#4 A Little Things Can Get You So Excited

#4 A Little Things Can Get You So Excited

Kau sangat mudah merasa gembira bahkan pada hal-hal sekecil apapun. Dan tak ada hal yang lebih manis dari itu.

-

"Travelling?!" Eleanor berteriak keras, aku bisa melihat beberapa orang melirik ke arah kami sejenak sebelum kembali menaruh atensi mereka ke apapun yang mereka lakukan.

Aku mengangguk sambil tetap memakan daging di hadapanku dengan tenang, seolah-olah rekasi yang Eleanor berikan barusan tidak membuatku ingin tertawa terbahak-bahak. Dia begitu manis.

"Aku juga suka travelling!" kata Eleanor, kedua tangannya salingan bertautan di bawah dagunya. "Apa kau sudah berpergian ke banyak tempat?"

"Tidak terlalu banyak, aku dan Harry berpergian saat musim panas atau liburan-liburan lainnya sejak masuk universitas. Musim panas tahun ini kami pergi ke Italia. Pada dasarnya, kita hanya pergi ke negara-negara di Eropa."

"Woah ... itu keren sekali," kata Eleanor, dia melirik makanan di hadapannya dan kemudian mulai kembali memakannya

"Kau sendiri?"

"Hmm?"

"Kau bilang kau juga suka travelling."

Eleanor menelan daging di mulutnya sebelum mengatakan, "yeah ... tapi tidak sepertimu, aku hanya pergi ke beberapa tempat di sini."

"Itu terdengar sangat menarik, aku selalu ingin mengeksplor negara ini lebih dalam tapi Harry tidak pernah setuju."

Eleanor mengangguk-angguk, ia kemudian mengambil minumannya dan menegak cairan itu secara perlahan. "Bagaimana jika kita travelling bersama di tahun baru? Aku akan menunjukkan banyak sekali tempat menarik, dan saat musim panas aku akan ikut denganmu dan Harry, kalian harus menunjukkan tempat-tempat menarik di luar sana," Eleanor menawarkan sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Aku memajukan badanku dan tersenyum lebar. "Sounds like a plan," jawabku kemudian mengedipkan mataku ke arahnya

Kami terkekeh kecil sebelum akhirnya kembali menikmati makanan yang ada dan melanjutkan perbincangan mengenai tempat-tempat yang sudah pernah kami kunjungi sebelumnya.

-

"Louis!!!" Eleanor berteriak keras begitu mobilku memasuki lahan parkir untuk sebuah karnaval yang diselenggarakan tak jauh dari kampusku berada--mungkin hanya satu jam perjalanan ditempuh dengan mobil, bukan masalah besar. "Kau mengajakku ke karnival?!" lanjut Eleanor.

Aku hanya tertawa. Eleanor saat sedang gembira begitu menakutkan, karena dia tidak akan berhenti berteriak dan tertawa, namun di saat yang bersamaan, dia sangatlah lucu dan sekarang yang ingin aku lakukan hanyalah mencubit kedua pipinya dan mencium bibirnya kemudian aku akan--

Woah Louis Tomlinson! Apa yang baru saja kau pikirkan?!

Omong-omong saat ini aku dan Eleanor sedang pergi bersama untuk sebuah 'kencan pertemanan' aku tahu, 'kencan pertemanan' terdengar sangat aneh karena ayolah, siapa yang menaruh kata kencan dan teman di satu frasa? Tidak ada, kecuali aku dan Eleanor.

Kami memang sudah sepakat untuk menyebut apa yang kami lakukan saat ini sebagai kencan pertemanan karena, a) kami masih ingin mengenal satu sama lain lebih dalam, kalian tahu, seperti yang dilakukan oleh teman pada umumnya, dan b) karena baik aku maupun Eleanor belum ada yang siap untuk memiliki hubungan lebih dari teman dalam waktu dekat.

