4] Little Chat

Kuamati sekitar dengan hati-hati. Tak kulihat beberapa sosok yang belakangan ini kerap menghantuiku. Untunglah, mereka tidak membuntutiku sampai kemari.

Ya, siang ini aku menjadi buronan-lagi-beberapa anak yang memintaku untuk membantu mereka mendapatkan cintanya. Capek tau, dikejar-kejar kayak punya hutang! Kalau mau minta bantuan sih, aku bantu. Asal mintanya baik-baik. Tapi kalau udah mintanya gak sopan dan maksa, jangan harap bakalan aku bantu. Aku musuhin iya!

Setelah beberapa hari-entah minggu-menyandang status 'Dewi Cinta', tiba-tiba saja aku menjadi manusia paling dicari di sekolah. Aku kelewat keren sih, makanya kayak gini. Lelah.

Aku terduduk lemas di rumput dan bersandar pada pohon yang berada di belakangku. Kuusap keningku yang sedikit berkeringat. Sial, siang-siang pada ngajakin main kejar-kejaran. Capekkan!

Tapi kalau dipikir-pikir, aku lumayan sukses juga sih, jadi 'Dewi Cinta'. Berkat saran sesatku, kini sudah ada beberapa anak yang berhasil dekat dengan gebetannya. Padahal aku ngasih sarannya juga ngawur. Bahkan banyak yang sesat, tapi malah pada berhasil. Pia memang keren. Keren sangat!

Kukeluarkan hape yang berada di saku jas yang kupake. Kini kubuka aplikasi Line.

Piooo: Ke toko buku lagi ya.

Piooo: Masih ada buku yang belum kebeli, nih.

Aku berdecak sebal membaca chat dari Pio. Dasar kutu buku banget sih, Pio. Lagian semalam juga habis ngajakin kencan ke toko buku, masak hari ini mau ke sana lagi. Gak bosen apa lihat buku berjejer di sepanjang jalan. Bukunya aja pada bosen lihat dia.

Piaaa: Dasar nerd!!!

Piooo: The coolest nerd ever.

Piaaa: Dih kasihan muji diri sendiri. Gak pernah dipuji orang lain ya?

Piooo: Ha-ha. Lupa ya, dulu siapa yang selalu muji-muji gue sampe selangit? Coba deh, diinget-inget!

Piaaa: Emang siapa? Gue? Gak pernah tuh. Weekk ....

Piooo: Emang gue bilang kalau itu elo?

Piaaa: Terus?

Piooo: Mantan gue yang cantiklah. *Pasang kacamata*

Hueee! Berani mengenang mantannya yang jablay! Dasar Pio minta dikawinin beneran ini. Menyebalkan.

Piaaa: *Colok mata Pio*

Piooo: Dih, orang gue pake kacamata dicolok. Ya gak bisalah.

Piaaa: *Ambil kacamata Pio terus buang ke sapiteng. Habis itu colok mata Pio pake sedotan*

Piooo: Kejam amat sih, sama cowok sendiri.

Piaaa: Salah siapa ngeselin minta ditabok.

Piooo: Pake bibir dong naboknya!

Piaaa: Bibir ayam mau? Biar dipatok sekalian!

Piooo: Ayam kampus mau.

Piaaa: Pio beneran minta dihajar!!! Awas lo nanti kalau ketemu!!! Gue bonyokin lo!!!

Piooo: Hahaha ... udah ah, ketemu dosen dulu ya, sayang. Love you.

Piaaa: Love Logan Lerman too.

Piooo: Nama gue Scorpio woi!

Piaaa: Bodo weeekk!

Piooo: Awas lo nanti!

Piaaa: Katanya mau ketemu dosen! Masih balesin chat mulu!

Piooo: Iya cerewet! Bye sayang.

Piaaa: Bye.

Aku tertawa geli membalas chat dari Pio. Dia memang ngeselin. Tapi ngeselinnya selalu bikin ketawa. Kangenkan, pengen ketemu.

Kumasukan kembali hapeku ke saku jas yang kupakai. Kini kuangkat kepalaku dan betapa kagetnya diriku ketika kudapati seorang cowok tengah duduk di hadapanku dengan wajah datarnya.

"Wuanjir lo! Ngagetin aja!" kataku kaget.

"Nonton bokep lo ya?" tanyanya tanpa dosa.

"Sembarangan aja kalau ngomong! Lagian ngapain lo di sini?" tanyaku kepadanya. Orang yang berada di hadapanku ini adalah Lando. Iya, Lando yang itu. Yang kemarin-kemarin minta bantuanku buat deketin cewek yang dia suka.

