73. Teman-teman Jungwon

Perasaan, baru semalam tiba-tiba sang kakak bertanya, "Udah dapat temen baru belum, Dek, di sekolah?"

Lalu Jungwon menjawab dengan agak ragu. "Udah. Dua."

Akan tetapi, tiba-tiba saja ini sudah menjadi bulan ketiga ia bersekolah di Trijaya 2 dan teman yang semula ia bilang berjumlah dua, kini bertambah menjadi empat.

Mulanya, memang hanya Haruto dan Jeongwoo saja yang sering mengikutinya ke mana pun dan selalu bertingkah sok kenal sok dekat yang malah lama-kelamaan menjadi benar-benar akrab satu sama lain. Namun, beberapa waktu kemudian, kedua remaja itu mengenalkan Jungwon kepada dua teman mereka yang lain. Namanya Kim Doyoung dan Kim Junghwan.

Doyoung sendiri sudah duduk di kelas sebelas, sementara Junghwan berada di kelas yang sama dengan Jungwon. Alasan kenapa keduanya baru dikenalkan dengan Jungwon adalah karena sepasang kakak dan adik itu baru saja pindah dari sekolah mereka yang sebelumnya dan memilih Trijaya sebagai tujuan.

Kalau ditanya kepada Haruto atau Jeongwoo, kenapa Junghwan dan Doyoung pindah? Keduanya akan dengan percaya diri menjawab, "Mereka berdua, kan, nggak bisa jauh dari kita."

Entah bagaimana caranya, tiba-tiba saja mereka menjadi teman.

Jungwon yang memang sebelum-sebelumnya tidak memiliki teman pun merasa cukup kaget karena ternyata, 'berteman' tidaklah sesulit yang ia bayangkan.

"Ayo siang ini ke rumah gue!" Junghwan berseru semangat sembari menyuap donat kesukaannya ke mulut. "Mama katanya mau masak-masak, kan, Bang?"

Doyoung yang merasa disebut oleh sang adik, mengangguk. "Iya. Nanti balik sekolah langsung otw aja, lah. Buat baju ganti, gampang. Di rumah banyak."

Omong-omong, Doyoung dan Junghwan adalah kakak adik. Selain itu, keduanya juga memiliki dua orang kakak kembar yang usianya tiga tahun lebih tua dari Doyoung, Jihoon dan Junkyu namanya. Memang, empat beradik ini laki-laki semua, jadi tidak heran kalau kedua orang tuanya sering mengeluh pusing akan kelakuan anak-anaknya.

"Hayuk, lah!" Haruto dan Jeongwoo menyahut kompak. Dua remaja itu tinggal bertetangga. Rumahnya samping-sampingan dan posisi kamar keduanya juga berseberangan. Hal tersebut membuat mereka sering menginap di kamar satu sama lain melewati balkon. Ya, walaupun untuk melewatinya dibutuhkan effort lebih, sih.

"Nyokap sama bokap gue lagi ke luar kota, sih," ujar Jeongwoo yang langsung diangguki oleh Haruto.

"Sama. Bedanya, ortu gue pulang kampung liat Tante gue lahiran." Begitu yang Haruto katakan. "Sabilah, gue sama Jongu nginep di rumah lu."

Doyoung dan Junghwan mengangguk mengiyakan. "Ayok aja gue mah. Mumpung besok Sabtu, kan. Sekalian aja sampe Minggu di rumah gue."

Sementara keempat remaja itu berbincang perkara main dan menginap di kediaman Kim bersaudara, Jungwon yang juga berada di meja yang sama di kantin saat itu hanya diam saja. Bukan karena tidak tahu harus nimbrung dengan cara apa, tetapi lebih kepada tak tahu apakah ia juga harus mengiyakan ajakan teman-temannya atau tidak?

"Won?" Junghwan menyenggol bagi temannya yang duduk di samping kirinya itu. "Ayok, lo juga ikut ke rumah gue, kan? Nginep sekalian, kuy?"

Jungwon mengembuskan napas pendek. "Belum izin Mama," ujarnya singkat. "Nggak deh. Tapi kalo main, mungkin boleh."

"Nginep?"

Cowok dengan potongan rambut berponi itu lagi-lagi menggeleng singkat. "Takut nggak dikasih izin," jawabnya. "Kalian aja, lah. Gue kapan-kapan."

"Nggak bisa gitu, dong!" Jeongwoo berseru tak terima. "Nanti biar gue yang izin sama Tante Eunha."

Keempat temannya---tak terkecuali Jungwon---praktis menatap cowok kelahiran September itu dengan tatapan heran.

"Memangnya lo berani?" tanya Haruto kemudian. Gemas sendiri dia melihat sahabat sejak bayinya itu mulai bertingkah sok iya kalau kata orang-orang.

Jeongwoo sendiri menyunggingkan senyum miring, kemudian mengedipkan salah satu matanya. Hal itu membuat Jungwon yang tidak bisa melakukan hal serupa, hanya bisa mendengkus sebal, apalagi kedipan Jeongwoo barusan ditujukan kepadanya. "Gampang lah, itu," ujar cowok berkulit tan itu dengan penuh percaya diri. "Tante Eunha kan baik hati dan tidak sombong, ya, masa iya anaknya diajak main nggak boleh?"

"Gimana, Won?" Doyoung bertanya kepada adik kelas yang juga temannya itu, sementara yang ditanyai hanya bisa mengangkat bahu tak tahu.

"Lihat nanti aja, deh," ujarnya.

Mulanya, Jungwon memang terlihat begitu ragu perihal apakah ia akan diberikan izin oleh sang ibu untuk berkumpul sekalian menginap dengan teman-temannya di kediaman Kim bersaudara atau tidak. Namun, sesaat setelah Jeongwoo menepati kata-katanya---tepatnya saat pulang sekolah---cowok tan itu ikut bertandang ke rumah sang sahabat dan meminta izin langsung kepada ibu dari sahabatnya itu, sesuai dengan yang ia katakan.

