#9 You Always Enjoy Our Moment
#9 You Always Enjoy Our Moment
Kau selalu merasa senang dengan segala hal yang kita lakukan, bahkan hal sekecil dan sesederhana apapun, dan kau tidak pernah menuntut lebih.
-
"Jadi?"
"Hm?"
"Kau akan membawaku ke mana?"
Aku menggelengkan kepala, benar-benar tak memiliki ide tentang ke mana aku akan membawa Eleanor, pemikiran semacam itu tak terbesit di kepalaku saat aku memutuskan untuk berhenti di flat miliknya dan mengajaknya untuk keluar. Yang aku tahu hanyalah; aku ingin pergi bersama Eleanor.
Eleanor tidak merespon, ia mengulurkan tangannya untuk menyalakan radio dan kemudian memperbesar volumenya. Sejujurnya, aku tidak suka saat seseorang menyentuh radio mobilku. Maksudku, ini mobilku, tapi aku masih ingat saat pertama kali Eleanor memainkannya dan aku berkata 'jangan menyentuh itu!' sembari menepuk tangannya dengan kasar, tidak seperti yang lain, Eleanor hanya melirik sinis ke arahku sebelum akhirnya beberapa detik kemudian dia mencoba untuk menyentuhnya kembali, aku kembali melarangnya, dia melirik ke arahku, dan menyentuhnya kembali. Hal itu terus terjadi hingga akhirnya aku menyerah dan membiarkannya untuk menyentuh radio mobilku, aku masih ingat dengan tawa jahat yang ia keluarkan setelahnya.
"Jadi, kita hanya akan berkeliling?"
"Yeah, sepertinya."
"Tidak terdengar buruk, lagipula, aku sudah nyaman di tempat ini," kata Eleanor, dia melepas sepatu yang ia kenakan dan mengangkat kedua kakinya ke atas kursi mobil, mencoba untuk membuat dirinya senyaman mungkin.
Untuk beberapa lamanya, kami hanya berputar-putar tanpa memiliki tujuan, aku tahu itu terdengar bodoh dan menghabiskan bahan bakar, namun Eleanor mengatakan bahwa dia benar-benar sudah merasa nyaman di mobil dan malas untuk menggerakkan anggota tubuhnya, begitu pula denganku yang tidak masalah untuk mengendarai mobil ini tanpa tujuan.
Ada sesuatu dari berkendara tanpa tujuan yang sangat menyenangkan. Aku tidak tahu apa itu. Mungkin karena aku sedang bersama Eleanor, mungkin karena aku tidak perlu berhadapan dengan orang lain selain beberapa pengendara mobil di sekitar, atau mungkin karena ada perasaan bebas yang muncul dalam diriku. Aku tidak tahu apa itu. Yang jelas, aku suka dengan ketiadaan tujuan, dan kurasa, Eleanor juga menyukainya.
Setelah berkendara beberapa waktu lamanya yang hanya diisi dengan kami bernyanyi bersama atau hanya mengobrol, aku akhirnya menghentikan mobilku di depan sebuah mini market. Aku sedang tidak ingin untuk makan di rumah makan dan akhirnya aku dan Eleanor memutuskan untuk hanya membeli beberapa camilan dan minuman di mini market.
"Kau ikut?" tanyaku setelah mematikan mesin mobil.
Eleanor melirik ke arahku dan mengangguk. "Tentu saja, aku tidak mempercayai seleramu, Louis," katanya sembari memakai sepatunya kembali.
Aku hanya memutar bola mataku, Eleanor suka sekali berpikir bahwa dia memiliki selera tinggi dalam hal makanan.
Kami kemudian membeli banyak sekali camilan serta soda dan beberapa minuman lainnya dari mini market. Setelah membayar semuanya--kami membaginya menjadi dua karena Eleanor tidak ingin aku membayar semuanya dan ketika aku memaksa untuk membayar sendiri, dia berubah menjadi sangat menakutkan dan menghujamku dengan pukulan kecilnya--kami akhirnya kembali masuk ke dalam mobil. Aku membuka semua jendela mobil untuk membiarkan udara dari luar masuk dan kemudian memakan semua camilan di sana.
Sembari menikmati camilan, kami mengobrol banyak hal, kebanyakan hanyalah mengenai studi yang tengah kami jalani, terkadang juga membicarakan teman dan keluarga kami. Setelah semuanya habis, kami memutuskan untuk pulang.
"Hey, Louis," kata Eleanor.
"Hey, Eleanor," balasku yang membuat Eleanor terkekeh kecil.
"Terima kasih untuk hari ini, aku sungguh menikmatinya."
Aku tertawa. "Kita hanya di mobil, Eleanor."
"Tetap saja, aku senang, dan jangan berani berbohong karena aku tahu kau juga senang."
Aku hanya tertawa dan tidak menyangkalnya. Aku memang menikmati waktu kami hari ini, meski kami hanya berada di dalam mobil.
"Eleanor...."
"Louis...."
"Aku sungguh menikmatinya saat bersamamu. Ini membuatku berpikir, apa kau mau untuk menjadi ... kekasihku?"
Eleanor tertawa keras, membuatku seketika mematung di tempatku, aku memegang roda kemudi dengan sangat kuat dan berusaha keras untuk fokus pada jalanan di hadapanku.
Sialan!
Oke, aku sangat menyukai tawa Eleanor, tapi melihatnya tertawa sekarang sungguh membuatku kesal.
"Oke ... oke ... maafkan aku." Eleanor menarik napasnya, dia tertawa kecil sebelum akhirnya benar-benar tak mengeluarkan tawa kembali. "Aku hanya tidak menyangka semua ini. Maksudku, kupikir kau akan menjadi ... sangat romantis. Kupikir kau akan memberiku bunga, cokelat, dan segala macam hal klise lainnya. Dan di sisi lain, kupikir setelah semua ini bukankah secara tidak langsung kita ini sudah memiliki hubungan?"
Aku mengangguk. "Yeah, kau benar, aku memang berpikir seperti itu, bahwa kita sudah memiliki hubungan meski tidak pernah mengatakannya. Hanya saja, kupikir ada baiknya jika kita membuat semuanya resmi, sehingga tidak ada kesalahpahaman atau hal semacamnya. Lagipula, apa kau tidak ingat saat kita bertengkar beberapa waktu lalu kau berkata bahwa kita masih belum memiliki status yang jelas?"
Dari sudut mataku, aku bisa melihat Eleanor mengedipkan matanya berulang kali. "Aku berkata seperti itu?"
"Yeah, jika aku memiliki rekamannya, aku sudah memutarnya sekarang juga."
"Ugh, maafkan aku, saat aku marah aku memang mengatakan hal-hal yang tidak perlu."
Aku menggeleng. "Tidak perlu minta maaf. Ucapanmu membuatku sadar bahwa kita harus membuatnya resmi."
Eleanor terkekeh. "Kau terdengar seperti akan menikahiku."
"Dan aku akan menikahimu," kataku, "tidak sekarang. Nanti. Jadi, bagaimana?"
"Oh, Louis, haruskah kau menanyakannya lagi? Tentu saja iya!" kata Eleanor dan kemudian dia mengecup pipiku.
Aku rasa aku tidak pernah tersenyum selebar ini.
[-][-][-]
Sebenarnya rencanaku adalah habisin cerita ini minggu ini karena minggu ini aku lagi libur (minggu tenang sebelum UAS, katanya) tapi rencana hanyalah rencana *sigh*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top