"Mau konsultasi lagi sama lo."

"Pelajaran pertama kemarin udah lo praktekin belum?"

"Lagi usaha." jawabnya datar.

"Belum berhasil lo. Masih songong gitu."

Kulihat Lando berdecak sebal ke arahku. Setelahnya ia menghembuskan napas pasrah. Namun setelah itu, kulihat bibirnya perlahan terangkat ke atas membentuk seulas senyum yang canggung.

"Kenapa muka lo kayak gitu?" tanyaku bingung.

"Masih terlihat songong?" tanyanya balik seraya menunjuk wajahnya sendiri dan memperlihatkan senyum anehnya. Kontan aku langsung tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya yang terlihat aneh dan sangat lucu tersebut. Astaga, sepertinya Lando benar-benar tidak tau cara tersenyum.

"Eh, kalau mau senyum itu yang ikhlas. Senyum lo itu malah bikin orang kebelet pup tau saking seremnya." ledekku. Lando kembali berdecak sebal.

"Mau dapetin cewek susah banget, sih. Gak ada cara yang mudah apa?"

"Ke dukun sana kalau mau cara mudah." Dan Lando kembali berdecak sebal untuk kesekian kalinya.

"Udah sana, ajaran senyum dulu. Gue cabut dulu. Bye." kataku seraya bangkit dari hadapannya dan pergi meninggalkannya.

Mau dapetin sesuatu yang sangat diinginkan ya butuh usaha super keras, Do.

***

Kurebahkan badanku di sofa panjang. Kutatap langit-langit yang berada di atasku. Hari ini cukup melelahkan. Seperti hari-hari kemarin, aku masih disibukan dengan mereka sang pengejar cinta. 'Dewi Cinta' butuh istirahat.

Kini aku menoleh ke arah kananku. Kulihat Pio tengah duduk di karpet dengan punggung yang bersandar pada sofa. Tangannya masih sibuk membolak-balik buku yang ia pegang. Pio terlihat sangat menggemaskan ketika sedang asik membaca. Ia terlihat seperti cowok cupu yang paling keren. Polos, lucu dan sangat manis. Pio selalu berhasil membuatku tersenyum bahagia dengan melihatnya saja.

"Pio ...." panggilku. Ia tak menjawabiku dan masih sibuk dengan bukunya. Benar-benar kebiasaannya yang menyebalkan. Dengan gemas kujewer telinga Pio dan berkata tepat di telinganya, "telinganya hilang ya?"

"Sakit, Pia." kata Pio seraya menoleh ke arahku dan memegang telinganya yang habis aku jewer.

"Salah sendiri dipanggil gak denger."

"Kan lagi baca." katanya seraya mencubit pipiku.

"Sakit!" kataku mencoba melepaskan cubitannya. Kudengar Pio terkekeh dan melepaskan cubitannya.

"Mau pulang jam berapa?" tanyanya kepadaku. Aku menggeleng menjawabi pertanyaannya. Sehabis pulang sekolah tadi, Pio menjemputku seperti biasa. Setelah makan siang di salah satu cafe, Pio mengajaku untuk main ke rumahnya. Ya, Rumah Pio siang ini sepi. Hanya ada pembantu saja di rumah. Papa dan Mamanya kebetulan sedang pergi ke luar kota. Sedangkan Virgo sepertinya masih main sama Amoi.

"Lo lulus kapan, sih?" tanyaku kepadanya.

"Bulan depan udah lulus."

"Terus nikahin gue kapan?"

Pio terkekeh mendengar pertanyaanku tersebut.

"Ngebet nikah ya, neng?"

"Ya katanya lo mau lanjut S2 ke luar negeri. Gue gak mau ldr."

Pio sebenarnya sudah menyelesaikan segala urusan kuliahnya. Ia kini hanya menunggu waktu wisuda bulan depan. Habis itu, katanya ia akan melanjutkan S2-nya ke luar negeri.

"Lo beneran udah siap buat nikah?" tanyanya kepadaku.

Aku mengangguk yakin.

"Lo udah siap buat ngurusin gue? Ngurusin rumah? Ngurusin anak?"

"Ya nanti belajarlah." jawabku seraya mengelus pipi Pio. "Nanti lo jangan nyusahin, jadi biar gampang gue ngurusin lo. Terus nanti juga bantuin gue buat ngurusin rumah sama ngurusin anak kita."

Pio terkekeh dan mengangguk.

"Makanya cepetan lulus. Terus nanti kita nikah. Habis itu ikut gue ke luar negeri buat nerusin kuliah gue. Lo sekalian kuliah di sana."

