78. Gosip (1): Anak Bungsu Keluarga Park
"Ooh, jadi ternyata anak bungsu Keluarga Park yang katanya sempat hilang itu sekolah di sini? Sumpah, demi apa?"
"Iya, woy. Gue aja baru denger kemaren, loh. Nggak nyangka, sih, sumpah."
"Tapi kalo dipikir-pikir lagi, agaknya mustahil nggak sih, buat orang yang udah ilang belasan tahun, terus diketemukan tapi dalam keadaan hidup gitu? Apalagi gue denger-denger, hilangnya tuh karena diculik, deh."
"Nah, iya banget! Kayak ... tingkat kemustahilannya tuh tinggi banget, nggak, sih?"
Terhitung, ada empat orang remaja perempuan yang duduk melingkar di sebuah meja yang berada di taman sekolah. Keempatnya asyik bergosip ini dan itu yang salah satunya membicarakan tentang anak bungsu Keluarga Park. Siapa lagi kalau bukan Jungwon?
Entah dari mana asal mula kabar itu terdengar, tetapi yang jelas, rata-rata hampir seluruh siswa dan siswi Trijaya 2 sedang hangat-hangatnya memperbincangkan soal berita serupa.
"Kalau dari yang gue denger-denger sih, ya, ada yang pro-kontra juga sama masalah ini." Gadis dengan nama Kim Minseo itu, berujar sambil berbisik. Mendekatkan tubuhnya pada ketiga temannya yang lain. "Ada yang percaya-percaya aja, tapi ada juga yang enggak."
"Bener, sih. Kata beberapa orang, kemungkinan ini tuh cuma kayak bentuk dari ke-frustrasi-an Keluarga Park aja karena setelah belasan tahun cari anaknya yang hilang, tapi nggak ketemu-ketemu juga," sambung gadis lain yang memiliki rambut panjang bergelombang dan lesung kecil di kedua pipinya. Kim Jiwon namanya.
Gadis yang akrab disapa Jiwon itu, kembali melanjutkan kalimatnya setelah memberi jeda beberapa detik. "Soalnya, 'si dia' ini katanya mirip banget sama Nyonya Park. Makanya kayak tanpa buang-buang waktu, langsung aja nge-klaim kalo 'si dia' ini anak bungsu mereka."
"Emangnya iya?" Gadis dengan rambut lurus panjang dan memiliki garis wajah keturunan barat---katakanlah bule, begitu---Huening Bahiyyih, bertanya dengan wajah penasaran. "Semirip itu emangnya?"
"Tau, deh. Soalnya di internet, belum ada postingan foto Keluarga Park yang sekarang. Maksudnya semenjak ada si dia ini," ujar Jiwon sambil mengangkat bahu tak yakin.
"Ada, tau. Coba cek di Instagram anak sulungnya Keluarga Park!" Satu-satunya sosok yang sejak tadi hanya diam mendengarkan cerita teman-temannya, Naoi Rei atau yang akrab disapa Rei itu, angkat bicara.
"Masa iya? Memangnya ada, gais? Apa nama akunnya?" Bahiyyih bertanya dengan raut tak sabar.
"Usernamenya itsjaydenpark. Sini deh, biar gue aja yang nyari, soalnya gue kebetulan follow doi," ujar Rei kemudian sebelum akhirnya sibuk melakukan pencarian di akun Instagram miliknya.
Namun, karena tidak sabar, keempat gadis itu akhirnya sibuk menggulir layar ponsel mereka masing-masing. Padahal, sebelumnya hanya Rei saja yang melakukannya.
"Ini bukan sih, anaknya?" tanya Jiwon sambil menunjukkan layar ponselnya kepada ketiga temannya itu.
"Nah, iya! Itu dia!" ujar Rei semangat.
"Lah, anjir!" Bahiyyih memekik. "Ini bukannya anak sekolah kita, ya!? Anak Trijaya, kan, ini!?"
Hebohnya pekikan dari Huening Bahiyyih barusan, sukses membuat keempatnya menjadi perhatian siswa-siswi yang tak sengaja melewati area taman.