Pada akhirnya? Boom! Ibu dari Jungwon itu dengan senyumnya yang manis menjawab, "Tentu aja boleh, dong. Baik-baik ya kalian di rumah Keluarga Kim. Jangan bandel. Adek kalo nanti udah mau pulang, telepon Mama aja biar nanti dijemput, ya?"

Jadi begitulah hingga setelahnya, kini lima remaja itu berkumpul di kediaman Kim dan tengah menikmati masakan yang dibuat oleh Mama Irene, ibu dari Doyoung dan Junghwan.

"Ayo nambah lagi lauknya, jangan malu-malu. Anggap aja rumah sendiri. Tuh, liat aja Junghwan udah nambah dua kali." Mama Irene---begitu panggilan yang telah disepakati oleh teman-teman anak-anaknya---berujar, sambil tertawa kecil melihat putra bungsunya yang begitu lahap menyantap masakannya.

"Mama tinggal ke Papa Suho dulu, ya? Abang Dobby nanti kalau Mas Jihoon sama Kak Junkyu udah pulang, langsung suruh makan juga ya, Nak."

"Oke, Ma!" Doyoung yang memiliki panggilan Dobby ketika di rumah itu, mengiyakan titah sang ibu, lengkap dengan mengacungkan jempolnya pertanda setuju.

"Habis ini mau ngapain rencana?" tanya remaja 16 tahun itu kepada teman-teman sekelas adiknya yang juga merupakan temannya tersebut sebab dirinya benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.

Sembari mengambil lauk tambahan dan meletakkannya ke atas piring, Jeongwoo berujar, "Habis makan tuh, enaknya tidur."

"Dih." Haruto nyinyir. "Buncit entar perut lu kek bapak-bapak."

Jeongwoo menatap sahabatnya itu dengan tatapan sinis. "Dih, emang Om Hanbin buncit?"

"Lah? Kok jadi bawa-bawa bokap gue?"

"Kan lu tadi bilangnya 'bapak-bapak'. Ya berarti Om Hanbin termasuk, dong."

Sudah bisa ditebak, bukan, siapa yang paling banyak diam di perkumpulan bocah-bocah freak ini? Yup, tentu saja Jungwon. Remaja 15 tahun itu hanya bisa meringis melihat bagaimana teman-temannya adu mulut dan bertengkar seperti tadi, khususnya untuk Haruto dan Jeongwoo.

Sejauh ini, Jungwon masih terus mencoba untuk bisa berbaur dengan orang-orang. Ia pikir awalnya mudah karena lingkungan sekolahnya kini begitu nyaman dan dirinya sekarang dikelilingi oleh orang-orang baik seperti Jeongwoo, Haruto, Doyoung dan Junghwan. Akan tetapi, ternyata susah juga, ya?

Mungkin karena belasan tahun tidak pernah memiliki teman, membuat Jungwon kesulitan untuk lebih mengekspresikan dirinya di depan teman-temannya.

Beruntungnya, mereka tidak pernah memaksa Jungwon untuk melakukan apa yang ia belum bisa, tetapi teman-temannya itu malah berperan sebagai pendukung yang akan mendukung apa pun keputusan dan langkah yang akan diambil oleh remaja berlesung pipi itu.

Intinya, keputusan Jungwon untuk mengiyakan ucapan sang ayah dengan bersekolah di Trijaya adalah yang paling tepat---sejauh ini.

Kembali lagi ke masa sekarang, tepatnya setelah selesai makan, kelima remaja itu memilih untuk pergi ke ruang bermain yang berada di kediaman Kim. Letaknya di lantai dua dan tempatnya bisa dibilang cukup luas dengan beragam jenis video game dan alat-alat yang belum terlalu familiar bagi Jungwon tentunya. Ya setidaknya, cowok berlesung pipi itu tahu kalau semua alat canggih itu digunakan untuk bermain game.

Hari menjelang malam kala tiba-tiba saja, ponsel milik Jungwon bergetar panjang, menandakan adanya panggilan masuk ke benda pipih tersebut.

Kelima remaja yang asyik bermain, sontak menghentikan keributan yang terjadi. Karena bagaimanapun, namanya juga anak laki-laki. Tidak lengkap rasanya kalau bermain dengan mulut terkunci rapat---dalam artian pasti akan sangat berisik jadinya.

"Siapa, Won?" Junghwan bertanya sambil menatap teman sekelasnya itu.

Jungwon yang saat ini berdiri untuk menjawab panggilan, menoleh singkat. "Abang gue," jawabnya. "Iya, kenapa Bang?"

"Dek, Abang jemput kamu sekarang, ya? Papa masuk rumah sakit."

JAYWON
Sabtu, 2 Juli 2022

:)

Nggak kerasa ya, Bun, besok Enhypen comeback 😭🤌🏻
Nggak sabar banget, huhu.

Btw, aku dapat serangan dari mana-mana astagfirullah. Serangan ini juga menyerang dompetku😭🙏

1. TXT, Seventeen, Enhypen comeback dalam waktu berurutan. Terus Treasure juga ada ancang-ancang mau kambek juga katanya di musim panas ini (antara Juni-September katanya)

2. Itu, empat grup yang aku Stan, SEMUANYA PADA MAU KONSER ke Indonesia 😭🤌🏻
Nangis nggak dompet lu😭🤌🏻

Mana tinggalnya di luar Pulau Jawa, pula, hikd. 😭🤌🏻

Sudahlah, lama-lama aku kakean sambat kek Junkyu😭🙏

See u!
Ramein, ya!

3 Juli 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top