66. Sebuah Tamparan yang Berdasar

Ada beberapa hal yang membuat kita sebagai manusia harus bergerak sendiri untuk membuktikan, apakah semua perkiraan yang telah terpikir dalam benak memanglah kenyataan atau bukan. Walaupun terkadang memang harus mengorbankan beberapa hal, tetapi demi sebuah kebenaran, semua itu harus tetap dilakukan.

Salah satunya, seperti yang tengah dilakukan oleh Eunha saat ini.

Berawal dari rasa curiga kepada sang ibu sambung yang semakin hari semakin menunjukkan keanehannya, maka dari itu jugalah Eunha memilih mencari tahu semuanya secara mandiri. Walaupun ia tahu jika sang suami pasti tidak akan menyukai hal ini---sebab diam-diam Eunha telah mendengar bagaimana suaminya menyimpan kecurigaan kepada ibu tirinya itu. Namun, demi membuktikan semuanya, makanya ia memilih mencobanya sekarang.

Omong-omong, ibu mertuanya kebetulan sedang beristirahat di rumah setelah seharian kemarin turut menjaga Jungwon yang masih harus dirawat di rumah sakit karena kondisinya tang belum pulih benar. Sementara Daesoo, kakak iparnya itu sudah kembali ke rumahnya bersama sang suami dan Jihan putrinya kemarin sore.

Kebetulan, entah ada angin apa, tiba-tiba saja hari ini sang ibu sambung mendatangi rumah sakit sambil membawa parsel kecil berisi buah-buahan. Beliau bilang, ingin menjenguk cucunya, katanya. Padahal dalam hati, Eunha seketika berpikir, selama seminggu terakhir, ke mana saja ibunya itu, eh? Kenapa baru bepikir untuk menjenguk cucunya sekarang? Beruntungnya hal itu hanya dapat Eunha suarakan dalam hati.

Kesempatan yang datang itu jugalah yang membuat Eunha seketika mengambil sebuah kesempatan untuk mencari tahu apakah kecurigaan sang suami dan juga Vernon benar adanya atau tidak.

Jungwon sudah tertidur setelah disuapi makan siang olehnya beberapa saat lalu, sementara sang ibu sambung terlihat begitu sibuk dengan ponsel pintar miliknya di tangan. Sebelum benar-benar melancarkan rencananya, Eunha lebih dulu mengusap lembut pucuk kepala sang putra seraya membatin, maafin Mama karena harus melibatkan Adek dalam masalah ini, Nak. Mama harap, Adek baik-baik aja ya, Nak? Habis ini, Adek nggak boleh sakit lagi karena memendam semuanya sendirian.

Setelahnya, Eunha memilih menghampiri sang ibu seraya mengambil ponsel dan dompet miliknya yang disimpan di atas sofa. Apa yang dilakukan oleh ibu dua anak itu tak terlepas dari perhatian Bora yang diam-diam meliriknya. "Kamu mau ke mana, Na?" tanya wanita paruh baya itu kemudian.

Eunha lebih dulu menyunggingkan senyum tipis sebelum menjawab. "Aku mau beli sesuatu dulu, Ma, ke kafetaria. Mama mau, kan, jagain Adek sebentar?"

Dari raut wajah sang ibu sambung, jujur saja, Eunha tak dapat membaca apakah ibunya itu mau atau tidak. Akan tetapi, jawaban dari Bora selanjutnya, berhasil membuat ibu dua anak itu tersenyum senang---merasa salah satu rencananya telah dilakukan dengan cukup baik.

"Jangan lama-lama," ujar Bora basa-basi. "Takutnya nanti anakmu bangun, terus nyariin."

Akhirnya, Eunha mengangguk sambil tersenyum sebagai ucapan terima kasih, sebelum benar-benar meninggalkan ruangan tempat putra bungsunya itu dirawat.

