January

Awalnya, aku tak begitu tertarik...

Satu per satu kotak telah tersusun rapi di kamar milik seorang gadis belia. Terukir senyum tipis di wajahnya setelah membuka satu persatu kotak, menyusunnya dengan rapih di lemari lalu yang terakhir, meletakkan cat tower di sudut kamar.

Ia beranjak keluar dari kamar, melangkah turun ke lantai bawah untuk keluar rumah, mengangkat kembali beberapa kotak barang yang masih berserakan di halaman depan.

Dalam hati sang gadis sedikit menggerutu, menyesali keputusan untuk pindah rumah ketika salju masih ramai dan memenuhi pekarangan rumah siapa saja.

“Ah!” Pekikan terdengar dari mulut sang gadis ketika melihat pet carrier yang tertaruh di pintu rumah sudah terbuka, sudah tak berisi.

Dengan panik kaki nya menyusuri rumah, melihat ke setiap selipan, memastikan semua sudut diperiksa sampai suara desisan ia tangkap dari luar rumah.

“Mashiro!”

Iris [eye color] nya melebar tatkala si kucing putih mencakar wajah pemuda yang memang tengah menggendongnya. 

“MASHIRO, HENTIKAN!”

[Full Name] mengambil kembali kucing dari genggaman si eboni sebelum irisnya terperangah pada pipi sang pemuda, ia bisa dengan jelas melihat geritan kuku Mashiro disana.

“Tunggu sebentar! Akan saya ambilkan plaster!”

“Tidak, aku tidak apa-”

Namun [Name] sudah melesat masuk, kembali keluar dengan tisu basah dan plaster luka. Dengan cekatan membersihkan sedikit percikan darah di pipi itu lalu menempelkan plaster putih itu disana, tanpa memperdulikan reaksi si eboni terhadap apa yang [Name] lakukan.

“S-sudah.. Maafkan kucing ku. Ia memang tak begitu suka disentuh orang asing, lain kali akan ku taruh di tempat yang lebih aman.” [Name] buru-buru membungkukkan badan.

“Tidak apa-apa. Aku rasa hewan juga memang tidak menyukai ku.”

[Name] mengerjap kaget. Apa hal memang begitu memang benar adanya atau hanya konspirasi belaka yang dibuat pemuda ini?

“Oh, aku datang dari rumah sebelah.” Tangan si eboni menunjuk ke arah dua rumah sebelum atap milik [Name]. “Kageyama Tobio. Maaf sudah memegang kucingmu sembarangan, aku melihatnya bermain salju dan aku penasaran.”

“Eh!? Tidak apa-apa! Tak perlu minta maaf.” [Name] sedikit panik namun tersenyum setelahnya. “[Full Name], mohon bantuannya kedepannya, Kageyama-kun.”

Pria berambut dan bermata gelap bak langit bersalju di malam hari, Kageyama Tobio. Ia terlihat muda namun wajahnya sedikit mengkerut, memberikan kesan apatis dan membuat [Name] sedikit sungkan.

Namun saat Kageyama tersenyum dan menyentuh pipinya, di saat itulah [Name] merasakan desiran hangat di tengah dingin nya salju bulan Januari.

“Terima kasih banyak atas ini, [Surname]-san. Aku harap aku bisa mengenalmu lebih baik.”

Dan saat Kageyama pamit untuk kembali melanjutkan lari pagi nya, disaat itulah [Name] tersadar atas apa yang dilakukannya pada luka di wajah Kageyama.

Mungkin ini tak akan terlalu buruk..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top