Dan ya, seperti yang baru saja kalian dengar dari mulut Eleanor, aku mengajaknya ke sebuah karnaval. Sesaat setelah aku mendengar bahwa Eleanor suka traveling, entah kenapa aku segera berpikir untuk membawanya ke sebuh karnaval, dan aku merasa lega ketika Meredith mengatakan bahwa Eleanor sangat suka pergi ke karnaval dan Eleanor tidak pernah pergi ke karnaval yang sekarang ini sedang kami datangi.

Eleanor segera keluar dari mobil ketika benda yang kami tumpangi itu berhasil terparkir secara manis. Aku kembali dibuat tertawa dengan tingkah lakunya.

Gadis ini ... dia sepertinya ingin agar aku menculiknya dan kemudian--

Woah Louis! Berhenti berpikir semacam itu, idiot!

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, mencoba mengeluakan segala pemikiran bodoh yang baru saja mampir di otakku. Setelah yakin bahwa pemikiran-pemikiran itu telah keluar dan tak ada hal yang terjadi pada 'temanku' yang ada di bawah, aku segera mematikan mesin mobil dan keluar, menghampiri Eleanor yang sudah terlihat tidak sabar untuk masuk ke dalam.

Setelah mendapatkan karcis yang kami bayar sendiri-sendiri--Eleanor yang memaksa, omong-omong--kami segera masuk ke dalam. Mata Eleanor terlihat berbinar ketika ia melihat banyak sekali wahana di tempat ini.

"Aku sudah lama tidak pergi ke karnaval," bisik Eleanor, hampir tak terdengar.

"Hmm ... benarkah? Kenapa?"

"Temanku lebih suka pergi ke tempat lain, begitu pula dengan ... emm ... kau tahu ... mantan-mantan kekasihku."

Aku mengangguk-angguk. "Oh."

"Bagaimana kau tahu aku suka ke karnaval? Meredith yang mengatakannya?"

Aku menggeleng. "Tidak. Iya. Mungkin."

Eleanor tertawa. "Oh, Louis, apa kau tidak bisa bicara dengan baik?"

Aku ikut tertawa. "Maksudku, tidak, aku sudah bisa menebak bahwa kau suka karnival saat kau berkata kau suka travelling--"

"Tunggu sebentar, memangnya apa korelasinya suka travelling dengan karnaval?"

Aku hanya mengangkat kedua bahuku. "Tidak tahu. Omong-omong, aku kemudian bertanya pada Meredith, memastikan apakah tebakanku benar atau tidak dan dia berkata iya."

Eleanor hanya mengangguk sambil ber-'oh' ria. Matanya melirik ke sana ke mari sebelum ia menarikku ke salah satu wahana.

Malam itu, Eleanor terus menarikku ke sana ke mari. Aku tidak begitu banyak protes dan hanya mengikuti apa yang dia mau. Kami melakukan banyak hal menyenangkan bersama yang membuat kami berdua tertawa dan menikmati malam ini.

Jam sudah menunjuk pukul sebelas malam, ketika Eleanor menarikku ke sebuah photo booth.

"Eleanor ... kau benar-benar mengajakku ke mari?" aku bertanya, memandang horor ke arah booth di depan kami.

"Ada masalah, Louis?"

Yeah, Eleanor, aku benci photo booth maksudku, kenapa perlu ke photo booth ketika kamera di ponsel kita juga bisa mengambil gambar? Namun aku tidak mengatakan semua itu dan hanya berkata, "bagaimana jika kita makan? Aku sudah lapar?"

"Louis, kita sudah makan lima belas menit yang lalu. Apa ada sebuah lubang di perutmu yang memakan semua itu dan sekarang kau lapar lagi?"

Oh, yeah, benar. Pintar, Louis, kau sangatlah pintar.

Sebelum aku dapat mengatakan apapun, Eleanor menarikku masuk. Dia terlihat sangat ingin menggunakan photo booth ini. Kurasa aku harus mengalah.

"Kita akan berpose empat kali, jangan lupa tersenyum, oke? Aku tidak mau hasilnya kau cemberut seperti sekarang," kata Eleanor, dia kemudian menarik sudut-sudut bibirku dengan jemari lentiknya.

