Part 2 | Stupido

ada om ganteng ☺
___________________

Dibilang tertarik, enggak juga.
Dibilang terpaksa, enggak juga.
Intinya dia mau ikut pergi dikarenakan kejobles-an yang sudah mulai membusuk dalam dirinya.

Sepanjang perjalanan papanya banyak bercerita soal temannya. Teman yang kata beliau sultan alias holang kaya. Sambil mendengarkan alunan musik menemani perjalanan mereka, dia juga mendengarkan kisah hidup pertemanan sang papa dengan teman sultannya.

Jisoo semakin penasaran. Se-sultan apasih teman papanya itu.

Lalu tak lama mobil yang dia tumpangi dengan Dongwook si sopir itu sendiri memasuki kawasan super elit. Dan dalam sekejap rahangnya runtuh seketika ketika melihat betapa mewahnya kawasan elit ini.

Papanya tidak berbohong. Temannya sungguh sultan. Baru memasuki kawasan pintu gerbang mereka telah disuguhi pemandangan yang luar biasa superior.

Rumah presiden kalah ini mah! Decaknya tak berhenti-henti memandangi jalanan sekitar.

Mobil masih terus berjalan. Dia belum melihat tanda-tanda rumah mewah, yang dia lihat barulah halaman luas, taman, ada danau tak sebegitu luas membentang indah nan asri dan di tengah halaman rumput hijau tertata rapi membuktikan tumbuhan tersebut terawat tiap harinya.

Dongwook melirik reaksi putrinya, beliau menggulum senyum sambil menggelengkan kepala. “Sudah papa bilang ‘kan? Teman papa ini sultan.”

Jisoo menganggukan kepalanya cepat tanpa menoleh karena dia masih dibuat takjub oleh pemandangan superior. Definisi dari ‘surga dunia’. Jisoo yakin seyakin-yakinnya kehidupan sultan mereka mampu sampai lebih dari tujuh turunan.

Akhirnya mobil berhenti. Itupun masih belum kelihatan rumah mewah. Mobil berhenti ditempat terkhusus yang dia tebak sebagai lahang parkir. Mata Jisoo melihat ada begitu banyak mobil berkelas berjejer memanjakan mata.

“Silahkan Tuan,” pria tua—enggak tua-tua banget sih, sekiranya dua atau empat tahun diatas usia papanya—menyambut kedatangan mereka. Beliau terlihat ramah, tidak melihatkan sikap defense dan curiga. Dongwook pun tampak akrab menepuk-nepuk pundak pria tersebut, Jisoo sampai menatap kedekatan mereka penasaran.

“Dia om Jeyepi” ucap Dongwook mengenalkan pria tua tersebut. “Jisoo, putriku.”

Om Jeyepi begitulah nama panggilannya. Beliau menggulum senyum penuh ramah pada Jisoo. Jisoo pun membalas tak kalah ramahnya.

“Udah gede ternyata” gumamnya masih dengan senyuman sama. Kemudian disusul tawa Dongwook memenuhi seluruh indra pendengaran Jisoo. “Han mana?” tanyanya mengalihkan perkenalan singkat sang putri dan ketua pelayan yang telah lama diperkerjakan.

“Ada dirumah” lalu mempersilahkan pasangan ayah-anak itu untuk masuk ke dalam mini cooper. “Silahkan,”

Jisoo melongok saking tidak percayanya untuk menempuh ke rumah utama mereka perlu menaiki mini cooper.

Seriusan mini cooper.

Ini mah bukan holang kaya lagi. Sultan dengan level maksimal overload. Presiden kalah ini mah.

Jisoo semakin bertanya-tanya. Darimana papanya bisa memiliki seorang teman sultan. Baru kali ini dia tahu salah satu teman papanya seorang sultan. Biasanya dia melihat orang-orang bermuka seram mengaku sebagai teman Kim Dongwook.

“Tertarik gak?” bisik Dongwook disamping disusul lirikan mata Jeyepi melalui spion mobil.

Jisoo sempat menoleh ke Dongwook namun langsung melihat pemandangan luar yang masih menyita perhatiannya. “Super mewah” gumamnya tak mau berhenti memuji.