Sebenarnya, ia tidak ingin membeli apa pun. Ia hanya ingin membuktikan sesuatu, makanya sebelum benar-benar pergi, Eunha menyempatkan diri untuk menghampiri brankar sang putra, lantas menyelipkan ponsel di balik bantal yang ditiduri oleh si bungu dalam posisi alat perekam suara yang menyala. Tenang saja, Eunha sudah menyalakan mode pesawat agar nantinya tidak ada hal yang tak diinginkan terjadi, mengganggu jalannya rencana.

Omong-omong, Eunha tidak benar-benar pergi ke kafetaria, melainkan melipir ke salah satu ruangan yang letaknya bersebelahan dengan kamar inap Jungwon. Ruangan itu sendiri difungsikan sebagai tempat melepas penat para kerabat dari pasien yang dirawat di kamar VIP maupun VVIP. Terdapat banyak buku bacaan dan sofa yang cukup nyaman untuk diduduki di sana. Sepertinya, fasilitas seperti itu memang hanya ada di rumah sakit ini.

Sementara itu di sisi lain, Jungwon diam-diam sudah bangun, tepatnya saat sang ibu meninggalkan ruangan. Akan tetapi, ia memilih berpura-pura tertidur saat menyadari jika dirinya hanya ditinggal berdua dengan Oma Jung yang menurutnya cukup menyeramkan itu. Jadi, lebih baik cari aman sajalah, daripada harus terjebak di suasana super awkward yang pastinya akan terjadi antara dirinya dan Oma Jung nanti.

Di dalam hatinya, jujur saja, Jungwon merasa takut. Ia juga tidak tahu benar apa yang menjadikan alasan hingga sang ibu meninggalkan dirinya hanya berdua saja dengan Oma Jung yang dikenalnya sebagai sosok kejam dan tak berperasaan itu. Namun, ya sudahlah. Ia hanya perlu terus berpura-pura tidur hingga Mama Eunha kembali, bukan?

"Ya. Ini Mama masih di rumah sakit."

Terkejut? Jelas. Jungwon yang sejak tadi hanya merasakan heningnya ruangan tempatnya di rawat itu, tiba-tiba saja tersentak karena Oma Jung mendadak bersuara. Ia kemudian menebak-nebak, mungkin saja wanita paruh baya itu tengah menelepon seseorang.

"Sebenarnya Mama juga nggak betah, asal kamu tahu. Kalau nggak gara-gara Eunha yang minta Mama buat jagain hama itu, juga, mungkin udah pulang Mama dari tadi."

Suara Oma Jung kembali terdengar, membuat Jungwon seketika menerka-nerka. Apakah yang disebut sebagai 'hama' oleh ibu sambung Mama Eunha itu adalah dirinya?

Tak lama, Oma Jung agaknya menyalakan mode loudspeaker hingga Jungwon dapat mendengar dengan jelas suara orang yang sedang terhubung lewat sambungan telepon dengan wanita paruh baya itu---walaupun masih tidak tahu, siapa tepatnya.

"Lagi pula, ngapain coba, masih dirawat? Mending sekarat sampai sekarang. Ini enggak, kan? Udah baik-baik aja tuh dia, kayaknya."

Oma Jung menghela napas panjang---dapat didengar dengan jelas oleh Jungwon yang diam-diam menguping dengan kedua mata tertutup seolah-olah masih tertidur itu.

"Sekaratnya sudah lewat," ujar perempuan paruh baya itu. "Sayangnya nggak sampai mati, aja."

"Ya, terus kenapa gitu, masih dirawat juga? Ngabis-ngabisin uang, aja!"

"Jun saja yang bodoh. Kayaknya dia terlalu manjain 'anaknya' itu. Jadi agak susah buat disentuh, sekarang."

"Harusnya langsung mati aja, sih, kemarin."

"Hm, Mama juga nggak habis pikir. Gimana ceritanya dia masih bisa hidup." Suara Oma Jung terdengar memelan saat mengatakannya. Hal itu membuat dahi Jungwon berkerut samar.

"Jadi kapan katanya si hama itu bisa pulang?"

