Lulu : Look My Eyes
Bel pulang telah berbunyi, dua gadis remaja sedang sibuk mengembalikan peralatan tulis mereka ke tas masing - masing.
"Luna, apa kau sudah selesai?" tanya Jenita yang sudah selesai merapikan peralatannya.
"Yap!" jawab Luna sambil menggendong tasnya.
Mereka berdua keluar kelas sambil ngobrol, sepanjang perjalanan mereka banyak jadi topik pembicaraan.
"Hey itu Jenita dan Luna. Mereka cantik sekali, ya.."
"Iya.."
Jenita dan Luna terus berjalan tanpa menanggapi perkataan mereka semua, mereka berdua berhenti setelah melihat 2 gadis sedang asik tertawa.
"Itu mereka.." bisik Jenita. Luna menghirup nafas dalam - dalam lalu berjalan mendekat ke arah kedua gadis itu, kedua gadis itu menyadari bila Luna berjalan ke arah mereka dan mencoba pergi namun panggilan Luna menghentikan langkah mereka.
"Mau kemana kalian? Mau kabur??" tanya Luna marah.
"Kabur? Dari siapa?" seru gadis berambut pirang pendek itu, dia bernama Jenny.
"Dari kenyataan bila kalian telah membunuh Lulu!!!" teriak Luna tapi tidak ada yang mendengar teriakan Luna karena pada saat ini mereka berada di jam pulang.
"Siapa juga yang mau membunuh anak pungutan seperti itu.." balas temannya, Blonde, gadis pirang panjang ke belakang.
"Apa kata kalian???" tanya Luna, dia sangat marah mendengar perkataan Blonde.
"Apa kau tidak dengar? Apa perlu ku ulangi sekali lagi??" ujar Blonde tersenyum.
"Kau!!" geram Luna ingin memukul wajah Blonde yang kecil itu tapi dihentikan oleh Jenita.
"Lepaskan aku, Jenita. Akan ku pukul wanita jalang ini..." beronta Luna tapi pegangan Jenita semakin kuat.
"Sudah Luna~~ hentikan, kita tidak punya bukti menuduh mereka..." ujar Jenita mencoba menenangkan Luna.
"TAPI MEREKALAH PEMBUNUHNYA"
"Iiih berisik. Ayo Jenny..." Blonde menarik tangan Jenny menjauh dari Luna dan Jenita.
###
"Kenapa kau menghentikanku??" tanya Luna penuh amarah.
"Tenang Luna..."
"Bagaimana aku bisa tenang semenatara sahabatku menderita??" seru Luna, dia meneteskan air mata.
"Cup, cup, tenanglah Luna~~.." sekilas Luna bisa melihat senyuman kecil di bibir Jenita. Itu khayalan atau kenyataan, Luna.
###
Malamnya Luna sedang sendirian di kamar, Jenita pergi dengan alasan ada yang harus dilakukan. Malam ini sangat dingin, petir beberapa kali terdengar di luar jendela.
"Jenita mana sih lama banget??" gumam Luna sambil memeluk bantal.
'bip' 'bip'
"Pesan?" pikir Luna kemudian membuka pesan itu.
[Pesan]
John : Luna, bisa minjam buku sejarah? Punyaku hilang!
Luna : Bagaimana bisa hilang? Iih dasar kau ini, John :@
John : Please 0:)
Luna : Di luar hujan!
John : Nanti aku pakai payung ;-)
Luna : Hujannya deras B-)
John : Padah aja kau tidak mau meminjamkan aku buku :'(
Luna : Hehehe :-P bercanda kok, John
###
'tok' 'tok'
"Nah itu orangnya..." gumam Luna lalu berlari ke pintu, Luna membuka pintu dan mendapati John dengan jaket putihnya.
"Kyaaaa~~~ Jeff!!!" teriak Luna.
"Sembarangan lo :@.." balas John.
"Hehehe bercanda. Ayo masuk.." John masuk, dia menggantungkan jaketnya ke belakang pintu.
"Eh? Kenapa aku malah masuk?"
"John, kau mau gk menemani aku sampai Jenita pulang, please.." pinta Luna sambil memasang wajah memelas.
"Apa untungnya untukku?"
"Ini bisa jadi awal hubungan kita!"
"H - hubungan kita!!" pekik John.
"Hahaha.... Aku tidak akan tertipu lagi, Luna.." seru John memasang wajah kemenangan.
