Jeff The Killer : The Last Word

Seperti biasa kantor polisi selalu kedatangan banyak tamu, banyak diantara mereka mengadu kecurian dan tidak banyak tentang kasus pembunuhan tapi berbeda di New Davenport. Terlihat seorang petugas sedang menginterogasi seorang remaja berumur 17 tahun.

"Jelaskan kepadaku.." pinta petugas itu.

"Malam itu aku sendirian dirumah.."

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Malam itu adalah malam yang tenang dan sunyi, aku sendirian dirumah, kedua orangtua ku pergi keluar kota bersama dengan adikku. Saat itu pukul 21.45, aku tanpa sengaja mendengar suara berisik di luar kamar, aku pergi untuk mengecek. Suara itu semakin keras dan itu berasal dari arah dapur, aku melihat seorang pria, dia lebih tinggi dariku, dia mengenakan jaket putih dan.......berlumuran darah.

Aku melangkah mundur tapi aku tidak sengaja menginjak sesuatu dan membuat pembunuh itu menyadari kehadiranku, dia tersenyum, mata......aku tidak bisa melihat matanya. Semuanya gelap, dia melempar pisaunya ke arahku dan mengenai pundakku, aku berlari mencari pertolongan tapi dia sangat cepat. Pembunuh itu menarik bajuku dan melemparku ke belakang, aku mengambil apel yang ada di meja dan ku lempar keluar jendela berharap ada yang mendengar pecahan jendela.

Pembunuh itu mendekat, aku berlari ke kamar mandi. Dia menendang - nendang pintu kamar mandi, aku berusaha menahannya sampai ada bantuan datang. Aku medengar ada seseorang yang mendobrak pintu rumahku, dia memanggil namaku dan aku tau itu pasti tetangga sebelah, pembunuh itu berhenti dan pergi menjauh. Pada saat bersamaan aku mendengar suara teriakan seseorang, teriakan itu sangat memilukan dan sangat lama. Sudah 20menit aku di kamar mandi, aku beranikan diri untul memeriksa keadaan setelah keluar aku melihat tubuh tetanggaku terkapar dilantai berlumuran darah, mulutnya robek sampai ujung dan dada kirinya mengeluarkan banyak darah. Aku melihat sebuah tulisan besar di ruang keluarga, tulisan itu dari darah tetanggaku.

Berikutnya adalah giliranmu untuk tidur dan bermimpi indah. AKAN KU PASTIKAN ITU. HAHAHA

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jam istirahat di sebuah sekolah tingkat atas di New Davenport, tampak empat pria sedang duduk bersama - sama.

"Hei Jack, apa kau dengar? Tadi malam Chris diserang katanya.." tanya seorang pria berbadan tinggi berjaket hitam, Jonson.

"Terus apa masalahnya, Jonson?" tanya balik Jack, pria berbadan kurus tapi tinggi.

"Hei Vic, bagaimana dengan Hummels? Apa dia baik - baik saja?" tanya Alfred yang ada disamping Jonson.

"DIAMLAH KAU. Sekarang aku tidak mood..." balas Victor dengan cara berteriak.

"Kenapa dengannya?" bisik Alfred kepada Jonson.

"Kau tidak tau! Sekarang Hummels sedang sibuk membantu pacarnya..." jawab Jack yang ada diseberang meja.

"Maksudmu Lala??!!"

"Yes..." seru Victor dengan bad mood.

"Hahahaha...." tawa Alfred, pada waktu bersamaan bel masuk berbunyi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Alfred, Jack, Jonson dan Victor masuk ke dalam kelas tapi cuma dihadiri 2 orang yang sedang bersamaan.

"Ah mereka berdua..." seru Jack ke arah kedua pasangan yang sedang asik ngobrol, seorang wanita berambut putih panjang dan pria berbadan tinggi berambut sedikit keriting, mereka berdua mengenakan kacamata.

"Kalian..." panggil Hummels mengajak duduk bersama.

"Aku pass..." ujar Jonson.

"Aku juga.." tambah Victor.

"Aku ikut..." ujar Jack menghampiri Hummels dan Lala.

"Apa dia ingin jadi nyamuk??"

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jauh ke tengah kota, kantor polisi sedang sibuk menangani laporan tentang pembunuhan di 3 tempat berbeda. Pertama di Port Davenport, kedua di Hospital Davenport dan terakhir di New Davenport, dan menjadi berita utama dimana berjudul 'Jeff The Killer telah kembali membantai'.

"Ini semua omong kosong, Mr. Frost.." bentak pria berambut hitam itu.

"Ini kenyataannya. Jeff The Killer telah kembali, Marshall..." seru pria berkepala plontos itu yang bernama Mr. Frost itu.

"Jeff sudah mati, aku yang menembaknya sampai terbakar..." seru Marshall.

