F10 : Jiwa Pangeran Drakula
Dash!?
Aku pernah mendengar suatu kisah tentang seorang pejuang yang bertarung demi harga diri dan kampung halaman disaat bersamaan, ia berjuang dengan sangat keras namun dikhianati oleh orang yang dia percaya. Legendanya terhapus... Dan muncul kembali setelah rohnya kembali hidup untuk membalaskan dendam kepada orang yang membunuhnya.
Hampir selama beberapa bulan atau tiap tahunnya ada satu orang mati di Lantai 10 ini. Mereka mati dengan kepala terpotong dan tak ada dimana-mana, beberapa saksi yang menyaksikan kejadian mengatakan jika itu ulah roh balas dendam dari masa lalu, dendam dari seorang pejuang yang dikhianati oleh kepercayaan.
Namanya adalah... Kagachi the Samurai.
Slash!?
Aku dan Kagachi sama-sama menebas ke tengah badan. Aku menang karena menggunakan sihir waktu tapi yang namanya undead... Tidak merasakan apa itu rasa sakit.
Kagachi memutar badan cepat menebas random ke belakang, Slow Motion aktif saat aku dalam bahaya aku merubahnya jadi Time Art---teknik berpedang orisinal buatanku sendiri.
Tring..!
Di sini aku bisa mengendalikan waktu sesuka hati, mau itu memperlambat, mempercepat atau pun... Melihat masa depan.
Time Art - Future Time, Five Seconds
Slash, Slash!
Aku menghindari setiap tebasan random Kagachi setelah melihat 5 detik ke masa depan. Ini adalah teknik yang menguras tenaga dan energi sihir di waktu bersamaan tapi aku harus melakukannya, untuk mengalahkan dia dan juga Blue Masker.
Lo Sword Style : Strom Impact
Aku menerjang sambil mengayunkan pedang ke depan, mendorongnya ke atas dan pada saat turun aku kibaskan ke belakang menciptakan sentakan angin yang memukul Kagachi ke belakang.
"Ooooo rgh!?! " Kagachi mengeluarkan suara kesakitan.
"Sepertinya pedang baruku dapat melakukannya. Hehe.. "
"Kemenangan jadi milikku, Kagachi. Jadi jangan marah kepadaku.. "
"..!? OOOOO RGH!! "
"...? "
Ular astral yang ada dibelakang Kagachi sedari tadi menyatu dengannya, kedua katana raksasa itu kini dibungkus aura energi berwarna putih yang bisa aku lihat dengan jelas. Curangnya lagi ekor ular itu jadi tambah besar.
"Apa itu senjata terakhirmu? Aku bingung harus menyesal atau senang?! "
Lo Sword Style : Engine the Waterfall
TRANG!?!
Aku menerjang Kagachi secepat aku bisa dan menebasnya dengan gaya ayunan berat, hasil Kagachi dapat menangkisnya menggunakan kedua pedang besar itu.
Ssssss! Crap?!
Ekor ular itu menyerangku dari belakang. Aku terkena hantaman kepalanya dan terjatuh ke belakang. Kagachi menyerang diwaktu itu juga, tebasan pertama telah mementalkan tangkisan yang aku buat dan tebasan selanjutnya menebas perutk--?!?
"URGH!?!!"
Aku terhenyak ke belakang. Aku paksa kesadaran ini untuk tetap hidup dan menjaga jarak sejauh mungkin--
"AKH!? " aku muntah darah.
Apa ini? Aku bisa merasakan daging di samping perutku. Heh? Bukannya perut itu juga daging? Aku tidak mau melihat ada organ yang keluar dari sana karena tebasan Kagachi merobek tubuhku.
"Ugh...!!! "
"Sepertinya aku terlalu banyak memikirkan hal tak berguna.. "
Bruk!
Sesaat kemudian aku terpuruk bersama kesadaran seadanya.
Bangun, manusia bodoh!