"Sial!"
###
Jenny sedang berdiri di halte pemberhentian bus sendirian, cuma ditemani payung dan cahaya malam.
"Sampai kapan sih hujan ini turun??!" gerutu Jenny kesal. Tidak lama kemudian seseorang ikut berdiri bersama Jenny, tentu Jenny menjaga jarak dengan orang itu. Orang mengenakan kaos ungu sampai ke lutut.
"Dia memakai baju sependek itu?" batin Jenny kemudian terkekeh, beruntung orang itu tidak mendengarnya.
"Dasar wanita jalang.." batin Jenny. Orang itu mendekat, Jenny menjauh, orang itu mendekat.
"Kau ini mau ap---" perkataan Jenny terhenti setelah melihat wajah orang itu.
"M - matanya tidak ada.." ujar Jenny melangkah mundur sementara orang itu semakin mendekat.
"Jangan mendekat, jangan mendekat!!" teriak Jenny tapi orang atau gadis itu malah berlari dan menendang perut Jenny sampai tersungkur.
"Urgh.." pekik Jenny memegang perutnya, gadis itu menendang wajah Jenny sampai membentur jalan lalu dia menginjak perut Jenny membuat Jenny memuntahkan darah.
Gadis itu menarik kerah Jenny dan membuatnya menatap wajahnya.
"Apa kau mengenaliku, Jenny??" tanya suara lembut itu.
"L - Lulu..."
"Fufufu... Good Bye, Jenny~~!!"
"Tiiidaaak!!!!
###
"Ugh, berat sekali.." ujar Luna mencoba bangun tapi ada seseorang yang menindihnya dari atas. "John, bisa kau bangun, kau menindih badanku..." pinta Luna kepada John yang masih tidur.
"Luna~~...."
"Apa dia mengigau? Auwh!! Punyanya masih di dalam tubuhku..." seru Luna mencoba mendorong tubuh John tapi John terlalu berat.
"Hmm~~~"
"JOHN!!!!!"
###
"Dasar John..." ejek Luna sambil mengenakan bajunya.
"Huuuuaah..."
"Heh? Kau masih mengantuk?"
"Maaf Luna aku terlambat............" ujar Jenita yang tiba - tiba mendobrak pintu kamar membuat kantuk John hilang, Jenita menatap John dan Luna heran lalu dia tersenyum.
"Apa ini sesuai dugaanku??" seru Jenita sambil memegang dagunya seperti seorang detektif.
"T - Tidak. Yakan John.."
"Hampir.." lanjut John.
"Argh.. John keluar, aku mau mandi.." teriak Luna.
"Kenapa aku malah di usir??"
###
Jenita, John dan Luna berangkat bersama - sama, sepanjang jalan para murid sedang membicarakan sesuatu dan itu membuat Luna penasaran sesampainya di dalam kelas Luna langsung menanyakan kepada temannya 'apa yang terjadi?'. Luna sangat terkejut setelah mendengar Blonde dan Jenny telah meninggal.
[Semalam Di Kamar Blonde]
Blonde sedang asik chatting dengan pacarnya.
[Pesan]
Lucas : Apa kau mau aku menemanimu, sayang?
Blonde : Cepatan. Aku takut sendirian di kamar!
Lucas : Tunggu aku, sayang
###
Lucas mengendarai mobilnya menembus derasnya hujan, dia berhenti di depan asrama wanita, waktu itu jam 10 malam.
"Aku harus cepat nanti sayang marah.." gumam Lucas berlari masuk ke dalam asrama, langkahnya berhenti setelah sesosok berjaket putih menghalangi jalannya.
"Siapa kau? Cepat pergi aku mau masuk??" seru Lucas tapi sesosok berjaket putih itu tetap diam.
"Kau Lucas.??" tanya pria itu.
"Ya. Kau siapa?" tanya Lucas tapi pria itu malah tersenyum.
"Aku tanya siapa kau???" teriak Lucas tapi pria itu malah tertawa.
"Apa yang lucu? Kau mati!" ancam Lucas sambil mengeluarkan pistolnya tapi pria itu lebih cepat, dia menendang Lucas sampai jatuh ke belakang.
"Kau akan tau nanti, di akhirat.." senyum pria itu langsung menusukkan pisau ke leher Lucas.
