Chapter 11 : Menangkap Pencuri
[ Author POV ]
"D-Disini, bukan..?"
"Sepertinya begitu.."
Iksan dan In berdiri didepan sebuah toko perhiasan yang bertuliskan 'Toko Permata Distrik Barat Astrea'.
"T-Tidak salahnya mencoba.." Iksan membuka pintu toko, dan...
Electric Maker :
Thunder Offense
Jdar...!
Baru Iksan membuka pintu toko, dia dan In disambut oleh seseorang yang mengenakan topeng hitam terlempar ke arah mereka.
"Heh? Apa yang--?"
Orang itu berhenti tepat di depan Iksan, dinding angin menahan badan besarnya. In menggerakkan tangannya ke samping dan orang itu terjatuh di lantai.
"Siapa kalian? Apa kalian perampok juga?!" tanya gadis bersurai biru di depan meja kasir.
"Serang saja jika mereka merampok.." tambah seorang pria tua yang bersembunyi dibalik meja.
"Perampok? K-Kami bukan.." bantah Iksan.
Iksan menggerakkan tangan kanannya pelan ke bawah, petir kuningnya menyambar orang yang terkapar dilantai-- yang diketahui sebagai perampok.
"Kami dari Astrea!" seru Iksan.
"Dari Astrea?"
"Bos, kita sepertinya merampok diwaktu yang salah.."
"Berisik. Cepat kita kalahkan, mereka cuma anak-anak.." pria yang memiliki badan kekar itu memerintah dengan kasar.
Di dekat meja kasir masih ada lima perampok yang mengenakan topeng kain hitam menutupi wajah mereka.
"In, kau dukung aku dari belakang.."
"Baik.."
Iksan menciptakan dua tombak petir disamping kanannya, melepaskannya tanpa takut. Pemimpin perampok menangkis kedua tombak itu dengan sihir apinya. Gadis bersurai biru yang sedari tadi menjaga kasir menerjang maju setelah asap menutupi pandangan semuanya.
Gadis itu melempar listrik biru ke tempat perampok berada, dua dari mereka berhasil lolos termasuk si pemimpin. Iksan berlari tepat didepan mereka, anak buah terakhir terhantam hembusan angin yang dimunculkan oleh In. Iksan melompat dan menendang ke lengan kiri, si pemimpin menahan dengan lengan kirinya.
"Bocah kurang ajar.." kesalnya. Pemimpin itu membuat bola api dari tangan kanan dan dihantamkannya secara langsung.
Brush!
Hantaman peluru angin menghantam tepat tangan kanan pemimpin itu, membuat apinya terbang balik ke belakang. Iksan mengempalkan tinju kirinya, dan langsung meninju.
Pemimpin itu terjatuh didepan meja kasir dengan darah keluar dari hidungnya. Iksan dan gadis bersurai biru langsung mengarahkan serangan mereka ke depan meja kasir.
"Menyerah atau hangus..?" ancam Iksan.
"B-Baiklah... Aku menyerah!"
.A.S.T.R.E.A.
"Yah~~aku sangat berterimakasih telah membantu pekerjaanku. Jujur aku tidak menyangka jika akademi mengirim murid yang seumuran denganku. Aku sangat terbantu.."
"Ngomong-ngomong aku Lily. Satu angkatan dengan kalian berdua. Salam kenal ya..?"
Gadis bersurai biru itu tersenyum sambil memperkenalkan dirinya. Lily mengenakan kaos hitam bahan tipis, blazer biru berlengan putih, sarung tangan susu dengan permata biru ditengahnya, celana biru malam sependek di atas paha, stocking biru bermotif dan sepatu penyihir biru.
"Aku Iksan, dan dia adalah In.." sahut Iksan memperkenalkan dirinya juga.
"Senang berkenalan denganmu.." senyum In, sejenak Iksan melirik.
Pemilik toko datang menghampiri Iksan dan lainnya sembari membaca kertas yang dibawa Iksan tadinya.
"Pihak akademi berjanji akan membantuku merebut kembali permata yang dicuri, tapi apa kalian bertiga benar-benar dapat melakukannya..?"
"Jangan kasar begitu, paman. Aku kuat kok, kurasa.."
"Haaah... Intinya ini adalah keputusan akademi memilih kalian begitu..?"
"Kau banyak mengeluh, paman. Dan juga aku tidak percaya Kak Scar memberikan pekerjaan ini kepadaku.." pikir Iksan.
Pemilik toko sejenak melirik In, dan In langsung menunduk.
"Tugas kalian adalah merebut kembali permata yang dicuri, jika tidak sanggup beritahukan saja. Dengan senang hati akan aku laporkan kepada akademi.."
"Jangan terlalu pesimis, paman. Kami pasti dapat merebutnya kembali.."
"Itu akan bagus jika benar-benar terjadi.." Pemilik toko menyerahkan kertas quest kembali ke Iksan.
