What if theyre in diffrent way
Apa yang terjadi jika diandra berhasil berjalan di garis impian nya dan adji stay on family line?
diandra yang jadi anak jurusan senirupa di kampus lain, dan adji yang tetap berada di kampus itu menjadi lulusan terbaik di fakultas hukum saat itu.
Diandra yang aktif di perkumpulan peseni di kotanya sambil bertukar pikiran sambil berceloteh soal warna,
Adji yang berkutat di meja persidangan untuk membela tikus tikus negara yang sedang kurang beruntung terpublish trick licik pengelapan dana nya.
Diandra melanjutkan study nya di jurusan yang sama sambil bekerja di sebuah florist di sela sela waktunya,
Adji yang semakin tajam pekerjaan nya runcing ke bawah, membantu menutupi tikus tikus teman ibunya di pemerintahaan, adji yang semakin terlimpah harta uang kotor.
diandra yang lulus dari study tingginya menjadi dosen di sebuah kampus ternama, Adji yang akhirnya membangun firma hukum miliknya sendiri.
Bagaimana jika dua garis takdir yang jauh dari kata berhubungan itu tiba tiba saling berbelok dan bertemu di sebuah lorong museum seni di pagi hari?
"saya suka sama makna nya"
Kali itu diandra yang pertama kali melontarkan topic kalimat pada mereka berdua.
"Kaya hukum di negara kita bukan? Sebuah pedang seharus nya runcing ke atas, bukan runcing ke bawah" ujar diandra pagi itu,
suaranya lembut menyatu dengan dentingan detik jam di sebuah jam besar di pojok lorong museum.
keduanya masih memperhatikan sebuah seni rupa berbentuk bilah pedang dari keramik, ujung nya tumpul namun kebawah pedang itu menipis tajam nya.
Adji terdiam cukup lama sambil memegang botol minum berisi teh hangatnya, kegiatan membeli sebuah karya seni disini untuk melakukan pencucian uang salah satu klient nya seharusnya berjalan cepat,
"Kalau boleh tau, Kamu kenal dengan pembuat ini?" Tanya adji
diandra menganguk sambil sedikit menjauhkan badan nya dari seni rupa itu, "iya, kenal dekat"
"saya ingin bertemu dengan beliau"
"wahh kamu udah bertemu sama dia loh"
Adji cukup pintar untuk tahu dari kalimat itu, ia tersenyum melihat gadis itu tersenyum cerah sambil memasukan tangan nya di saku kedua coat coklat nya.
"Kamu berani juga buat seni rupa menyindir kaya gini" kata adji sambil menatap mata gadis itu.
"Kalau kamu lihat, seluruh museum ini juga isinya sindiran, isinya suara yang tidak bisa di suarakan oleh pembuatnya sehinga mereka lukiskan dan mereka wujudkan suara dari mereka" kata diandra dengan lantang,
Mata adji berbinar, bak menemukan seekor bebek di lautan tikus dan kodok, Mata adji berbinar melihat seseorang berbeda dengan warna kuning dan putih yang berkilau.
"aku tahu kamu, bapa Pandji Anoraga kan? Pengacara dari kasus perusahaan si mantan dpr yang menuntut seorang nenek tua yang mencuri satu buah pepaya setiap bulanya?" Tanya gadis itu
Adji tersenyum malu, malu akan fakta tersebut, padahal ia selalu bermuka tebal.
"Tapi keren loh anda, Pak adji. Cara anda membalikan fakta menjadi sebuah ilusi di depan hakim patut di apresiasikan, bakat anda mantap" lontar diandra dengan maksud sarkasme.
adji lagi lagi hanya tersenyum menunduk menatap ujung sepatunya yang mengkilap bersih.
Tidak ada obrolan kalimat lagi setelah itu untuk beberapa saat,
Diandra menoleh ke belakang setelah mendengar suara langkah kaki lainya memenuhi ruang aula museum, pengunjung lainya datang.
"kalau gitu, selamat menikmati pak Pandji, saya undur diri dulu" tutur nya ramah, ia menunduk pada padji dengan senyum ramahnya.
Sebelum pungung itu menjauh, Adji akhirnya membuat keputusan kecil yang siapa tahu bahwa keputusan kecil pagi hari itu dapat membelokan stir kehidupan selanjutnya?
"Sebentar!!"
"iya?"
"sudah sarapan? Mau sarapan bareng saya di toko roti pranciss sebrang jalan? Saya cium tadi aroma nya menggiurkan"
perempuan itu memamerkan deretan gigi serta gummy smilenya lebar lebar.
"Wahh? Boleh tuh, tapi sebentar ya pak, saya izin dulu sama teman saya biar bisa berganti shiftnya"
"Oke, saya tunggu"
Pada akhirnya mereka sama sama berada pada buku nikah yang sama, berada pada rumah yang sama, berada diantara anak anak mereka yang sama, berada di pelukan yang sama, berada di cinta yang sama.