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai ke rumah super gede menjulang bak istana memanjakan matanya memandang. Namun disisi lain jiwa missqueennya menjerit-jerit.

“Ayo sayang” Dongwook mengandengnya masuk dengan sambutan super ramah dari penjaga dan belasan pelayan berdiri saling berurutan menyambut mereka.

Yaampun, sampai kapan tempat super sialan mewahnya ini membuat dia iri dan dengki. Belum lagi sambutan untuknya terkesan berlebihan, atau memang tempat ini sudah di setting seperti ini, sekedar untuk menyambut tamu datang.

Huh, bodo amat. Selama jiwa iri dan dengkinya tak meredup, Jisoo tidak peduli.

Alasan dia diajak kemari belum tahu. Sang papa hanya meminta Jisoo untuk menemani dikarenakan Yohan yang biasanya ikut mendadak sibuk. Akhir-akhir ini Jisoo jarang bertemu sang adik. Kata papa dia sibuk belajar. Enggak tahu dah, belajar apaan.

“Han” panggilan dari Dongwook untuk seorang pria paruh baya—well, untuk ukuran pria paruh baya, Jisoo sempat dibuat oleng olehnya. Masih tampak rupawan meski Jisoo tahu bahwa om inilah yang disebut oleh papanya sebagai teman sultan.

“Kim!”

Kim

Dengan intonasi yang berbeda namun terkesan mengingatkannya pada seseorang. Jisoo meringis lalu melirik papanya yang terlihat sumringah bertemu om Han.

Namanya Om Hanggeng. Biar enak cukup dipanggil Om Han saja. Begitu kata papa Dongwook.

Gantengnya tiada lain. Open sugar baby enggak sih?

Jiwa ular Jisoo seketika berlomba-lomba untuk bersaing. Dasar perempuan!

“Waaah, ini pasti Jisoo” ujar Om Han tersenyum ganteng, Jisoo lemah. Baru mau menyapa Om Han sudah main meluk, Jisoo semakin lemah.

Dasar perempuan!

“...kamu gak ingat Om, ya?”

“HAH?” Dia diam berpikir mengingat-ingat apakah sebelumnya dia pernah bertemu sama om ganteng ini. Lalu berapa detik kemudian dia menggeleng, dan dijawab oleh kekehan Om Han bersama papanya.

“Kamu keliling aja. Papa ada urusan sama Om Han.” perintah Dongwook mendorong punggung Jisoo seakan-akan mengusir keberadaannya.

“Ada Dery di rumah,”

“Dery?”

“Anaknya om Han” jelas Dongwook, kemudian menambahi. “Anggap saja rumah sendiri. Urusan papa lama soalnya,” lanjutnya kini pergi bersama Om Han meninggalkannya.

Jisoo merenggut bete ditinggalkan. Kesannya keikutsertaannya kemari tidak dibutuhkan. Tahu gitu dia tetap stay di flatmate, rebahan dikasur lebih enak.

Akan tetapi, berhubung dia ditempat tinggal sultan hehehe bolehlah dia menyombangkan diri sama teman-temannya.

Jisoo menyiapkan ponselnya untuk berfoto-foto ria. Tak masalah sekali-kali berlagak anak sultan, siapa tahu dimasa depan dia jadi sultan beneran.

Sambil melihat-lihat sekitar, Jisoo memikirkan spot terbaik untuk berfoto. Selain itu, dia juga memastikan tidak apa pelayan rumah yang melihat kenarsisan dan kealay-annya. Habisan daritadi banyak banget pelayan hilir mudik, belum lagi senyum-senyum kearahnya terus nanyain dia mau apa biar dilayani tapi Jisoo dengan ramah menolak.

Lantas dia kabur ke tempat yang menurut dia sepi dari jangkauan pelayan. Rumahnya mewah dan luas. Beberapa orang asing pertama kali bertamu pasti akan takut kesasaran. Namun, entah mengapa Jisoo tidak takut. Dia seakan-akan tahu betul jalan mana yang harus dia lewati. Atau memang dasarnya dia tidak pedulian dan sok tahu. Ada jalan yasudah dia ikutin saja terus.