"Kalau begitu kami pergi dulu.."
"Permisi.." In dan Lily keluar dari toko.
"Maaf paman tapi ada yang ingin aku tanyakan.." panggil Iksan.
"Hmm??"
"Kenapa kau melirik rekanku(In) tadi?"
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
"Apa kalian berdua berpacaran?"
"Pertanyaan macam apa itu??"
Sontak saja In yang ada dikiriku memekik kaget. Siapa yang tidak kaget jika ada yang bertanya seperti itu kepadamu..?
"Tidak kok, kami baru kenal.." jawab In kecut.
"Aneh. Dilihat dari kerjasama kalian, tadi itu terlihat hebat. Sangat hebat.."
"Tidak ada yang hebat dari itu. Benarkan, In?"
"B-Benar.."
"Berhentilah patah-patah. Kau membuatnya tidak yakin.." sweatdrop-ku ke In.
"Yah~~biarlah. Itu bukan urusanku juga.."
"Lalu kenapa kau bertanya..?"
Sekarang aku 'tersangkut' bersama gadis over-santai-- Lily, dan In yang masih membuatku curiga. Sikap In yang was-was dengan lingkungan sekitar membuatku sedikit resah. Bertanya pun belum tentu dijawabnya. Ditambah... Kak Scar 'memilih' In.
Apa Kak Scar tahu sesuatu?
Aku ambil kristal biru tua yang diberikan Kak Scar saat masih berada di apartemen. Namanya adalah ReConnect. Kristal yang dapat berhubungan dengan seseorang menggunakan aura mana masing-masing. ReConnect adalah hasil produksi asli Rove dan hanya akan dapat ditemukan di Rove.
Ini adalah ReConnect khusus. Jangan sampai hilang ya~~?
"Apa-Apaan wajah itu? Membuatku penasaran saja. Tapi pertama-tama aku akan menghubungi Kak Scar dan bertanya kepadanya..."
"Kita sudah sampai lo~~" cetus Lily.
Heh? Cepatnya?!
Lorong Preman, nama ruang bawah tanah yang terkenal di distrik barat. Kita harus menuruni anak tangga terlebih dulu baru sampai ke ruang bawah tanah.
"Iksan.." seru In memanggil namaku.
"Hm?"
"Permatanya berwarna hijau daun dengan butiran cahaya di didalamnya, bukan? Apa itu??" In menunjuk ke kumpulan preman yang berpakaian serba robek.
"Apa benar mereka pencuri? Dimataku mereka hanyalah seperti preman kampung.."
Tapi ditangannya ada permata yang sesuai dengan ilustrasi. Oke, kita akan merebut permata itu lalu kembali ke toko.
"Hei Pencuri, diam ditempat..!" teriak Lily berlari ke tempat kumpulan preman.
"Bodoh!!"
Akibatnya kumpulan itu menyadari kami. Tentu mereka langsung berlari ke bawah anak tangga.
"Si Lily itu.." geramku. Aku ciptakan tombak petir ditangan kananku, disaat yang sama In berdiri di depanku.
In mengangkat kedua tangannya ke depan, mengendalikan angin yang ada disekitar.
"Heh? Kenapa aku tertarik?"
"Aku tidak dapat lari.."
"Sial!"
Sepertinya In mengendalikan angin yang ada dibawah anak tangga, membuat kumpulan preman itu seakan tertarik oleh sesuatu. In menarik mereka ke belakang, ke arah Lily mengejar.
Electric Maker :
Sky Yarn
Lily mengibaskan tangannya ke depan, dari langit jatuh tiga jarum biru panjang yang menusuk tiga preman.
Tanpa buang waktu aku lempar sihir petir yang jatuh tepat ditempat para preman. Preman yang memegang permata sengaja tidak aku serang. Dia perlu bertanggungjawab atas tindak kriminalnya.
Tapi aku salah.
Ssss...
Seseorang keluar dari ruang bawah tanah. Orang itu membuat pingsan preman yang sengaja aku sisakan tadi.
"Permata ini aku ambil.." bisiknya.
Sebelum dia kembali ke ruang bawah tanah, aku dapat melihat sebuah emblem berupa tudung hijau segitiga dan anak panah tertancap disana.
"Dia melarikan diri.." seru Lily. "Ayo kita kejar dia--"
"--Tidak. Kalian berhenti sampai disini saja!" potong seseorang.
"Anda siapa?" tanyaku berusaha bersikap tenang.
"Aku Master dari akademi. Kalian tidak boleh maju lebih dalam lagi.."
"Tapi kenapa, Master??" tanya Lily.
"Ayo, kita kembali.."
Dia tidak menjawab ya..?
Sebelum aku beranjak pergi dari depan anak tangga menuju ruang bawah tanah itu. Aku mendapat bisikan dari angin, angin yang berasal dari tempat In berdiri.
Angin itu berkata...
Robin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top