkan. "L-Lalu hadiahnya..?"
"Woi, itu tidak penting saat ini. Pertanyaannya adalah 'kenapa'.." batin Iksan menyerobot.
Wanita bersurai pirang twin-tail panjang itu mengangguk pelan. "Quest-nya dibatalkan setelah para menteri memikirkannya kembali.."
"Kenapa?" tanya Iksan penasaran. Pria tua pemilik toko terlihat lebih berkeringat ketimbang para murid Astrea.
"Setelah kembali memikirkan tentang quest ini kami menemukan suatu kejanggalan.."
"Kejanggalan?"
"Permata yang dicuri bukanlah permata biasa, melainkan pertama milik Ratu Astrea.."
"........."
""Eeeeeehhh???"" pekik ketiganya.
"Permata Ratu? Lalu... Kenapa ada di toko ini??" Iksan menatap pria pemilik toko dengan penuh penasaran.
"Paman, kenapa paman cuma diam saja. Jelaskan dong.!" pinta Lily ingin berteriak. "Gara-gara itu usahaku jadi sia-sia buat cari uang saku," lanjutnya.
Semuanya sweatdrop atas pernyataan Lily.
"S-Sebenarnya ini rahasia karena ratu sendiri yang memintaku.." sahutnya gugup.
Wanita twin-tail pirang itu, berlanjut. "Permata Ratu Astrea memiliki keistimewaan dimana permata itu dapat menyerap mana alam tanpa ada batas, ratu menggunakannya untuk meningkatkan daya hidup hutan, hewan dan lingkungan sekitarnya. Tapi bukan hanya itu, dampak dari sudut pandangan negatifnya adalah permata itu juga dapat menyerap mana pada suatu makhluk hidup.." jelasnya.
"Ini lebih buruk dari yang aku kira.."
"Maka dari itu aku ingin kalian berhenti. Ini sudah menjadi diluar batas kalian, ini masalah Astrea.."
"B-Bagaimana dengan hadiahnya?"
"Kau masih saja bertanya itu?" batin Iksan tak habis pikir.
"Maaf.." sesuai alur wanita itu hanya bisa meminta maaf.
"A-A-Aku tidak bisa menerimanya!" jerit Lily tanda pasrah.
"Sudahlah, kecil. Jika kau diikutsertakan juga, kau tidak akan dapat membantu banyak.." cetus Iksan.
"Hah? Siapa yang kau sebut 'kecil' itu.?!"
"Siapa lagi kalau bukan kau.."
Perdebatan Iksan dan Lily menjadi pelengkap sebelum mereka ingin keluar.
"Kau Iksan..kan?" panggil wanita twin-tail pirang yang mengaku Master Astrea. Iksan yang terpanggil sontak saja berhenti, In juga berhenti di depan pintu.
"Ada apa, Master..?"
"Scar bilang kau 'dapat' membantu.."
"Hah? Jangan bilang..!?" batin Iksan pucat.
"Ada gadis itu juga diminta oleh Scar.." tunjuknya ke In. In hanya mengangguk pelan.
"T-Tunggu Master. Apa maksudmu--"
"--Kalian berdua ikut aku. Kalian mungkin dapat 'membantu'. Scar yang menjaminnya untukku.." serunya memotong kalimat Iksan.
"Anda pasti bercanda.."
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
Aku kira aku bisa dapat uang dengan alasan quest dihentikan. Tapi kurasa Kak Scar sudah membuat rencana cadangan agar aku tetap 'bekerja', mungkin saja dia mempunyai banyak rencana cadangan saat ini.
"Master--" In berhenti dibelakangku, mulutnya ingin mengucapkan sesuatu.
"--Reefa!" suara wanita twin-tail pirang memotong kalimat In. "Panggil aku Reefa,"
Jadi namanya Reefa.
"Umm.."
"Jadi, ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Master Reefa.
"A-Apa benar Nyonya Scar yang meminta anda?"
"Itu benar.." In menunduk setelah mendapat jawaban. Sepertinya In benar-benar mendapat masalah.
"Hmm?" Master Reefa menatapku setelah aku mengangkat tangan.
"Kenapa pakaian anda seperti itu, master?" tanyaku. Siapa yang tidak penasaran dengan pakaian yang tengah dikenakan oleh wanita ini, itu terlalu 'terbuka' dan juga tembus pandang.
Master Reefa merona, aku hanya berekspresi datar agar dia mengira aku tidak tertarik. Menurutku kulitnya sangat terlihat, itu tidak baik. Ibuku saja yang mempunyai badan 'sempurna', menutupnya(mungkin).
"S-Sebenarnya ini adalah seragam sihir.."
"Alasan macam apa itu?"
Tes.. Drss..!
Diwaktu bersamaan hujan tiba-tiba saja turun.
Aneh. Padahal tadi cerah. Saat aku kembali menghadap ke Master Reefa, rautnya sedikit berubah.
"Master Reefa..?" panggilku.
"Ada yang aneh.."
"Hmm?"
"Mana-nya... Berubah."
"Apa maksudmu mana-nya berubah, In?" bingungku. Aku tatap keluar hanya ada tetesan hujan.
Master Reefa berjalan melewati kami dan keluar dari toko.
Aku dan In menyusulnya dari belakang. Sesampainya diluar tidak ada keanehan, semua sama saja.
"Apanya yang berubah? Mana alam terasa biasa-biasa saja.." terangku.
"Apa kau tidak bisa merasakannya, Iksan?"
"Apanya?"
Disela percakapanku dengan In, Master Reefa menyela. "Ada yang menciptakan hujan ini!"
"Maksudnya... Sihir?"
Kiiiingg...
ReConnect yang ada disaku blazer-ku bereaksi. Aku jawab panggilan yang masuk.