"Apa kita mendapatkan mayatnya?"

"Mungkin sudah menjadi abu.."

"Bisa kau jelaskan kepada mereka, Marshall..." pinta Mr. Frost sambil memperlihatkan nama anggota keluarga yang di bunuh 3 hari yang lalu, jumlah mereka 20.

".............." Marshall cuma diam dan menatap keluar kantor.

"Marshall..." panggil Mr. Frost.

".................."

"Aku tau kau sangat membenci Jeff tapi bagaimana bila pembunuhnya bukan Jeff? Bagaimana ini sama seperti kejadian Copycat itu?" seru Mr. Frost.

"Maafkan saya Mr. Frost..." ujar Marshall berjalan keluar.

"Marshall..." panggil Mr. Frost tapi Marshall tetap pergi dan keluar kantor polisi, masuk ke dalam mobilnya.

"SIAL!!!" teriak Marshall sambil memukul kemudinya.

"Haaaah...... Dimana kau Liu?"

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebuah mobil GTO hitam berhenti tepat di depan rumah lama yang habis terbakar, itu benar tempat itu bernama Asylum. Seorang pria berjaket hitam keluar dari mobil dan berdiri menatap tempat yang habis terbakar 1 tahun yang lalu itu, pria itu adalah Marshall. Marshall berjalan maju tapi langkahnya berhenti setelah melihat sebuah kepala mengintip dibalik jendela, Marshall mengambil pistolnya tapi setelah diarahkan ke jendela, kepala itu hilang.

'bzzzzz'

"Marshall, apa kau mendengar ku??" suara seseorang di dalam radio.

"Disini Marshall.." jawab Marshall masih menodongkan pistolnya ke jendela.

"Kau harus kembali, Mr. Frost memanggilmu..."

"Aku sedang sibuk sekarang..."

"Ini penting, Marshall..." seru seorang wanita yang merupakan pemilik suara itu.

"Sial.."

"Apa kau bilang?"

"Dimengerti. Aku segera datang..." setelah mematikan radionya, Marshall masuk ke dalam mobil dalam keadaan kesal dan menjalankan mobil dengan cepat.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Darimana saja kau, Jana?" tanya wanita berambut hitam yang memiliki ikat rambut merah dibelakang kepada wanita berambut hitam, sama seperti dia tapi mengenakan ikat rambut biru tua.

"Kita harus pergi. Tadi ada seorang polisi datang kesini dan kurasa dia melihatku... " jawab wanita bernama Jana itu.

"Kebetulan sekali. Aku tidak menemukannya disini..." lanjut temannya.

"Apa benar Jeff kembali ke sini.???" tanya Jana.

"Apa kau tidak percaya padaku, Jana?" seru temannya sambil berdiri lalu berjalan pergi.

"Wait me, Nina..."

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang guru sedang menjelaskannya tugas untuk mereka dan terlihat beberapa murid sedang memperhatikan, tidak banyak juga yang tidak. Sampai bel pulang telah berbunyi, semua murid yang ada di dalam langsung berteriak senang.

"Itu saja untuk hari ini. Jangan lupa tugas rumahnya..." ujar guru pengajar.

"Baik Paaak!!!"

"Ingat sesuai kelompok..." guru pengajar itu keluar dari kelas dan diringi murid - murid yang lain.

"Hei Hum, kita akan mengerjkannya dimana?" tanya Jack.

"Hmm....." pikir Hummels.

"Bagaimana bila di Asylum?" usul Eliza, wanita berambut putih panjang.

"ASYLUM!!!!" pekik Jack dan Hummels bersamaan.

"Eliza... Disana mengerikan..." seru Lala yang ada disamping Eliza.

"Terus dimana? Cuma disana yang cocok untuk tugas kita..." ujar Eliza sedikit kecewa.

"Hei Vic, menurut dimana yang bagus?" tanya Hummels kepada Victor yang ada di depannya.

"Jangan tanya aku..." jawab Victor lalu beranjak keluar kelas.

"Dia kenapa?" gumam Hummels.

"Itu karena kau, Hum..." ujar Jack pelan agar tidak didengar oleh Hummels.

"Jadi kita mau mengerjakannya dimana?" tanya Eliza, terlihat Hummels dan Jack sedang sibuk berpikir sedangkan Lala menatap mereka berdua.

"Bagaimana disana?!!!" seru Hummels.

"Disana???" seru Eliza, Jack dan Lala bersamaan, mereka menatap satu sama lain lalu menatap Hummels.

"Memangnya dimana?"

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Marshall masuk ke ruang Mr. Frost secara tiba - tiba membuat Mr. Frost dan Lisa terkejut, wanita berambut hitam panjang sepundak.

"MARSHALL!!!!" teriak Lisa keras.

