75. Sebab-Akibat

"Menurut info terakhir yang saya dapat, Asisten Yoon telah berhenti menjadi orang kepercayaan Jung Bora, sejak dua bulan lalu."

Sambil berdiri dengan sebuah tablet canggih di tangannya, Hansol membeberkan beberapa informasi yang baru-baru ini ia dapatkan kepada sang atasan yang masih menjadi salah satu pasien di rumah sakit itu. Walaupun terdengar tidak sopan karena sama sekali tak membiarkan atasannya beristirahat di kondisinya yang sekarang, tetapi mau bagaimana lagi?

Junhui sendiri yang meminta Hansol untuk datang dan melakukan pekerjaannya seperti biasa. Walaupun kondisinya belum pulih betul, lelaki itu tetap saja bersikeras untuk memeriksa segala pekerjaannya lewat sang asisten kepercayaan.

"Akan tetapi, untuk alasannya sendiri, Yoon Jeonghan belum memberitahukannya kepada siapa pun. Bahkan keberadaan lelaki itu hingga saat ini tidak diketahui." Hansol melanjutkan beberapa detail informasi yang ia miliki mengenai Asisten Yoon---yang saat ini statusnya adalah sebagai mantan asisten kepercayaan Jung Bora tersebut.

Sementara itu, Junhui sendiri hanya duduk diam sembari menyandarkan punggungnya pada kepala brankar yang sengaja di naikkan. "Bagaimana dengan keluarganya?" tanya ayah dari dua anak itu kemudian.

"Ia membawa seluruh keluarganya ikut serta dalam kepergiannya, Tuan," jawab lelaki berperawakan tinggi besar itu. "Kemungkinan besar, mereka pergi ke luar negeri dengan menggunakan nama samaran sehingga keberadaan mereka tak dapat diketahui saat ini."

Junhui mendengkus samar saat mendengar penuturan dari sang asisten. "Tingkahnya membuat orang-orang akan berpikir jika ia adalah buronan."

Setelahnya, tidak ada lagi percakapan antara keduanya hingga Eunha yang baru saja kembali dari kafetaria terlihat mengerutkan dahinya kebingungan. "Hansol?" panggilnya membuat lelaki keturunan Amerika itu menoleh. "Kenapa hanya berdiri? Duduklah, jangan merasa sungkan seperti itu."

Hansol yang diperintahkan seperti itu hanya mengangguk kecil. "Ya, Nyonya. Terima kasih," balasnya seraya membungkuk samar, lantas menatap sang atasan sejenak. Saat atasannya memberikan gestur untuk memintanya duduk, barulah ia menurut. Dari tatapan sang atasan sendiri, Hansol dapat menyimpulkan jika masih ada sesuatu yang hendak dibahas.

"Sudah makan siang? Jika belum, biar saya pesankan makanan."

"Tidak perlu, Nyonya." Hansol menolak dengan sopan, tawaran dari istri sang atasan itu. "Sebelum ke sini, saya sudah makan siang."

Eunha mengangguk kecil seraya tersenyum. "Syukurlah kalau begitu."

Setelahnya, perempuan dengan rambut sebahu itu kembali memusatkan perhatiannya kepada sang suami yang hanya diam saja sambil memainkan ponsel. "Mas mau makan sekarang?" tanyanya. "Biar cepat istirahat."

Sang suami lebih dulu mengalihkan perhatiannya dari ponsel, lantas menggeleng atas pertanyaan yang istrinya berikan tadi. "Nanti Papa makan sendiri," balasnya. "Mama pulang saja, ya? Papa sudah hubungi Pak Kang."

Saat nama dari salah satu sopir keluarga disebut, Eunha menghela napas. Sebenarnya, ia tidak mau menuruti ucapan sang suami karena demi apa pun, ia tidak tega kalau harus membiarkan suaminya itu sendirian di rumah sakit. Akan tetapi, melihat kehadiran Hansol, membuat ibu dari dua anak itu mencoba mengerti akan posisi sang suami.

Pasti ada sesuatu yang akan mereka bahas, pikirnya. Untuk urusan pekerjaan dan lain sebagainya, Eunha memang tidak pernah ikut campur.

"Ya udah, Mama pulang dulu. Nanti sore ke sini lagi sama anak-anak."