Sementara itu, ketiga temannya yang lain hanya menatap gadis keturunan Amerika itu dengan tatapan datar.
"Lah, kan dari tadi kita udah bahas ini, heh! Kan gue bilang, 'ternyata anak bungsu Keluarga Park yang katanya sempat hilang itu sekolah di sini?'. Gitu. Astaga, Hiyye, ih!" Jiwon jadi gemas sendiri dengan sahabatnya yang satu itu. Sumpah demi apa pun.
Sementara itu, Bahiyyih atau yang akrab disapa Hiyye itu, malah sibuk cengengesan. "Ya sori, sih. Gue nggak fokus."
"Tapi asli deh, gais. Kalian sadar nggak sih, kalo dia ternyata seimut itu!? Cakep, anjir, mau nangis!" Minseo menahan pekikannya sembari terus memperhatikan foto yang di-posting oleh akun itsjaydenpark yang tak lain adalah akun milik Jay---putra sulung Park Junhui dan Jung Eunha itu.
"Bener, woy, setuju banget gue!" Jiwon ikut-ikutan merasa gemas, begitu juga dengan kedua sahabatnya yang lain. "Anak kelas mana sih, dia? Penasaran, woy. Belum pernah papasan langsung kayaknya, deh."
"Sepuluh A dua. Agak introver emang anaknya," ujar Rei dengan santai.
Ketiga sahabatnya kompak menatap Rei dengan tatapan menyelidik. "Lah? Lu tau dari mana?"
Rei mengangkat bahunya acuh. "Sepupu gue," jawabnya. "Haruto."
"Haruto? Watanabe Haruto, maksud lo?" Bahiyyih bertanya sambil meletakkan ponselnya ke atas meja setelah sejak tadi sibuk menggulir isi instagram putra sulung Park Junhui---Jay. Maklum, bule satu ini memang agak kepo dalam beberapa hal.
Gadis keturunan Jepang itu berdecak sekali. "Ya iyalah. Emangnya sepupu gue yang namanya Haruto siapa lagi?"
"Haruto tuh bukannya salah satu tokoh anime Jepang, ya?" Minseo bertanya polos. Maklum, ia baru bergabung dengan geng kecil ini sejak masuk ke Trijaya. Berbeda dengan Jiwon, Rei dan Bahiyyih yang memang sudah berteman sejak lama.
"Itu mah Naruto, anjir! Astaga, Kim Minseo!" Ketiga temannya itu memekik kesal, tetapi si pelaku hanya menampilkan cengirannya sambil memberikan tanda peace dengan jarinya.
Sementara di sisi lain, sosok yang sedang digosipkan oleh kurang lebih tiga puluh persen penghuni sekolah, terlihat anteng menikmati makan siang ditemani oleh Haruto dan Jeongwoo. Junghwan tidak masuk hari ini karena harus menemani sang kakak, Doyoung, yang sedang dirawat di rumah sakit karena tifus.
Kalau ditanya ke mana kedua orang tua Doyoung dan Junghwan? Jawabannya adalah, ayah dan ibu dari Kim bersaudara sedang ada keperluan bisnis di luar negeri dan posisi mereka baru diberitahu setelah Doyoung dirawat selama dua hari satu malam di rumah sakit.
Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Jihoon dan Junkyu, kakak kembar Doyoung dan Junghwan yang pelupa akut dengan alasan telanjur panik karena mendapati salah satu adik mereka jatuh pingsan dengan suhu tubuh yang jauh dari kata normal. Makanya baru bisa memberitahu kedua orang tuanya setelah diingatkan oleh Junghwan.
Sebenarnya, ada Jihoon dan Junkyu yang bisa menemani Doyoung di rumah sakit, tetapi Junghwan yang dasarnya sedang malas sekolah mengambil alasan itu untuk bolos atau yang bahasa halusnya, sih, izin, begitu. Aji mumpung sekali memang remaja yang memiliki tubuh lumayan bongsor itu.