"Hei Iksan, apa disana hujan?" suara Kak Scar terdengar dari sana. Benda ini canggih.
"Disini hujan. Apa disana hujan juga, kak?"
"Disini tidak. Tapi..."
"Hmm?"
"Bagaimana menjelaskannya ya..? Argh. Intinya ada keanehan. Setengah wilayah Astrea kehujanan dan setengahnya kepanasan!"
"Hah? Apa itu? Aku tidak mengerti.."
"Pokoknya beritahukan saja hal ini kepada Reefa dan juga bilang begini.." aku tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan oleh Kak Scar, tapi setelah mendapat pesan darinya ReConnect dinonaktifkan.
"Dari Scar?" Master Reefa mendekat. Aku mengangguk mengiyakan.
"Apa katanya??"
"Kata Kak Scar... 'Waktunya bekerja'!"
.A.S.T.R.E.A.
[ Author POV ]
Kristal berwarna merah keunguan gelap itu berhenti bereaksi, seorang wanita bersurai merah cardinal berdiri di atas atap apartemen 'yang tidak basah'. Dan dia hanya mengenakan sweater tanpa ada bawahan.
"Akhirnya mereka bergerak juga.." bisik Scar.
Tap..
Atap bergetar pelan, angin berhembus pelan menerbangkan surainya.
"Aku bertanya kapan kalian akan keluar..? Diluar dugaan ternyata secepat ini.."
Scar berbalik dan menatap gadis kecil bersurai hijau gelap yang membawa dua pisau dikedua tangannya.
"Pemimpin menyuruhku untuk membungkammu, Subjek Berbahaya.."
"Subjek Berbahaya? Kasar sekali~~" Scar berkacak pinggang. "Mau bagaimana lagi~? Pemimpinmu tidak memiliki pilihan lain, gadis kecil. Dan juga kurasa dia terlalu meremehkanku.."
Sesuatu yang merah perlahan keluar dari telapak tangan Scar dan membentuk tombak. "Mengirim anak kucing ke kandang harimau..!"
.A.S.T.R.E.A.
Iksan dan In berlari dibawah rintikan hujan menuju ke titik awal. Terowongan bawah tanah. Disanalah kubu musuh berada.
Kubu Pemberontak. Mereka adalah kelompok yang menentang adanya Astrea. 10 tahun yang lalu mereka menentang kekuasaan Astrea lalu menyerangnya. Perlawanan mereka terhenti setelah pemimpin mereka terluka parah.
Organisasi hanya diketahui saat ini hanya 5 yang mendukung revolusi mereka. Dan perlahan mengasah kekuatan untuk kembali menyerang.
Tentu tidak sepenuhnya dijelaskan, karena Iksan masih siswa akademi yang tidak tahu apa-apa. Tapi dia diminta untuk membantu tanpa tahu alasan dibalik semuanya.
Pencuri Baik Hati, Robin. Adalah salah satu yang mendukung revolusi kubu pemberontak. Motif mereka adalah mencuri demi kebaikan. Mereka mencuri barang-barang berharga lalu menjualnya, hasil tersebut dibagikan kepada orang-orang miskin yang ada diluar Astrea.
Lalu apa masalahnya?
Cara mereka yang salah, dengan mencuri barang(?).
Iksan dan In hampir sampai di depan anak tangga yang menghubungkan dengan terowongan bawah tanah, tapi di depan anak tangga telah menunggu sekelompok orang berjubah dengan busur serta anak panah.
"In, kau hilangkan keseimbangan mereka lalu aku--" perkataan Iksan terhenti saat menatap ke arah In, yang melamun.
"Yang benar saja. Sekarang?"
Iksan mengeluarkan petirnya tapi terhenti ditelapak tangan.
"Jadi begitu.? Mereka merubah mana alam agar penyihir tidak dapat menggunakan sihir mereka dengan maksimal dan ini sangat merugikan untukku. Tanpa mana alam aku tidak dapat mengeluarkan petirku.." pikir Iksan.
Iksan berdecak melihat In masih melamun.
"Tidak ada pilihan lain.."
Iksan tiba-tiba saja berhenti berlari, kedua tangannya ia rentangkan, dari jari-jari mulai keluar cahaya ungu.
Negative Mana : Dark Lightning
Nzsss...!
Listrik ungu tercipta di depan Iksan. In yang baru saja sadar dari lamunannya, memekik pelan saat listrik ungu itu menyambar melewati dirinya.
Dragon Fang
Dhuar!
Listrik ungu Iksan meledak tepat ditempat kelompok orang berjubah itu.
"In!!" teriak Iksan keras.
Butuh waktu untuk mengetahui keadaaan. In mengibaskan tangannya, menciptakan angin yang mementalkan semua orang itu dari depan anak tangga. Mereka semua berserakan dengan badan mereka sesekali bergetar.
"In, aku tahu kau sedang banyak pikiran tapi kita ada tugas disini.." tegur Iksan. Kedua tangan Iksan juga ikut bergetar kaku.
"Sial. Aku juga kena setrum.."
"M-Maaf.." menunduk In.
"Kau ada hubungan dengan organisasi ini, bukan?"
"!" tubuh In bergetar saat Iksan menyeruakan itu. In menutup kedua matanya takut.
"Pergi sana!"
"Eh??"
"Aku bisa mengatasi ini sendirian.." Iksan berjalan menuruni anak tangga.
"K-Kau tidak akan membawaku ke tempat Master Reefa..?" tanya In memberanikan dirinya.
"Aku tidak suka kembali ke tempat yang sudah aku datangi, lalu kembali lagi ke sini.." jawab Iksan dingin.
Sosok Iksan telah turun tapi suaranya masih sampai ke telinga In. In menggigit bibirnya sendiri.
"Pergilah selagi ada waktu... Penakut!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top