Eunha benar-benar meninggalkan ruang perawatan sang suami setelah berpamitan dan memberikan beberapa pesan kepada suaminya itu agar tidak melewatkan makan serta obatnya. Akan tetapi, saat di perjalanan menuju lift, ia berpapasan dengan Lee Seokmin---sekretaris sang suami---dan seorang lelaki yang lumayan asing baginya. Seperti pernah melihat, tetapi lupa di mana dan kapan.

"Selamat siang, Nyonya Park." Seokmin menyapa istri dari atasannya itu dengan ramah, begitu juga lelaki yang berada di sampingnya. Turut membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan.

"Ah-ya, Seokmin. Selamat siang," balas Eunha seraya membalas senyum hangat yang diberikan oleh lelaki dengan marga Lee itu. "Apa suamiku yang memintamu ke sini?"

Seokmin mengangguk singkat. "Benar, Nyonya. Tuan Park meminta saya untuk menemui beliau bersama dengan Detektif Kim hari ini." Suara lelaki dengan hidung kelewat mancung itu terdengar memelan kala menyebut 'Detektif Kim' sebagai jawabannya atas pertanyaan dari Nyonya Park barusan.

Sementara itu, Eunha sendiri memilih tidak bertanya lebih jauh karena hal itu bukan haknya. Ia seratus persen sangat mempercayai sang suami, walaupun jujur dalam hati yang terdalam, ia benar-benar penasaran dengan apa yang akan dibahas oleh suami dan orang-orang kepercayaannya itu.

Dari ucapan Seokmin barusan, Eunha juga dapat menarik kesimpulan jika orang yang saat ini berdiri bersama dengan lelaki bermarga Lee itulah yang disebut sebagai Detektif Kim. Kalau sudah membawa-bawa orang-orang penting seperti ini, Eunha dapat memastikan jika sesuatu yang akan dibahas oleh sang suami bukanlah hal sederhana lagi.

Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan di benak ibu dari dua anak itu, kenapa harus di rumah sakit? Apakah tidak bisa menunggu sampai suaminya itu sembuh total dan diizinkan kembali ke rumah? Hal tersebut akhirnya hanya menjadi beban pikiran Eunha selama perjalanan pulang.

Memang, yang namanya menebak-nebak itu sama sekali tidak enak.

JAYWON

"Kalo menurut gue, sih, kayaknya bokapnya Jay sampe masuk RS gitu karena kecapekan, deh. Capek ngurusin masalah yang akhir-akhir ini terjadi, gitu."

Sunghoon menoleh saat suara Sunoo yang sejak tadi duduk di sampingnya terdengar. Keduanya sedang menghabiskan waktu di kediaman Ni-Ki dengan bermain game seperti biasanya. Akan tetapi, sayang sekali hanya mereka bertiga yang bisa berkumpul bersama, sementara Heeseung, Jake dan Jay tidak bisa datang.

Heeseung dengan acara keluarganya, sementara Jake terpaksa diminta menemani sang kakak sulung yang sedang patah hati. Kalau untuk Jay, ketiga sahabat itu sama-sama mengerti jika kemungkinan, remaja 17 tahun itu sedang menemani ayahnya di rumah sakit.

"Masalah apa dulu, nih, maksud lo?" Sunghoon bertanya kepada si pemilik mata rubah tersebut dengan dahi berkerut samar.

Sementara itu, Sunoo sendiri terlihat mengendikkam kedua bahunya. "Ya ... mungkin masalah yang dibuat sama ... adeknya Jay itu?"

Ni-Ki yang sejak tadi hanya diam sembari memakan camilan dan menyaksikan kedua temannya bermain game, kini terlihat tertarik dengan pembahasan keduanya. Akan tetapi, seperti biasa, ia akan diam lebih dulu sebelum turut campur lebih jauh. Katakanlan jika saat ini, Ni-Ki sedang mempelajari suasana.

"Soalnya gini, deh. Coba kalian pikir-pikir lagi." Sunoo mencoba membeberkan beberapa hal agar pendapatnya beberapa menit lalu diterima oleh kedua sahabatnya. "Sejak Adeknya Jay itu 'diketemukan', kayaknya ada aja masalahnya. Iya, nggak sih?"

Walaupun hanya diam saja, tetapi Sunoo mengerti jika Sunghoon dan Ni-Ki mendengarkannya. Hal itu jugalah yang membuat remaja dengan marga Kim itu melanjutkan kalimatnya. "Mulai dari drama keracunan, terus Oma Jung yang tiba-tiba bertingkah laku kayak orang jahat, terus sampe akhirnya, Om Jun masuk rumah sakit kayak sekarang. Kalo gue pikir-pikir lagi, ini pasti ada kaitannya satu sama lain, deh."