"Ya, Mama mana tau." Oma Jung menjawab acuh. "Mungkin dianya keenakan, kali, dirawat di rumah sakit mahal kayak gini. Dia nggak tau, kali, berapa biaya buat dirawat di sini untuk semalam. Kamar VVIP, pula."

"Memang dasarnya aja, Jun sama Eunha itu bodoh. Kok, ya, mereka nggak sayang buang-buang duit buat hama kayak gitu."

Cukup. Agaknya, Jungwon merasa cukup untuk menguping pembicaraan Oma Jung dengan entah siapa di ujung sambungan saja. Maka dari itu, Jungwon memilih bangun, menggerakkan tubuhnya hingga membuat Oma Jung menyadari hal itu.

"Nanti Mama telepon lagi," ujar wanita paruh baya itu, seraya memutuskan sambungan telepon dengan salah satu putrinya. "Sudah bangun, kamu?"

Walaupun tahu jika Oma Jung hanya berbasa-basi, tetapi Jungwon tetap menjawab seraya mengangguk kecil. "I-iya, Oma," jawabnya.

"Gimana? Nyenyak, tidurnya?" tanya Oma Jung lagi.

Jungwon mendadak merasakan atmosfer berbeda di sekitarnya saat mendengar pertanyaan yang Oma Jung lontarkan. Entahlah, rasanya tidak nyaman saja. Sungguh. Jadi, pada akhirnya remaja itu memillih menjawab singkat, "Lumayan, Oma."

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada yang lebih tua, Jungwon memilih tetap menyunggingkan senyum tipis, tetapi seperti biasa, Oma Jung tidak memberikan tanggapan apa pun kecuali sebuah cibiran yang terdengar cukup jelas di telinga Jungwon.

"Jelas nyenyak, dong." Oma Jung berujar dengan raut yang terlihat julid di mata Jungwon. "Lagi pula, kamu tahu, kan, di mana kamu berada sekarang?"

Jungwon diam. pertama karena ia tidak begitu mengerti dengan yang Oma Jung katakan. Kedua, ia juga tak tahu hrus menjawab apa. Makanya cowok dengan lesung pipi itu memilih diam saja sembari terus berdoa dalam benak, semoga Mama Eunha segera kembali dan menyelamatkannya dari suasana canggung luar biasa yang menguasai sekitarnya.

"Saya tahu kalau kamu cuma berpura-pura bodoh. Atau, memang benar-benar bodoh, ya?"

Sumpah, ya. Jungwon sebenarnya sama sekali tidak paham dengan yang Oma Jung maksudkan. Ya, bagaimana? Wanita paruh baya itu berbicara tidak jelas menurutnya. Namun, lagi-lagi demi rasa hormat, Jungwon memilih bertanya---lebih tepatnya berniat memperjelas maksud dari neneknya itu.  "M-maksud Oma, gimana ya?"

Oma Jung otomatis mengembuskan napas. Rautnya terlihat muak. "Omong-omong, saya bukan Nenekmu. Nggak sudi saya mengakui kamu sebagai cucu saya. Yang saya tahu, Eunha hanya punya Jay sebagai anaknya."

Mendengar itu, membuat Jungwon terdiam. Inginnya sih mendengkus kuat sembari memutar bola matanya malas. Akan tetapi, demi yang namanya kesopanan, Jungwon memilih mengurungkan itu. Lagi pula, bagaimana, ya? Niat Jungwon menyapa nenek tua di hadapannya dengan sebutan 'Oma' adalah karena posisinya yang jauh lebih muda dari Nyonya Jung yang terhormat itu.

Ya, masa iya Jungwon harus berbicara dengannya menggunakan lo-gue lantas menyebut Oma Jung tanpa embel-embel 'oma, nenek, mbah' atau apa pun lah, itu. Selain itu juga, jujur. Jungwon juga tidak berharap, kok, untuk menjadi cucu dari wanita tua dengan pakaian super modis dan make up tebal itu. Seram yang ada hingga Jungwon mendadak membayangkan bagaimana jika Oma Jung adalah seorang penyihir jahat yang berbahaya.

