82. Manja
Seharian ini, Eunha dibuat bingung dengan kedua putranya yang seolah tidak mau lepas darinya barang sebentar.
Ke mana pun perempuan cantik dengan rambut panjang sebahu itu bergerak, kedua anaknya pasti mengintil. Terkadang, si sulung bahkan merengek kalau sedang asyik-asyiknya bergelayut manja di lengan sang ibu, tetapi ibunya itu malah beranjak. Entah itu ke dapur ataupun kamar mandi.
Kalau hanya Jay saja, sih, Eunha sudah tidak heran. Dari dulu kerjanya si sulung memang selalu bermanja-manja dengannya tidak kenal tempat. Sebelas dua belas, lah, dengan suaminya karena Jay adalah fotokopian sang ayah. Plek ketiplek, lah, kalau kata orang-orang.
Nah, yang menjadi sumber keheranan Eunha hari ini adalah si bungsu yang juga ikut-ikutan bergelayut manja kepadanya. Ibu dari dua anak itu bukannya heran dalam artian yang buruk, sih, tetapi ia merasa seperti ... hei, apa ini benar Jungwon putranya? Putra bungsunya yang terkadang terasa jauh untuk didekap karena masih malu-malu kucing itu kini bermanja-manja padanya tanpa diminta?
Sumpah, sih, agaknya Eunha harus mengabadikan hari ini dalam bentuk video. Makanya sesekali, ibu dari dua anak itu melihat ke arah kamera CCTV di rumahnya sambil memastikan apakah benda itu masih berfungsi dengan baik atau tidak.
"Kalian berdua lagi kenapa, sih? Papa perhatiin dari pagi kayaknya gelendotan mulu sama Mama." Jun yang baru saja keluar dari kamar, langsung menghampiri istri dan kedua anaknya di ruang keluarga.
Ayah dari dua anak itu baru saja selesai mandi sore, setelah sebelumnya asyik sendiri berkebun di halaman belakang. Omong-omong, Jun memang memiliki hobi baru yaitu menanam berbagai macam sayuran di belakang rumah. Mulanya iseng karena sudah lumayan pusing sendiri dengan pekerjaannya yang seolah tidak ada habisnya itu.
Ya, walaupun pada akhirnya yang mengurusi semua tanamannya itu adalah tukang kebun, sih. Maklum, namanya juga orang sibuk.
"Memangnya kenapa?" Jay balas bertanya atas pertanyaan yang ayahnya berikan tadi. "Memangnya nggak boleh?"
"Dih, kok sewot?" Jun membalas ucapan si sulung itu dengan wajah bingung. "Ya bukannya nggak boleh, sih, tapi aneh aja, gitu. Iya, kan, Ma?"
Eunha yang ditanya begitu langsung mengangguk membenarkan. "Iya, kalian berdua hari ini aneh banget. Kenapa sih? Lagi nggak enak badan, kah? Tapi suhu tubuh kalian kayaknya normal-normal aja, kok."
"Pusing kepalanya?" Pertanyaan yang diberikan oleh sang ayah, langsung dihadiahi gelengan dari kedua anaknya. "Terus kenapa?"
"Pengin aja, kok," ujar Jay dengan nada cuek, lantas kembali fokus menonton televisi yang menayangkan serial kartun favoritnya.
Sementara itu, Jungwon sendiri hanya diam. Wajah remaja 15 tahun itu terlihat badmood, entah apa yang mengganggu pikirannya. Tangannya sendiri masih asyik memeluk lengan sang ibu, begitu juga dengan kepalanya yang bersandar di bahu ibunya itu.
"Kalau Adek kenapa? Beneran nggak kenapa-napa?"
Jungwon menggeleng singkat, menjawab pertanyaan sang ayah. "Nggak apa-apa, kok, Pa," jawabnya.
Selebihnya diam. Jun dan Eunha otomatis saling pandang, kemudian mengangkat bahu masing-masing karena tidak tahu. Ya sudahlah, pikir mereka pada akhirnya. Mungkin anak-anaknya memang sedang ingin bermanja saja, tidak ada alasan pendukung yang lain. Atau, bisa juga karena keduanya sama-sama sedang badmood.
"Abang sama Adek nggak ngumpul sama temen-temennya, kah? Kan, sekarang hari libur." Tidak menyerah, Papa Jun kembali bertanya agar suasana ruang keluarga tidak terasa sepi-sepi amat.
"Bosen." Jay membalas singkat. "Wong setiap hari ketemu, kok, sama mereka."
Demi apa pun, melihat putra sulungnya menjawab dengan jawaban singkat dan terkesan sewot itu, membuat Jun dan Eunha seketika dapat menarik kesimpulan kalau suasana hati si sulung sedang tidak dalam kondisi baik.
"Kalau Adek?"
Jungwon lagi-lagi menggeleng. "Kak Doyoung sama Junghwan lagi ada acara keluarga," jawabnya. "Kalo Haruto sama Jeongwoo nggak tau lagi ngapain. Kemaren bilangnya mau main bareng."
"Terus Adek nggak ikut?"
"Kan nggak diajak, Pa."
Duh. Iya juga, sih, tetapi kok tumben?
"Ya udah, Mama pengin masak dulu, nih, buat makan malam. Kalian sama Papa---"
"Nggak mau, Mama nggak usah masak aja." Jay tiba-tiba memotong ucapan sang ibu. Remaja 17 tahun itu bahkan semakin mengeratkan pelukannya. "Kan ada maid, Ma.