###
"Kenapa Lucas lama sekali??" gumam Blonde, dia lalu lalang ke sana kemari sampai suara ketokan terdengar di luar pintunya.
"Nah itu dia.... My honey Luc.....as" Blonde terdiam setelah mengetahui bila yang di luar kamar bukanlah Lucas melainkan Jenita yang menegakan jaket putih.
"Jenita??"
"Good Bye, Blonde~~"
EPILOG
"Bye Luna~~" seru Jenita sambil melambaikan tangannya ke arah Luna kemudian menutup pintu kamar.
Jenita berjalan ke belakang sekolah dan bertemu dengan pria berjaket putih.
"Kerjamu bagus, John.." puji Jenita kepada John yang mengenakan jaket putih.
"Ini semua untuk Luna, bukan?"
"Tentu saja, John.." senyum Jenita.
"Dimana mayat Lucas??" tanya Jenita.
"Sudah ku buang.." jawabnya.
"Sesuai perjanjian, kau bisa berkencan dengan Luna.." ujar Jenita.
"Aku bahkan mendapatkan yang lebih bagus.." seru John sambil tersenyum.
"Oooh~~"
"Sudah aku mau ke tempat Luna.." ujar John melewati Jenita.
"Selamat bersenang - senang..."
Jenita berjalan masuk ke dalam sekolah menuju loker miliknya, dia mengambil pisau lalu dimasukkannya ke saku. Dia berjalan keluar sekolah melewati lorong gelap, langkahnya berhenti, kakinya bergetar hebat setelah melihat sosok wanita berpakain ungu di depannya.
"Hey Jenita.." sapa Lulu lembut.
"L - Lulu. K - kau sudah mati.." ujar Jenita melangkah mundur.
"Seharusnya kau mengecek terlebih dulu korban yang telah kau bunuh, Jenita..." seru Lulu mendekat.
"Dengarkan aku Lu~~, aku tidak---"
"Tidak sengaja.." potong Lulu lembut. "Seingatku, kaulah yang mencongkel mata kananku..." ujar Lulu mengangkat wajahnya, Jenita bisa melihat kedua bola mata yang sudah hilang.
"Lihat mataku, Jenita. INI SEMUA SALAHMU!!!" teriak Lulu lalu dia mengeluarkan pisau lipatnya.
"Hahahahahah... Kau pikir aku akan tinggal diam saja?? Tidak!" balas Jenita juga mengeluarkan pisaunya. Jenita berlari ke arah Lulu sambil menusukkan pisaunya tapi Lulu dengan mudah menghindarinya, Lulu melompat ke belakang kemudian dia menendang tangan Jenita dengan tendangan berputar, alhasil pisau yang ada ditangan Jenita terlempar.
Lulu melompat ke depan, dia tusukan ke mata Jenita, Jenita menjerit keras. Lulu memutar - mutar pisaunya sampai mata Jenita tercongkel.
"Aaaarrgh!!!" jerit Jenita sambil menggeliat seperti seekor ulat, ditengah kesakitan Jeniat, Lulu menginjak perut Jenita sampai memuntahkan darah.
"Satu lagi.." tusuk Lulu ke mata satu dan mencongkelnya juga, Jenita kembali menjerit kesakitan.
"Bagaimana rasanya, Jenita??" tanya Lulu lembut.
"Iblis kau Lu" teriak Jenita dan mendapat tendangan di wajah. Lulu mendekat dan duduk di atas Jenita lalu dia membisikkan sesuatu.
"Good Bye, Jenita~~~"
EPILOG 2
John berjalan ke asrama Luna sambil menegakan jaket putihnya dengan perasaan senang, sama seperti Lucas. Seorang pria sedang berdiri tepat di depan pintu masuk dengan dua mayat di depannya, mayat itu adalah polisi. Orang itu menatap John tajam kemudian mendekat, refleks John langsung mengeluarkan pisaunya.
"Siapa kau??" tanya John kepada pria berbadan tinggi yang mengenakan syal hitam hijau.
"Aku kira Jeff, ternyata bukan..." gumam orang itu, dia terlihat sedikit kecewa. John terdiam, dia tidak bisa bergerak setelah melihat mata hijau pria itu sementara pria itu semakin mendekat.
"Tenang saja aku tidak akan membunuhmu..." bisik pria itu.
"Siapa?"
"Aku adalah adik Jeff, Liu..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top