Dan ternyata dia berada di kawasan belakang rumah. Terdapat kolam renang berukuran 50M dengan lebar 25M. Itu dia hanya menebak-nebak saja ukurannya. Dia berjalan mendekat ke tepi bibir kolam renang lalu melihat betapa dalamnya kolam renang tersebut.

Paling diatas dadanya atau bisa lebih. Tahu ah, dia paling anti sama kolam renang.

“MINGGIIIR” Teriakan super kencang dari arah belakang mengagetkan Jisoo. Untung dia bukan pengidap latah.

Saat dirinya menoleh belakang, mulutnya seketika mengangaga lebar ketika melihat penampakan seorang laki-laki jangkung memakai boxer kuning, bertelandang dada. Bukan, bukan itu yang membuatnya speechles. Tetapi dua pelampung bebek melingkari sepasang lengannya  begitupun pinggangnya. “Minggir dulu, minggir dulu.” katanya merintah Jisoo untuk minggir dari pandangannya.

Jisoo tersadar oleh ke-speechlesannya. Lantas dia menggeser menyamping. Kemudian dalam sekejap laki-laki itu lari super cepat lalu meloncat ke dalam kolam dan berenang dengan handalnya.

Jisoo semakin dibuat speechles, terheran-heran dan memaki. KALAU BISA RENANG NGAPAIN JUGA PAKAI PELAMPUNG BAMBANK?!

“Gak guna banget anjir!” decaknya menyesal bertemu laki-laki bentukan seperti bocah.

“Anaknya om Dongwook, ya?” tanyanya berdiri ditengah kolam menatap Jisoo. “Kirain kakaknya Yohan udah hilang,” dia senyum manis, Jisoo mengumpat dalam hati.

Apa maksudnya hilang?

“Mau ikut renang?”

“Gak” sahutnya cepat terkesan jutek dan sebal.

Lelaki itu sadar tapi tetap tersenyum menanggapi respon jutek Jisoo. “Oh, yaudah” balasnya. “Selamat menonton,” lanjutnya menyusuri sepanjang kolom bersenang-senang.

Jisoo mulai yakin. Lelaki itu pasti Dery anaknya Om Han. Terlihat dari segi rupa mereka terlihat sama. Namun tak bisa dipungkiri, Jisoo lebih akan memilih Om Han daripada anaknya.

Hendery yang tadi sibuk berenang kini berhenti, berdiri ditepi kolam lalu berkata. “Om, anaknya udah ada pasangan belum?” kepala Jisoo refleks menolah belakang. Ternyata sang papa ada disini. Bukannya tadi bilang lama?

“Jomblo” mata Jisoo melebar marah karena sang papa dengen entengnya menyebut anaknya sendiri jomblo.

Hendery tersenyum-senyum menatap Jisoo. “Boleh nih om, tapi ketuaan buat Dery” tawanya menjengkelkan. 

Jisoo mengumpat-umpat dikatain tua. Itu bocah belum pernah disleding kepalanya hah?! Enteng banget ngomongnya.

“Gak apa-apa. Kamu juga kelihatan tua,” HAHAHAHA MAMPUS! Jisoo ketawa sinis bahagia karena sang papa membelanya.

Sangat berbeda sama Hendery yang sama sekali tidak tersinggung sama balasan Dongwook. “Oiyaaa, suka lupa diri sama muka haha” lagi dia ketawa super aneh. “Yaudah bagus om, besok nikahin kita.”

“Sip, om setuju!”

“SHIT!” reaksinya melongos pergi meninggalkan obrolan sinting antara sang papa sama Hendery anak om Han.

Melihat kepergian Jisoo, Hendery lalu bersuara. “Anak om cantik-cantik payah, gak bisa diajak bercanda.”

Entah mengapa Dongwook mengiyakan. Beliau terkekeh menatap punggung kepergian putrinya. “Maklum, dia lagi gak sadar diri lagi galau, dikit-dikit sensi.”

“Pantes” gumam Hendery. “Dasarnya perempuan om, penganut paham kegengsian, hahaha”

Sabar ya kalian, tahan dulu partnya boss lee besok dan siap-siap kalian menghujat 🌚

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top