#2 You Laugh at My Corny and Stupid Jokes

#2 You Laugh at My Corny and Stupid Jokes

Tak pernah ada yang tertawa saat aku melemparkan candaan bodohku. Namun kau tertawa. Aku tidak tahu apa kau tertawa karena aku sebodoh itu atau memang kau menikmati candaanku. Terlepas dari semua itu, kau tertawa, dan kau terlihat sangat cantik.

-

"Bukankah aku sudah bilang untuk tidak mengatakan apapun pada Harry?!" Meredith mendesis sembari menyikut tulang rusukku.

Aku menggerang, berpura-pura kesakitan sebelum akhirnya tertawa. "Ya, kau memang berkata seperti itu."

"Kenapa sekarang dia ada di sini?!" Meredith berteriak pelan, ia kembali melirik ke arah Harry yang berjalan santai di belakang kami dengan kedua tangannya yang terselip di balik saku celana dan matanya melihat ke sana ke mari.

"Aku berkata bahwa aku akan makan siang bersamamu dan dia memaksa untuk ikut. Aku tidak berkata apapun padanya, Meredith."

Meredith mendengus, dia kemudian menggumam, entah apa yang ia gumamkan, aku tak begitu peduli.

Setelah seminggu lamanya menunggu, hari ini akhirnya telah tiba. Hari di mana Meredith akan memperkenalkanku pada Eleanor. Kami akan bertemu di sebuah kedai dan sedikit bersantai di sana. Meredith berkata bahwa dia sudah banyak membicarakanku dengan Eleanor melalui pesan, dan aku hanya berharap bahwa dia mengatakan hal-hal yang baik tentangku, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika gadis yang membuatku melupakan Si-Gadis-Yang-Tak-Perlu-Disebut-Namanya melihatku dari sisi negatif.

"Ini tempatnya," Meredith berkata, kepalanya menunjuk ke arah sebuah kedai dengan bangunan kecil, ada banyak sekali kursi dan meja yang tersebar di luar ruangan, di atasnya sudah terdapat lampu-lampu kecil yang saat ini dimatikan akibat langit yang masih terang benderang.

Meredith kemudian menuntunku dan Harry untuk memasuki area outdoor kedai itu. Kami kemudian berhenti di samping sebuah meja yang sudah diduduki oleh seorang gadis, ia memakai celana jins pendek berwarna biru dan sebuah kaos putih, jemari tangannya sibuk menari-nari di atas layar ponselnya dan matanya hanya tertuju pada benda mati itu.

"Hai, Ele!" Meredith menyapa, gadis itu sontak mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar. Ia menaruh ponselnya ke atas meja sebelum akhirnya berdiri dan memeluk erat Meredith seolah mereka tak pernah bertemu berdekade-dekade lamanya, masing-masing dari mereka mengeluarkan suara bising yang terdengar seperti 'awww' 'ahhh' 'i miss you', di sampingku, Harry terkekeh pelan.

"Okay, Ele, ini Louis yang sudah sering kuceritakan padamu," Meredith berkata setelah keduanya terlepas dari pelukan, ia menunjuk ke arahku dengan kepalanya sebelum kemudian melemparkan senyuman miring ke arah Eleanor.

Eleanor tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan gigi putihnya yang tertata rapi. Aku bisa merasakan jantungku mulai berdetak lebih cepat dari seharusnya.

"Eleanor," kata Eleanor sembari mengulurkan tangannya ke arahku.

Dengan senyuman, aku menerima jabatan tangannya. Ia memiliki tangan yang begitu halus hingga rasanya aku tak dapat percaya bahwa dia nyata. "Louis." Dan dengan rasa kecewa, aku melepas jabatan tangannya.

"Dan ini Harry." Meredith menunjuk ke arah Harry dengan ibu jari kirinya. Mendengar nama Harry, Eleanor melemparkan senyuman miring ke arah Meredith dan kemudian menaik turunkan kedua alisnya. Aku bisa melihat kedua pipi Meredith memanas hingga membuat kulit putihnya berubah menjadi kemerahan. Memutuskan untuk berpura-pura tak peduli dengan gesture yang ditunjukkan oleh Eleanor, Meredith lanjut berkata, "Harry ini Eleanor, Eleanor ini Harry."

Harry dan Eleanor kemudian berjabat tangan dengan senyum yang merekah. Kami kemudian kembali duduk dengan aku yang berhadapan dengan Eleanor dan Meredith yang duduk di samping Eleanor berhadapan dengan Harry. Aku bisa melihat bahwa pipi Meredith semakin memanas, ini membuatku ingin tertawa sekeras-kerasnya. Di sisi lain, Harry nampak tak sadar akan reaksi yang Meredith berikan.

"Meredith sudah mengatakan banyak hal tentangmu," Eleanor berkata kepadaku.

Aku tersenyum. "Semoga dia mengatakan hal yang baik-baik."

"Kalaupun dia mengatakan hal yang buruk, aku tak akan mempercayainya sampai aku mengenalmu," jawab Eleanor sambil tersenyum.