"Nanti sore jadi mau jenguk Kak Doyoung?" Jungwon bertanya kepada kedua sahabatnya, sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Nasi ayam geprek adalah pilihan remaja 15 tahun itu sebagai menu makan siang hari ini, begitu juga dengan dua temannya yang lain.
"Gue sih jadi, nggak tau kalo Hartono. Gimana, To?" Jeongwoo dengan mudahnya memanggil Haruto dengan sebutan Hartono, tanpa mempedulikan bagaimana ekspresi sang sahabat yang perlahan berubah masam karena sebal.
Namun, beruntungnya Haruto sudah terbiasa dengan kelakuan biadab sahabatnya itu. "Jadi, kok, jadi. Gue udah izin sama nyokap buat bawa Pak Donghyuk buat nyopirin kita ke RS."
"Nggak ngerepotin?" Jungwon bertanya. "Pake bus ajalah kita biar hemat---"
"Anjir, Won!" Jeongwoo yang syok, langsung memotong kalimat sang sahabat dengan raut lebay. "Justru dengan nebeng sama Hartono, kita makin hemat! Sadar nggak lo?"
"Tapi---"
"Coba bayangin." Jeongwoo merangkul bahu sahabatnya itu dengan santai. "Kalau kita naik bus, otomatis pasti keluar duit kan, walaupun nggak seberapa? Coba bandingin sama kalo kita nebeng sama mobilnya Haruto. Irit, bos! Iya, nggak, To?"
Haruto otomatis misuh-misuh. "Iya, hemat, tapi kan tetap aja yang keluar uang bensinnya gue juga."
"Mobil lo udah mobil listrik, dongo!"
Setelahnya, dapat ditebak bukan, kalau tiada hari tanpa 'gelut' bagi Haruto dan Jeongwoo? Sumpah, demi apa pun, Jungwon mulai terbiasa. Tepatnya setelah mengenal kedua sahabatnya itu selama beberapa bulan terakhir.
Biasanya, ada Junghwan yang selalu melerai kedua egrang bambu itu, tetapi sekarang karena Junghwan sedang tidak masuk, alhasil Jungwon yang terpaksa melerai keduanya. Beruntungnya, pertengkaran mereka tidak sampai yang adu jotos segala. Paling-paling hanya saling melempar umpatan kasih sayang seperti biasa.
"Udah deh, udah. Kalian berdua berantem mulu, heran. Ayo ke kelas, udah bel masuk, tuh." Jungwon berujar sambil memperhatikan kedua temannya yang sekarang tengah berusaha menghabiskan sisa makanan mereka dengan cepat.
"Ah, lu sih, To. Jadi buru-buru kan, gue makannya!" Jeongwoo ngomel-ngomel dengan mulut penuh nasi dan ayam geprek.
"Lu kali, yang mulai duluan!" balas Haruto tak mau kalah.
Sementara Jungwon sendiri, hanya dapat menghela napas panjang---pasrah. Seperti yang dikatakan di awal, tiada hari tanpa bertengkar bagi Haruto dan Jeongwoo.
JAYWON
Rabu, 12 Oktober 2022
[TXT ACT: LOVSICK in JAKARTA]
Hai, gaisss!
Sorry banget (bosen pasti lihat kata maaf dari aku :)) baru bisa update sekarang :)
Kemaren rada asjahkajsja banget hei, hidup saya sampe mau nangis di dada Mingyu---eh.
Btw, ada yang nonton konsernya TXT nggak, kemaren!? 😭🙏🏻
Nangis banget woy, kek ... kenapa sih saya masih misqueeen!? Pengin kaya raya aja pake jalur instan---menjadi sugar baby-nya Choi Seungcheol. Canda sugar baby 😭🤌🏻
Ah iya! Jungwon enaknya dikasih FANS atau dikasih HATERS lagi nih, gais!? 😭🙏🏻
Yuk, mohon jawabannya 🤌🏻
.
.
.
TIM TAMBAH FANS 👉🏻
vs.
TIM TAMBAH HATERS 👉🏻
.
.
.
AGFM NEW CAST!
*Liz aku pake nama aslinya aja ya, ges, yaa 🤌🏻
See u!
13/10/22
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top