"Hm..? "
Aku tahu kau bisa mendengarku sekarang jadi tidak ada gunanya untuk berbohong. Dan biar aku katakan, ini bukan imajinasimu karena kau ingin mati saat ini.
"...... Apa maumu? Jangan bilang kau ingin mengambil alih diriku disaat aku sekarat? "
Darimana kau tahu??!
Ya, kebanyakan cerita memang seperti ini.
Hahaha. Mana mau aku mengambil tubuh orang yang ingin mati. Lebih baik aku mencari pemilik pedang yang baru. Kau itu lemah!
"...?! "
Ini adalah salah satu ritual untuk membuatku dapat hidup kembali. Memerangkap jiwa ke dalam pedang, jiwa kotor, jiwa negatif dan banyak yang buruknya. Aku akan membuatmu lebih sekarat lalu kau jadi drakula sama sepertiku Sang Pangeran Drakula.
Mungkin aku dapat bertahan sampai sekarang adalah berkat ritual ini dan hal lainnya. Aku tidak masalah mati jika itu hukuman karena telah mengecewakan The Warrior. Namun!?
"Urgh...?! A-aku tidak terima kematian seperti ini!!! "
Dia melawan balik!? Hah, percuma saja. Kau akan mati setelah ini pun.!
Suaranya lenyap menandakan jika kesadaran ini telah menjadi milikku seutuhnya(?). Aku kembali merasakan rasa sakit yang teramat sangat di bagian perut, ternyata benar ada daging yang keluar dalam badanku. Jika sudah begini aku tidak punya pilihan lain.
"OOOOO rgh.. "
"B-berisik, Kagachi. A-aku sekarat disini. Hah, hah, hah.. "
Ada buku yang menjelaskan bagaimana seorang manusia berubah jadi makhluk semacam drakula dengan meminum darah dari makhluk tersebut dan selamat. Aku manusia namun tidak ada darah drakula yang dapat aku minum, tapi aku memiliki sesuatu yang lebih dari darah... Aku memiliki jiwa drakula didalam pedang ini.
"A-aku harap ini bukan tindakan bunuh diri.? "
THRUST!!!
"A ARGH!? AAAA AAAAA!!!! "
Rasa sakit yang nyata, kepala yang terasa terbakar dan sulit bernafas. Apa ini yang biasa orang alami saat serangan jantung? Aku TIDAK ingin merasakannya.
A argh! Arghhh! AAAA AAAAA!!!!!
TIDAK MUNGKIN!!
"Tidurlah, pangeran. Sebentar saja.. "
¥¥¥¥¥¥¥
"......... HA?!! "
Ada benda merah kehitaman berkumpul di hadapanku, mereka melekat pada kedua bola mataku. Apa ini darah? Jiwa pangeran Drakula??
Jika rencana untuk memiliki jiwa pangeran drakula yang bersemayam di dalam pedang berhasil maka saat ini aku adalah... Setengah drakula?
Seharusnya orang biasa tidak dapat melakukan itu tapi aku merasa kalau aku ini berbeda dari orang biasa. Aku sangat yakin karena aku memiliki sihir waktu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Di cerita yang pernah aku baca jika seorang tokoh terkirim ke dunia lain maka mereka memiliki keistimewaan tapi di High St. Floor ini berbeda karena bukan cuma aku saja yang terkirim. Walaupun begitu aku memiliki kekuatan yang unik, yang membedakan diriku dengan yang lain.
Aku mempertaruhkan perbedaan itu untuk mengambil atau lebih tepatnya mengendalikan jiwa pangeran drakula. Ngomong-ngomong Kagachi sudah aku kalahkan.
Ia tergeletak di depan sana setelah aku menyerang sekuat tenaga menggunakan kekuatan baru dari pedang merah ini. Dan juga keadaan di Wisteria Waterfall kembali seperti sediakala. Menjadi setengah drakula sedikit membuatku jadi aneh. Aku bisa mendengar suara dari jauh, mencium aroma darah walau tidak ada darah---tunggu dulu, aroma darah??