"Lisa, pelankan suaramu..." pinta Mr. Frost, Lisa pun kembali tenang.

"Ada apa anda memanggil saya, Mr. Frost?" tanya Marshall tiba - tiba.

"Duduk dulu Marshall..." pinta Mr. Frost lembut, dengan berat hati Marshall pun duduk disamping Lisa.

"Jadi..... Ada apa anda memanggil saya???" tanya Lisa dan Marshall bersamaan.

"Kenapa kau mengikutiku???" tanya mereka.

"Berhenti mengikutiku!!!"

"DIAM!!!" Mr. Frost cuma diam melihat kedua anak buahnya itu bertengkar.

"Kalian seperti pasangan..."

"KAMI BUKAN PASANGAN!!!" teriak mereka berdua sampai terdengar keluar.

"Hahahahah.... Sudah - sudah. Minum teh dulu!" seru Mr. Frost sambil memberikan masing - masing gelas kepada Lisa dan Marshall.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Apa kita bisa mulai sekarang?" tanya Mr. Frost.

"Tunggu. Tehnya belum habis..." jawab Lisa yang sedang asik minum.

"Kuenya juga..." lanjut Marshall.

"Kalian berdua ini...." Mr. Frost cuma diam dan menunggu mereka berdua selesai.


"Kenapa anda memanggil kami, Mr. Frost?" tanya Lisa yang sudah selesai sedangkan Marshall masih meminum tehnya.

"Aku ingin kalian berdua menjaga Chris!" jawab Mr. Frost membuat Marshall menyemburkan tehnya.

"AAPAA???" teriak Marshall. "Kenapa aku harus menjaga anak itu?" tanyanya sambil mengelap air yang terbang ke lantai.

"Iya itu benar, Mr. Frost. Kami ini agen FBI! Kenapa kami harus menjaga anak itu?" lanjut Lisa.

"Menjaga keselamatan orang juga tugas Agen FBI, dan juga......."

".........mungkin pembunuhnya akan kembali menyerang!"

"Siapa yang kami jaga?" tanya Marshall.

"Apa kau bodoh atau pelupa?" seru Lisa membuat Marshall sedikit kesal.

"Namanya adalah Chris, Chris Hamilton..." seru Mr. Frost.

"Kurasa aku pernah mendengarnya tapi dimana, ya..." ujar Marshall.

"Chris pernah tinggal di perumahan New Davenport..."

"B - Bukankah itu...."

"......bekas lingkungan Jeff!!" seru Lisa.

"Benar. Dan menurut informasi yang ku dapatkan bila Chris pernah sekelas dengan Jeff..."

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dua pria berjaket hitam sedang berjalan menelusuri ruangan - ruangan yang ada di Asylum.

"Seram juga bila malam ya, Mark..." seru temannya.

"Kau takut.." ledek Mark.

"Enak saja..." balas temannya.

Mereka berdua terus berjalan masuk ke dalam bekas Asylum. Tiba - tiba teman Mark berteriak setelah melihat sesuatu.

"Kenapa lo teriak di telingaku??" tanya Mark marah.

"H - hantu.."

"Muka lo hantu.."

"Bagaimana bila kau memeriksa...??" pinta teman Mark.

"Kita periksa sama - sama..." tarik Mark kepada temannya yang bersembunyi dibelakangnya.

"Kau duluan, Mark.." dorong temannya sambil mengikuti dari belakang.

Mark dan temannya mendekat ke tempat dimana teman Mark melihat sesosok bayangan.

"Apa kau yakin disini?" tanya Mark.

"............."

"Hei Bro, apa k----" Mark membalikkan badannya dan mendapati temannya terkapar di lantai bersimbah darah, di dekatnya ada seorang wanita berambut hitam diikat kebelakang dengan ikat merah dan mengenakan kaos unggu merah muda.

"Hei prince..." panggil wanita itu sambil tersenyum, sebuah senyuman yang lebar.

"Aargh!!" Mark tiba - tiba terjatuh pada saat ingin mundur ke belakang, terlihat seorang wanita berjaket hitam, dia sama seperti temannya. Wanita itu mendekatkan pisau ke dada Mark kemudian membisikkan sesuatu di depan Mark.

"Go To Sleep My Boy..."

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Aku tidak menyangka mereka berdua datang ke sini tanpa persiapan apa pun..." ujar Jana yang sedang membersihkan pisaunya.

"Itu sudah biasa di New Davenport.."

"Bagaimana kau tau?" tanya Jana.

"Aku cari di internet..." jawab Nina santai.

"Kapan kita bisa bertemu dengan Jeff, ya??" gumam Jana.

"Nanti ada waktunya..." seru Nina sambil melihat pisau yang habis dibersihkan.

"Itu karena kita ada di pihak Jeff..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top