Ah, sial. Tiba-tiba saja Jungwon menyadari jika jiwa julid telah kembali dan ia tak bisa terus-menerus membiarkannya terjadi. Bagaimanapun, bukankah ia harus menjaga nama baik keluarga Park yang sekarang disematkan sebelum namanya sebagai marga dan menggantikan marga sebelumnya ia gunakan?

"M-maaf, Oma---um, maksudnya---"

"Nyonya. Sebut saya dengan sebutan itu. Bukannya sebutan itu pantas untuk dirimu yang ...." Oma Jung menghentikan kalimat panjangnya sebentar, sembari memperhatikan Jungwon dari ujung kepala hingga berhenti tepat di mata remaja lelaki itu. Tatapan si wanita tua mendadak berubah tajam sebelum kembali melanjutkan kalimatnya tadi. "Terlihat seperti gelandangan."

Gelandangan, katanya. Jungwon bergumam dalam benak. Julukan untuknya bertambah satu, astaga. Semakin banyak saja agaknya julukan yang orang-orang berikan padanya hingga Jungwon sendiri tidak begitu hafal apa-apa saja julukannya itu. Sepertinya, ia memang harus menulis seluruhnya di buku pemberian Bu Sojung tempo lalu agak bisa mengingatnya dengan mudah.

"I-iya, maksudnya N-Nyonya." Jungwon berujar lagi. Omong-omong, posisinya sekarang hanya duduk diam tanpa berani membalas tatapan Oma Jung yang semakin tajam seolah-olah dapat melukai tubuhnya itu. "Sekali lagi, Jungwon minta maaf ya, Nyonya."

Perempuan yang sebelumnya memiliki marga Ahn itu lagi-lagi hanya mendesah keras. Agaknya ia sudah muak. Makanya tiba-tiba saja, bibir dengan lipstik super merah itu berujar, "Dasar tidak tahu diri." Setelahnya, barulah ia kembali ke tempatnya semula duduk, meninggalkan Jungwon yang lagi-lagi hanya bisa diam.

Salah lagi, gue. Jungwon menghela napas pendek, kemudian cowok itu memilih merebahkan kembali tubuhnya seraya mengalihkan tatapan ke sembarang arah.

Mulanya, Jungwon pikir Oma Jung sudah lelah dengan segala kalimatnya yang tajam dan menyakitkan itu. Ternyata ada season duanya. Terlebih lagi saat wanita tua itu tiba-tiba saja bangkit dari duduknya sembari membawa tas tangan miliknya.

"Berhenti menyusahkan anak dan menantuku," ujarnya dengan nada yang terdengar tajam. "Kamu sadar diri, kan, kalau kamu hanya menyusahkan mereka saja?"

Setelahnya, Oma Jung benar-benar pergi meninggalkan ruangan, sementara Jungwon yang sempat diberikannya peringatan penuh kasih sayang itu hanya bengong. Apalagi saat telinganya tak sengaja mendengar gerutuan Oma Jung sebelum benar-benar meninggalkan ruang perawatannya itu hingga membuatnya seketika berpikir, apa gue memang semenyusahkan itu, ya?

JAYWON
Kamis, 31 Maret 2022

HALO APRILLLLLL!
bayangin kemarin aku update tanggal 1 Maret terus baru update lagi tanggal 31 Maret :)

BTW, GENGS. Tolong banget, lah, ini. Aku lagi keracunan Trejo gimana dong!? 😭🙏
Di sini ada yang TEUME nggak sihhhh!?
Ayo sini kita gibah bareng 😭🙏

Btw lagi, aku sedang gila-gilanya sama maknae line-nya Trejo terutama DOYOUNG ASTAGHFIRULLAH GILA BANGET KE MANA AJA GUEEE SELAMA INI, ANJIR!?

😭🙏

Dahlah gitu aja. Entar kalo misalnya aku bikin cerita tentang Doyoung ft. Maknae line cem mana? Ngidam banget gue anjir, tiba-tiba 😭🙏

Dahlah. Bay-iiiiii!
01/04/22

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top