"T-tuan Keist..? "
"Keist?? "
Fren dan Merona ada dibelakangku saat aku membalikkan badan.
"Hei sobat, a-apa yang terjadi padamu?"
"Tuan Keist, pedang anda tidak mengeluarkan aura tapi kenapa anda berubah jadi merah? " tanya Merona tampak kebingungan.
Yah apa boleh buat, bukan? Aku sudah jadi setengah drakula. Aroma Merona tercium manis dan Fren entah kenapa aku tidak menyukainya, mungkin karena dia pengguna kekuatan cahaya sehingga aku yang sudah berada di sisi gelap tidak menyukainya. Naluri drakula lumayan bagus juga aku dapat mengetahui aliran darah seseorang disaat mereka takut, gugup dan juga berbohong. Dan aku juga tahu kalau Fren adalah seorang perjaka sampai saat ini.
Aku terkejut.
"Tuan Keist.. "
"C-ceritanya panjang sekali. Aku senang kau kembali membawa bantuan.. "
"Keist, kurasa ini bukan masalah yang ringan.. " seru Fren membuatku meringis. Kenapa dalam hal beginian dia peka sekali?
"Sepertinya tidak ada gunanya kabur... " apalagi setelah melihat ekspresi yang ditunjukkan Merona.
Aku menceritakan dari awal dimana aku hampir mati saat berhadapan dengan Kagachi, dan terpaksa menjadi setengah drakula.
"I-ini karena saya... Karena saya menyerahkan pedang itu!? "
Aku memberikan isyarat kepada Fren untuk pergi kemudian aku mendekati Merona.
"Kau tidak salah.. "
"Mana mungkin seperti itu! " bentak Merona.
"!? " jujur aku sangat terkejut saat seseorang lebih kecil darimu memiliki suara yang lebih tinggi darimu.
"Anda mau bilang ini juga bukan salah saya? Berhenti berbohong! Dari awal ini telah menjadikan kesalahan saya, hiks. Andai saja saya tidak memberikan pedang itu semuanya tidak akan terjadi seperti ini..! "
Memperhatikan Merona mengingatkanku dengan Ina. Ina selalu menggunakan sifat tegarnya untuk selalu bersorak untuk dirinya sendiri jika dia tidaklah selemah yang terlihat, walaupun begitu Ina memiliki hati kecil yang mudah rapuh serta tersakiti. Merona juga hampir sama, dia memang bertingkah tenang seperti orang dewasa namun di dalamnya Merona tetaplah seorang gadis yang lemah.
Dia sudah kehilangan ibunya sejak lahir, lalu ayah yang sangat dicintai kemudian dia juga mewarisi perusahaan yang seharusnya bukan tanggungjawab gadis muda sepertinya. Bahkan kantung mata Merona bertambah besar dan hitam karena terlalu memaksakan diri bekerja.
Hug...!
Yang bisa aku hanya memberikan Merona sebuah pelukan.
"Aku tidak berbohong. Jika tidak ada pedang ini mungkin saja aku sudah mati dan tidak ada dihadapanmu sekarang. Sebaliknya aku harus berterimakasih kepadamu karena Merona telah memberikanku kekuatan untuk dapat bertahan hidup.. "
"Kau menyelamatkanku.. "
"Hiks... Tuan Keist!!? "
"Hmp~"
"Maafkan saya. Saya benar-benar minta maaf! "
"Sudahlah. Kau ini keras kepala sekali.. " dengusku geli.
"Hiks, aaaa AAAAA..! "
Aku menepuk kepalanya beberapa, menunggunya selesai menangis sampai pakaianku basah karenanya.
Ya, perempuan itu memang merepotkan jika mereka benar-benar dalam masalah. Aku benar'kan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top