Aku tak dapat menahan diriku untuk tidak tersenyum.

Kami akhirnya berpose sebanyak empat kali. Di pose pertama, kami berdua hanya tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan gigi kami di depan kamera. Di pose kedua, Eleanor tetap tersenyum namun aku menarik sudut bibirku dengan lebar dan melirik ke atas. Di pose ketiga, aku memeluk tubuh Eleanor dari samping sambil tersenyum dan Eleanor mencebikkan bibirnya. Dan di pose terakhir, aku berpura-pura akan menciumnya dan Eleanor tertawa lebar.

Saat kami keluar dari booth dan melihat hasil foto kami, kami berdua tertawa terbahak-bahak, mengejek satu sama lain.

"Hey, Louis," Eleanor berbisik saat kami mulai membuat langkah menuju ke parkiran.

"Hmm?" aku bergumam, masih melihat lurus ke depan.

"Terima kasih untuk hari ini. Aku begitu senang."

"Benarkah? Baguslah kalau begitu. Itu artinya tujuanku telah tercapai," jawabku sambil melirik ke arahnya, Eleanor nampak tersenyum begitu lebar.

"Memangnya apa tujuanmu?"

Aku mengedip ke arahnya. "Membuatmu bahagia."

Wajah Eleanor secara otomatis memerah. Dia menepuk lenganku pelan sebelum akhirnya pergi berlari kecil ke arah mobilku.

Melihat semua itu, aku tertawa.

Mungkin aku sudah mengatakan hal ini berulang kali, tapi aku tidak peduli karena Eleanor memang terlihat sangatlah manis dan lucu.

Aku membuka kunci mobilku, kemudian kami segera masuk ke dalam. Tanpa perlu melirik, aku yang sedang mengenakan sabuk pengaman bisa merasakan tatapan yang Eleanor arahkan padaku.

"Eleanor? Ada mas--" sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, Eleanor menarik wajahku dan mempertemukan bibirnya dengan bibirku dengan gerakan yang kasar. Aku sempat terkejut namun segera menguasai diriku sendiri dan membalas semua ciumannya. Kututup kedua mataku dan mendorong kepala Eleanor untuk memperdalam ciuman kami. Bisa kurasakan kedua tangan Eleanor bergerak dari arah pinggangku ke dada dan kemudian ia mengalungkannya pada leherku.

Ciuman yang awalnya hanya berupa kecupan-kecupan kecil mendadak menjadi begitu memanas. Tangan Eleanor mendorong leherku, memaksaku untuk semakin memperdalam ciuman kami seolah apa yang saat ini kami miliki masih belum cukup.

Terdorong dengan situasi di antara kami yang memanas, tanganku bergerak menyusup ke balik kaos yang ia kenakan, aku bisa merasakan kulit perutnya dan membuat sebuah gerakan melingkar di sana. Eleanor mengerang di antara ciuman kami, jemari-jemari lentiknya meraih helaian rambut dan menariknya perlahan, membuatku ikut mengerang.

Mulai menginginkan lebih dari kulit perutnya, aku membawa tanganku lebih ke atas, namun sebelum aku sempat meraih apapun, Eleanor memotong ciuman kami dan menjauh dariku, membuatku mau tak mau harus mengeluarkan tanganku dari balik kaosnya.

Eleanor terengah-engah di hadapanku. Rambutnya sedikit berantakan, bibir bagian bawahnya nampak sedikit membengkak, dan wajahnya memerah.

Aku menggeram di dalam hati.

"Easy, babe. Aku tidak melakukan itu di hari pertama," kata Eleanor kemudian ia mengedipkan matanya ke arahku.

Aku hanya bisa tertawa pada ucapannya.

"Baiklah, Princess, sekarang saatnya kau kembali ke istana."

Sepertinya baik aku maupun Eleanor baru saja menghancurkan kencan pertemanan kami.

[-][-][-]

Foto elounor yang aku selipkan di tengah cerita memang udah lama, tapi menurutku foto itu sangatlah cute. Foto elounor yang paling adorable. Heheh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top