Memang ada banyak hal yang membuat kehidupan mereka sangat berbanding terbalik sebelumnya, namun bukan berarti menutup kemungkinan mereka tidak bisa mencapai takdir yang tuhan telah gariskan ujung nya,
Setiap tindakan akan mengarahkan mereka pada pertemuan, entah bagaimana caranya,
jika adji tidak mengunjungi museum itu mungkin mereka bisa berpapasan di toko roti pranciss sebrang jalan, atau mungkin bertemu di loket pembelian setelah adji membeli karya di museum itu, atau mereka bertemu di sebuah persidangan, atau mereka bertemu di supermarket.
Ada banyak hal lainya yang menjadi cadangan rencana alam semesta untuk menyatukan mereka,
pada akhirnya seluruh jalan tindakan mereka, takdir akan tetap berujung pada sebuah pertemuan.
"saya ya seperti kata kamu sebelumnya, Saya Pandji Anoraga Mahendra, jadi saya boleh tau nama kamu?"
"kalau saya nyebutin nama saya, apa bapa jebloskan saya kepenjara karena sudah membuat kritikan dalam seni saya , kah?"
"enggak, saya cuman tertarik sama kamu, vibes kamu bewarna orange bercampur putih, entah kaya bebek atau cahaya sinar matahari, tapi saya suka"
"kalau gitu kenalin, Saya Diandra Alesha Kendrani. Warna vibes bapa di mata saya hitam berasap, kadang ada tanduk merah di kepala bapa, saya takut tapi saya coba santai sama bapa karena tentu saja saya masih ingin hidup di luar jeruji besi"
"tenang aja, saya enggak masukan hal yang saya suka di dalem penjara" kata adji
Diandra tersenyum kecil sambil menyuap sepotong roti berselai strawberry di dalam nya. "Saya harus berterima kasih gak ya pak?"
"perlu sih, gimana kalau besok siang kita makan siang lagi di naeum?"
"Naeum ada di indonesia pak?"
"Stop panggil bapa, umur saya masih 25 tahun"
"lah..kita sama ya"
"Panggil Adji aja"
"Oke adji, balik ke topic tadi, Naeum ada di indonesia emang pak—adji maksudnya"
"Enggak ada, kita bisa ke spore makan di naeum sambil ke museum italia yang lagi di buka disana? Kamu suka?"
"ini human trafficking bukan ya, saya baru kenal bapak—maksudnya adji, dalam hitungan jam"
Adji tertawa, "yaudah, saya tertarik sama kamu, saya gak mau basa basi cape. Jadi boleh saya—kalau kata anak muda namanya Pdkt—sama kamu?"
"Kebetulan saya juga tertarik bagaimana kehidupan pengacara yang telah membantu para penjahaat merampas habis uang rakyat miskin"
"Bagus, kita saling tertarik"
Keduanya saling tertawa saat itu, sambil menikmati sarapan beraroma khas negri jauh sana, keduanya saling melempar pandang dengan senyuman.
diandra memustuskan kontak mata sambil mengusap ujung permukaan lingkaran gelas kaca di hadapanya, "saya punya ide lebih baik untuk tempatnya"
"bagaimana kalau kita makan di rumah makan daging yang di olah jadi bola bola terus di guyur kuah di deket pangkalan sini dan melihat museum lokal memamerkan motor nya untuk di jadikan jasa antar jemput?"
"Maksud kamu makan di warung bakso deket pangkalan tukang ojek?"
"eh.. saya lupa lagi berhadapan orang pintar sepanjang masa tapi salah berdiri di pihak mana.."
"Yaudah kalau kamu mau saya yang masuk ke dunia kamu, boleh. Jam 1 disana jadi boleh sebutin nomer kamu biar saya gampang hubungin kamu? diandra?"
"boleh, tapi saya gak papa tau nomer kamu? takutnya..you know kamu punya banyak musuh contoh nya kaya aku? Aku bisa aja jual nomer kamu ke aktivis gila?"
"kamu udah cukup gila berani nyindir saya depan muka saya langsung jadi stop basa basi dan sebutin nomer kamu"
"0812— sisanya saya sebutin di pertemuan selanjutnya, saya pamit duluan ya Adji, waktu istirahat saya udah habis, kamu email saya aja kalau ada apa apa, alamat email saya ada di loket masuk museum tadi" tutur diandra lalu berdiri dari duduknya,
Adji tersenyum,
Oh look, siapa yang lagi jatuh cinta lagi sampai rela meninggalkan dunia kotor itu demi pujaan hatinya, kali ini sepertinya jauh lebih serius,
Maka dari itu kita biarkan saja keduanya berjalan mengikuti garis dari yang tuhan berikan,
Sepertinya tuhan berbaik hati pada Adji,
Ia temukan adji pada seorang perempuan di pagi hari biasanya, lalu tuhan kirimkan rasa suka di hatinya yang begitu besar sehingga dapat membuatnya keluar dari jeratan hitam kotor tempatnya.
barangkali jika di minta kesaksian bahwa tuhan maha membolak balikan perasaan, adji bersedia.
___
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top