"Tapi Papa request dibikinin soto daging, nih. Jadinya Mama harus masakin."
Jay dan Jungwon otomatis menatap sang ayah yang sekarang hanya menampilkan ekspresi pura-pura tidak tahu.
"Pa?" panggil keduanya kompak, membuat sang ayah berdeham pelan sebagai jawaban. "Request-nya dipending dulu, boleh, ya?"
Melihat si sulung yang baru saja memberikan tawaran, membuat Jun semakin mengerutkan dahinya tak mengerti. "Kenapa? Tumben. Kalian, kan, juga doyan sama soto buatan Mama."
"Tapi---"
"Sekarang jawab jujur, deh. Kalian mau apa?"
Ditanya begitu, membuat Jay dan Jungwon kini saling pandang. Setelahnya, kedua remaja itu sama-sama berkomunikasi lewat bahasa kalbu yang tentunya tidak dapat dimengerti oleh kedua orang tuanya begitu saja.
"Abang, Adek? Kok malah diem, sih?" Eunha jadi gemas sendiri, sungguh. Kedua anaknya ini benar-benar terlihat seperti anak SD yang polos. Bahkan untuk hal menjawab apa yang mereka inginkan, pun, harus saling lempar-melempar kode-kode lebih dulu.
"Itu, Pa ...." Jay menegakkan tubuhnya, diikuti oleh Jungwon yang saat ini ikut-ikutan melepaskan diri---tak lagi bergelayut manja pada lengan sang ibu.
"Nanti malam, temen-temen Abang sama Adek mau main ke sini." Jay menjawab dengan suara pelan.
"Loh? Katanya tadi---"
"Pokoknya gitu, deh, Pa." Lagi-lagi si sulung memotong ucapan orang tuanya. "Boleh, kan, kalau hari ini makan junk food aja?"
Oh, pantas saja, pikir Jun dan Eunha bersamaan. Sepasang suami istri itu langsung saling pandang, lantas dengan kompak menghela napas panjang.
"Nggak," jawab Jun singkat. "Udah bagus tadi Mama mau masak soto, kan? Bisa buat banyakan untuk teman-teman kalian."
"Tapi Pa---"
"Kan Papa udah pernah bilang, jangan sering-sering makan junk food. Baru juga Minggu kemarin kalian makan itu."
Jay berdecak keras, sementara Jungwon yang posisinya hanya ikut-ikutan saja, memilih diam. Ia tahu kalau akhirnya pasti akan seperti ini.
"Berarti Adek tadi bohong soal temennya yang ada acara keluarga itu?" tebak sang ayah, yang langsung membuat Jungwon membulatkan matanya.
"Enggak, kok, Pa." Jungwon menjawab cepat. "Kak Doyoung sama Junghwan emang lagi ada acara keluarga, kok. Kalau Haruto sama Jeongwoo ... katanya sih free."
"Terus, Abang? Yakin, bosen main terus sama temen-temennya?"
Jay menggingit bibirnya karena merasa bersalah. "Ya ... enggak, sih, Pa. Maksudnya bosen kalo kumpul siang-siang. Maunya malem aja sekalian mabar."
"Kan, besok sekolah?"
"Senin tanggal merah, Pa." Jungwon dan Jay menjawab kompak.
"Jadi?"
"Jadi boleh, kan, temen-temen Abang sama Adek main ke sini, pesta junk food, terus nginep di rumah kita?"
Niat hati sih, Jun rasanya tidak ingin mengiakan. Akan tetapi, melihat bagaimana wajah kedua anaknya yang terlihat begitu semangat, membuat lelaki itu akhirnya mengiakan. Ia juga sempat melihat sang istri mengangguk pertanda setuju dengan apa yang anak-anaknya inginkan.
"Tapi janji dulu sama Papa kalau ini yang terakhir, ya? Kalian nggak boleh makan junk food lagi sampai dua bulan ke depan. Deal?"
"Lama banget, Pa, dua bulan!?" Jay berseru protes, tetapi agaknya ucapan sang ayah tidak bisa diganggu gugat.
"Oke, deal. Tapi semuanya Papa yang bayarin, ya?"
Setelahnya, Jun hanya bisa mendengar suara tawa istri dan kedua anaknya menghiasi ruang keluarga tempat mereka berkumpul. Agak kesal, sih, dengan yang putra sulungnya katakan barusan, tetapi ya sudahlah. Toh, uangnya tidak akan langsung habis hanya untuk membeli makanan yang diinginkan oleh anak-anaknya itu, kok.
JAYWON
Selasa, 15 November 2022
#JAKE_DAY
Hai!?
Aku kasih yang ringan-ringan dulu sekaligus nggak ada sangkut-pautnya sama bab-bab sebelum atau sesudahnya nanti, ya, gais. Anggap aja ini selingannya karena demi apa pun, agak susah nyelipin momen antara Jay dan Jungwon karena (lagi-lagi) kita bakal ketemu sama si konflik, hehehe.
Momen JayWon-nya belum begitu berasa, sih, tapi entar insyaallah bakal aku selipin di bab-bab setelahnya, ya!
Btw, ayo mutualan di TikTok dan Twitter! :v
@/hajwoothings
See u!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top