March
❝Teman baru, sekolah baru..❞
“Karasuno?”
Udara terasa dingin namun juga hangat saat [Name] mengingat panggilan telepon yang ia lakukan dengan kedua orangtuanya. Sebuah udara pra-musim semi memang yang terbaik! Dan di saat itu juga masa dimana sekolah akan memulai semester baru usai liburan musim dingin.
“Bukankah itu sekolah dengan tim voli yang pernah sukses?”
“Entahlah, aku hanya mencari sekolah terdekat dengan rumah. Namun akan jadi lebih keren jika ada sesuatu yang ikonik tentang SMA itu.”
[Name] mengenakan blazer, tersenyum didepan cermin dengan senyum merekah di wajahnya. Setelah menggigit sepotong roti, kaki berlapis sepatu pantofel cokelat itu melangkah dengan girang menuju sekolah barunya.
“Baiklah, apapun keputusanmu.. Ibu akan selalu mendukungmu.”
“Kami akan mengunjungimu di Miyagi ketika kami luang. Tetaplah memberi kabar dan lakukan yang terbaik di sekolah.”
Setelah menyelesaikan sisa administrasi yang dibutuhkan sebagai siswa baru, [Name] melangkah mengikuti sang guru menuju kelas dimana ia akan belajar.
Dan disaat itu pula ia melihat Kageyama setengah tertidur di meja miliknya.
“Perkenalkan. [Full Name], saya adalah siswa pindahan dari SMA di Tokyo. Mohon bantuannya..”
Sebuah perkenalan singkat namun cukup memikat banyak pasang mata. [Name] adalah gadis cantik, terlebih ia dari kota besar. Tentunya akan menjadi pusat perhatian.
Ia bahkan tak perlu repot terkejut ketika meja nya dikelilingi banyak siswa yang membuka tanya jawab padanya ketika bel makan siang berbunyi.
“Pasti lelah, ya.”
[Name] menoleh ke sebelah kiri dari mejanya, Kageyama baru saja menyelesaikan makan siangnya setelah kerumunan bubar dari kursi [Name].
“Lelah bagaimana, Kageyama-kun?”
“Berinteraksi dengan banyak orang. Seperti yang [Surname]-san lakukan tadi.”
Sang gadis terlihat bingung, namun ia tergelak setelahnya. “Menurutku itu hal biasa yang memang dilakukan setiap teman sekelas. Terlebih karena ada siswa baru.”
Kageyama bergumam pelan lalu mengangguk. “Apa itu merepotkan?”
“Berinteraksi? Tidak begitu. Biarpun ketika terlalu banyak pertanyaan akan sedikit merepotkan, namun tak begitu buruk..” Jawab [Name]. Matanya menelusuri wajah Kageyama yang terlihat sayu. Pemuda terlihat sedikit mengantuk dan tak bersemangat, bahkan ia hanya makan siang sendiri.
“Melakukan banyak komunikasi itu merepotkan. Aku merasa aku mudah lelah ketika membicarakan sesuatu diluar kemampuanku, seperti belajar.”
Ah, tunggu. Jadi Kageyama bukan orang yang ahli dalam hal itu? Padahal wajahnya terlihat seperti orang pintar.
“Tapi dengan berkomunikasi yang baik, kita bisa memahami diri satu sama lain. Untuk kasus ini, mereka ingin mengenalku lebih baik sebagai teman sekelas baru. Karena itu aku sedikit merelakan lebih banyak energi sosial ku..” Ujar [Name] sambil tergelak. Ya, dia sendiri memang bukan tipikal orang yang memiliki banyak energi sosial.
Hening sesaat terasa mencekam keduanya karena Kageyama tak lagi merespon. Namun pemuda itu menatap [Name] sedikit intens.
“Kalau memang itu alasannya, aku..”
Kageyama menghentikan kata-katanya sebelum membuang muka, semburat merah nampak jelas di wajahnya.
“Aku juga ingin berkomunikasi lebih banyak dengan [Surname]-san, agar aku bisa tau lebih banyak tentangmu sebagai tetangga baru dan juga..”
“Teman sekelas baru.”
❝..dan perasaan baru.❞
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top