BB2 Drowned : Answers

"Aaaaarghhh..!!"

Cruak?!!

Tangan gadis itu bersimbah darah saat dirinya 'melepas' paksa lidah seseorang yang ia serang, tangan kanannya mencekik leher orang malang itu dan tangan kirinya siap melakukan sesuatu.

"Awu... Pwhon." ucap orang itu kesulitan.

Gadis itu menyeringai lebar dan dada kiri orang itu tertusuk oleh tangan kiri si gadis. Ia berdarah, pandangannya memudar dan kemudian ia mati.

"Bella, apa seperti ini?" suara manis gadis itu terdengar menggemaskan.

Sosok bayangan keluar dari balik pohon, dan ia tersenyum. "Mia hebat. Kau melakukannya hampir sama seperti Ben.." puji Bella girang.

"Hore!!" gadis kecil berambut pirang itu mengangkat kedua tangannya heboh ke atas.

"Siapa itu?!!" teriak seseorang.

"Ups. Ayo kita kabur Bella!"

"Ayo!"

***

Keesokan paginya Oper bangun lebih lambat seperti biasanya. Saat jam menujukkan pukul 7, Oper langsung menjadi panik.

"Huaa!? Aku telat sekolah.." teriak Oper panik.

Setelah membasuh wajah dan rambutnya, Oper langsung terbang ke kulkas, memakan roti coklat yang telah beku tapi tetap ia paksakan untuk dimakan. Ben keluar dari layar komputer dan masuk ke dalam hp Oper tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Beberapa menit ke depan... Oper terlihat berlari di lorong kelas, sendirian. Hampir saja ia menabrak siswi berambut pirang yang lebih pendek darinya.

"Maaf senior Mia, aku buru - beru.." teriak Oper melambaikan tangannya.

"Huu. Si Oper itu selalu saja seperti itu.." gumam Mia mendengus geli. Lalu ia melanjutkan jalan tapi kemudian tiba - tiba berhenti. "Bella, kau bilang apa tadi?"

***

Ding.. Dong..!

Bel istirahat telah berbunyi, tanda kepada Oper untuk berhenti menerima hukuman telat.

"Ampes sekali aku hari ini. Sarapanku susah dimakan, telat absen dan dihukum di depan pintu sambil memegang sapu ke atas.." keluh Oper meratapi nasibnya.

"Oper!"

"!!"

"Oper!"

"Ben? Aku mendengar suara Ben. Tapi dimana?" bingung Oper.

"Aku disini..!"

Saku jaket Oper bergetar dengan hebatnya, membuat Oper terkejut sampai menjatuhkan sapu ke wajahnya. Oper menggerutu sakit diwajah sembari mengambil hp-nya.

"Ben? Apa yang kau lakukan disana?"

"Sudah. Ada hal yang ingin aku katakan kepadamu.."

"Apa itu?"

Tap..!

"Ah, datang juga.."

"?" Oper menerbitkan wajahnya dan mendapati senyuman Mia. "Senior. Apa yang senior lakukan disini?"

"Oper.." Mia mendekat dan mendekatkan wajahnya, otomatis wajah tomat pun terlihat.

"S - Senior??" wajah Oper terasa sangat panas.

"Oper, ikuti aku..!"

Mia menarik tangan Oper tiba - tiba, mereka berdua berlari di lorong yang sebentar lagi penuh akan murid Grotovia Highschool. Mereka berlari ke atap sekolah dan sendirian disana.

"Senior, kenapa kita ke sini?" tanya Oper bingung, tapi Mia tidak menjawab apapun.

"Oper, bersiaplah.." bisik Ben.

"Bersiap? Untuk ap--"

Kedua bola mata Oper membulat saat kuku tajam milik Mia menusuk ke arah matanya. Sebelah mata Oper berubah menjadi merah, badan Oper bergerak dengan sendirinya. Dan dengan cepat berlari ke belakang Mia, dan mengunci pergerakannya.

"Senior, apa yang kau lakukan?" tanya Oper panik.

Oper menahan sebelah tangan Mia ke belakang dan kakinya siap menyerempet.

"Oper.." panggil Mia 'dalam'. Oper menelan salivanya susah, perlahan Mia memperlihatkan wajahnya. "Itu sakit~"

"Heh?"

Oper membatu saat melihat Mia dalam mode MOE.

"Apa yang sebenarnya terjadi disini?" bingung Oper.

"Oper, keluarkan aku.." perintah Ben.

"Hm? Mengeluarkanmu?"

"Oper, apa kau tidak mendengar suara itu!?"

"Heh? Senior, kau mendengarnya?" dan Mia mengangguk.

Oper melepaskan kunciannya, saat Oper ingin mengeluarkan hp-nya, Mia terlebih dulu.

"Hai.." dari layar hp Mia, gambaran Bella terlihat disana.

"Heh? A - Apa??" Oper semakin bingung.

"Kau pasti Oper yang diceritakan Mia'kan?! Perkenalkan, aku Mia dan aku adalah temannya Ben.." Oper malah bengong.

Ben keluar. Ia menceritakan situasi yang terjadi kepada Mia dan Oper, mereka membutuhkan bantuan Mia dan Oper.

"Senior, kenapa senior mau membantu?" tanya Oper ditengah - tengah rapat, sorot matanya terlihat sangat serius.

Mia sempat terkejut melihat tatapan Oper lalu kemudian ia menyeringai kecil. "Bayangkan saja Oper. Jika kita tidak membantu Ben dan Bella maka Amerika akan dikuasai oleh makhluk tak diketahui. Apa yang terjadi pada negara besar ini?" tanya Mia sambil menerangkan.

"......" Oper diam, menunduk dan berpikir.

"Apa yang terjadi?"

Oper membayangkan sesuatu yang 'sangat' tidak akan pernah terjadi. Yaitu Kekacauan besar - besaran.

"Oper.." Mia mendekat dan memeluk kedua tangan Oper. "Aku tidak bisa melakukannya sendiri saja, aku butuh dirimu... Oper!"

"......."

"Senior.."

"......"





"Jawabanmu.."

"......."

***

Slash.. Slash... Crak!

"H - Hahaha... Rasakan ini, ini juga dan INI!!" tawa seorang pria berambut hitam kusut, ia tengah membantai kumpulan preman yang ada di gang sempit menggunakan pedang besi.

"Hah, hah, hah. I - Ini menyenangkan SEKALI.." girangnya.

"Aku senang mendengar itu.." lega seseorang. Seorang lelaki berambut putih bermanik merah darah dan mengenakan seragam hitam berdiri di depan gang.

"Kau.."

"Bagaimana. Apa kau tertarik mengikuti permainan ini?"

Senyuman licik bersinar di kegelapan.

"H - Hahaha... Ini akan sangat menyenangkan, BUKAN?"

"Benar!"

"H - Hehehe... Kalau begitu, aku IKUT!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top