Aku berdehem, mencoba menghilangkan rasa hangat yang secara tiba-tiba menjalar ke pipiku. Dari sudut mataku, aku bisa melihat Meredith tertawa dengan reaksiku. Aku seharusnya tidak menertawakan Meredith tadi!

Sebelum aku mempermalukan diriku lebih jauh, seorang pelayan datang ke meja kami. Dia adalah seorang laki-laki dengan tubuh terbalut seragam, ia nampak bosan, terlihat dengan jelas dari caranya berjalan secara malas-malasan dan wajahnya yang datar.

"Apa sekarang aku bisa mengambil pesanan kalian?" pelayan itu bertanya, dari name tag yang tersemat pada seragamnya, aku tahu bahwa dia bernama Tony.

"Yup," Eleanor menjawab, dia kemudian menerima buku menu yang disodorkan oleh Tony dan Harry menerima buku menu lainnya.

"Aku akan memesan satu spaghetti dan untuk minumnya, aku akan memesan satu gelas coke. Bagaimana denganmu, Louis?" tanya Eleanor, ia menutup buku menunya dan memberikannya padaku.

Kuterima buku menu tersebut dan tanpa melirik ke dalam, aku berkata pada sang pelayan bahwa pesananku sama dengan Eleanor. Harry dan Meredith memesan hal yang sama, berkata bahwa mereka terlalu malas untuk berpikir makanan mana yang akan mereka pesan.

"Empat spaghetti dan empat coke, hanya itu?" Tony bertanya.

"Yeah," kami semua menjawab serempak.

"Baiklah, tunggu sebentar, aku akan kembali dengan minuman kalian," kata Tony, datar, ia terlihat masih sangat bosan dengan pekerjaannya. Ia kemudian berbalik pergi dan setelah yakin bahwa Tony sudah menjauh, aku berbalik untuk menatap Eleanor di hadapanku dan tersenyum miring ke arahnya.

"Huh?" Eleanor bertanya, satu alisnya berjingkat naik.

"Louis, jangan!" Harry memperingatiku.

"Apa yang akan dia lakukan?" kini Meredith yang bertanya, dia terlihat sama bingungnya dengan Eleanor.

Harry tak menjawab pertanyaan yang dilemparkan Meredith. Di sudut mataku aku bisa melihat bahwa dia mulai menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya.

"Aku tidak mengenalmu!" Harry berteriak, dia kemudian menarik kursinya menjauh dariku.

"What do you call fake spaghetti?" aku bertanya pada Eleanor dan Meredith.

Harry di sampingku kini menutup telinganya rapat-rapat.

"Huh?"

"An im-pasta," jawabku dan kemudian tertawa. Eleanor nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya dia ikut tertawa denganku.

Berbeda denganku dan Eleanor, Meredith hanya mendengus. "Bodoh!" aku bisa mendengar dia bergumam.

"Astaga Louis," Eleanor berkata di tengah-tengah tawanya.

"Eleanor, serius? Kau tertawa pada leluconnya?" Meredith bertanya, jari telunjuknya tercangung ke arahku.

Harry mengangguk-angguk. "Apa ada yang salah denganmu? Itu tadi adalah lelucon terbodoh yang pernah ada, semua lelucon yang keluar dari mulut Louis adalah hal terbodoh di dunia," katanya secara berlebihan.

Aku memutar bola mataku. Aku tak peduli seberapa bodoh leluconku, yang terpenting adalah Eleanor tertawa dan ia terlihat semakin cantik dengan kepalanya yang tertarik ke belakang dan kedua matanya yang menyipit. Tuhan! Aku akan terus berakting bodoh jika setiap aku melakukannya ia tertawa seperti ini!

"What do you call someone who sells themselves in exchange for spaghetti?"

Eleanor menggeleng. Meredith dan Harry menggerang.

"A pasta-tute," jawabku.

Aku dan Eleanor kembali tertawa.

Sebelum aku sempat kembali melemparkan lelucon, Tony dan seorang pelayan lainnya datang kembali ke meja kami, masih dengan wajah bosannya, ia menaruh minuman kami dan teman kerjanya menaruh piring berisi spaghetti ke atas meja. Melihat makan di hadapanku membuatku seketika teringat dengan tawa Eleanor. Aku mendongak dan menemukan gadis itu juga melihat ke arahku dengan sisa-sisa tawanya.

Aku kemudian tersenyum ke arahnya.

[-][-][-]

SoRry FoR tHe LaTe UpDaTe

Aku percaya kalian udah muak sama author yang bilang gitu apalagi kalau aku yang bilang wkwkwk.

Semoga kalian suka deh. Hiatusku membuatku kehilangan banyak followers dan kuharap aku nggak kehilangan banyak pembaca cerita ini ^^

Btw, kalian bisa kasih aku feedback secara anonim di sarahah (aku masih nggak paham kenapa aku bikin akun sarahah wkwk)

Klik vyomantara.sarahah.com dan tinggalkan feedback, kalian nggak perlu punya akun sarahah untuk kirim feedback ke aku.

Selamat hari raya idul adha bagi yang merayakan! :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top