"Ya, kita mana tau, sih, kalau ternyata ada sosok pembawa kesialan, mungkin, di keluarganya Jay sekarang?"

Celetukan Sunghoon barusan, praktis membuat Ni-Ki menoleh. "Maksud lo gimana, nih, Bang?" tanya remaja keturunan Jepang itu dengan dahi berkerut.

"Ya, lo pikir aja, deh, Nik. Satu-satunya kejadian terburuk yang kita tau adalah waktu penculikan dan kecelakaannya Jay. Sebelum-sebelumnya? Kan nggak ada. Keluarga mereka aman-aman aja, tuh."

Penjelasan dari Sunghoon malah membuat Ni-Ki semakin mengerutkan dahinya tak mengerti. "Tapi, kan, jauh dari kejadian itu, keluarga mereka pernah kehilangan anak selama belasan tahun, kan. Kalo menurut gue, sih, kemungkinan hal-hal yang terjadi sekarang tuh berhubungan sama peristiwa belasan tahun lalu itu, sih."

"Ya ... tapi kalian pernah mikir nggak sih, kira-kira alasan apa yang mendorong sampai ... katakanlah si pelaku menculik bayi yang baru aja lahir itu? Nggak mungkin ada sebab tanpa akibat, kan?" Sunoo mencoba membuka lahan diskusi untuk dirinya dan kedua sahabatnya itu lebih dalam lagi.

Sunghoon mendengkus singkat. "Ya, kayak yang gue bilang tadi. Kemungkinan, ada sosok 'pembawa kesialan' di keluarganya Jay. Bisa aja itu Adeknya Jay sendiri, kan? Makanya dari awal harus dilenyapkan, gitu."

"Setuju sih, gue, sama pendapat lo." Sunoo mengangguk kecil, menyetujui ucapan Sunghoon barusan.

Sementara itu, tanpa keduanya sadari, ekspresi wajah Ni-Ki tiba-tiba saja terlihat tak bersahabat hingga remaja 16 tahun itu bertanya dengan nada datar dan terkesan begitu menuntut jawaban. "Kalau gue liat-liat lagi, kayaknya lo berdua se-nggak suka itu, ya, sama Jungwon? Kenapa? Dia pernah buat salah, kah, sama kalian berdua?"

Sunghoon dan Sunoo seketika saling pantas, kemudian tertawa kecil---yang di telinga Ni-Ki terdengar sama sekali tak nyaman.

"Ya elah. Perasaan lo doang, kali, Nik," balas Sunoo dengan nada santai. "Ya, kan, Bang Hoon?"

"Tapi waktu itu, pas kita pertama kali dikenalin sama Jungwon, gue denger lo bilang ke Jungwon kalo lo lagi mantau dia. Itu gimana, ya, maksudnya? Gue juga denger kalo lo, Bang Hoon, ngomong sesuatu yang nggak ngenakin ke Jungwon waktu itu."

Sunoo dan Sunghoon kontan terdiam dengan dahi berkerut samar. Antara ingin menyangkal ucapan Ni-Ki barusan, atas sedang berusaha terlihat tetap tenang saat sedang terpojok. Di mata Ni-Ki sekarang, semuanya terlihat sama saja.

Karena kedua temannya itu hanya diam saja, Ni-Ki memilih melanjutkan kata-katanya. "Selama ini gue tau, kok. Tapi gue sengaja diem aja, sih. Jadi, gimana? Kalian berdua punya alasan buat itu?"

JAYWON
Kamis, 18 Agustus 2022

Hai, gengs. Long time no see :)
Sebenernya aku mau nulis AGFM dari Minggu lalu, tapi bawaannya maleeesss mulu :)
Jadi ya udahlah. Habisnya nggak ada yang nyariin, sih---wkwkw. Canda nyariin.

Btw, kayaknya karena aku lama nggak update, sampe-sampe aku didatangin sama mereka:

:)
Papa Jun sama Hansol aka Vernon pulang, gengs! 😭
Nangis betul, wkwkwk. Kayak nampar banget, gitu lho, seolah-olah bilang, "Win, lu belum update cerita anak-anak gue!"

Jadi, ya udahlah ya :)
Doain gengs, semoga Jay sama Jungwon pulang mandiri entar yak biar nemenin Bapaknya wkwkwk😭🤌🏻

Udah gitu aja.
See u!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top