Aku tersenyum dan mengangguk. Impian sederhana kami ternyata cukup indah juga. Tak sabar untuk menghabiskan hidupku dengan Pio. Aku sangat mencintai cowok nyebelin ini.

Tiba-tiba Pio mendekatkan kepalanya ke arahku. Jantungku berdegup sangat kencang. Seulas senyum manis terukir di bibir Pio yang membuatku ikut tersenyum.

"Kalau mau mesum di kamar aja woi! Bikin sakit mata!" sindir suara dari arah pintu masuk ruang tengah. Hal ini kontan membuat Pio memundurkan kepalanya dan menoleh ke arah tersebut. Aku pun melakukan hal yang sama, menoleh ke arah suara tersebut berasal. Kini di ambang pintu sudah berdiri seorang Virgo yang memandang kami sebal. Perusak suasana aja itu orang!

"Baru pulang?" tanya Pio kepada adeknya tersebut.

"Bang, gak usah mesum di rumah. Nanti rumahnya ikutan dosa." kata Virgo sambil melirikku.

"Bilang aja ngiri!" semprotku sebal. Virgo memang paling sensi kalau lihat aku dan Pio sedang mesra-mesraan. Dasar jomblo!

"Ngapain gue ngiri. Bentar lagi gue punya Amoi dong." ucapnya menyombongkan diri.

"Oh lo deketin Amoi cuman buat mesumin dia doang? Awas gue bilangin orangnya baru tau rasa lo."

"Enggak! Siapa yang bilang gue mau mesumin dia? Gue gak bejat kayak Abang gue tau!"

"Bejat kepala lo!" ucap Pio sebal seraya melempar sebuah bantal ke arah Virgo yang langsung mengenai mukanya. Kini aku sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah Virgo terkena lemparan bantal dari Pio. Virgo sudah memasang wajah cemberutnya yang amit-amit. Pio sendiri kini melotot sebal ke arah Virgo. Dan sepertinya perang akan segera dimulai.

"Gue obrak-abrik kamar lo!" kata Virgo cepat seraya melesat menaiki tangga menuju kamar Pio.

"Nyari mati lo, Vir!" teriak Pio seraya bangkit dari posisi duduknya dan pergi mengejar Virgo. Kini aku sudah tertawa terbahak-bahak melihat mereka berdua yang tengah berantem. Lucu sekali.

Kurasakan getaran di dekat punggungku. Hal ini membuatku bangun dan mencari hape yang kuyakini adalah sumber dari gertaran tersebut. Setelah kutemukan hapeku tersebut, kembali kurebahkan badanku di sofa dan kemudian kubuka aplikasi Line di hapeku.

Lando: Pia?

Lando: Gue Lando.

Lando: Gue butuh bantuan lo.

Lando: Darurat.

Lando: Bales Line gue.

Aku mengernyitkan dahi membaca pesan Line dari Lando. Dan lagi, dari mana coba dia tau Line-ku?

Piaaa: Apa?

Lando: Gue butuh bantuan lo.

Piaaa: Bantuan apa? Soal cewek lagi? Udah, lo latihan senyum aja dulu.

Lando: Gue lagi coba chat dia. Tapi gue gak tau mau bahas apa'an sama dia.

Piaaa: Astaga, beginian juga minta diajarin?

Lando: Please.

Piaaa: Bahas apa yang dia suka.

Lando: Dia suka ngomel. Masak iya gue bahas soal 'ngomel'.

Aku tertawa membaca balasan dari Lando. Ya Tuhan, ini pasien paling unik dan gak tau diri deh, kayaknya. Masak cowok kece macam Lando gak tau cara deketin cewek, sih. Aneh banget. Tapi kalau melihat ekspresi wajahnya yang selalu datar, kemungkinan besar ia sudah mendapat tabokan di wajah puluhan kali. Astaga, ngakak banget aku bayangin Lando ditabok cewek.

Piaaa: Bentar, gue ngakak dulu.

Lando: Lo ngetawain gue?

Piaaa: Iya. Hahahahaa ....

Lando: Gue lagi dalam keadaan darurat. Jangan diketawain.

Dan tawaku semakin kencang ketika membaca balasan Line darinya. Kenapa aku malah bayangin kalau dia sedang panik sekarang? Tapi panik dalam ekspresi datar itu seperti apa ya? Kok sepertinya lucu sekali. Astaga, Lando ... Lando, jadi cowok kok lucu banget.

=======++++++=======

Makasih ya yang udah pada baca. Maaf absurd wkwkwkw

Kenapa pada nyangka kalau Lando sukanya sama Pia?

hahahaha Kan Lando sukanya sama aku *senyumnajis wkwkwkwk



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top