February
❝Anginnya begitu dingin...❞
“Terimakasih, silahkan datang kembali.”
Siang di bulan kedua membuat menggigil, tentu saja. Ini masih fase musim dingin. Hanya butuh 1 bulan lagi sampai udara perlahan bertukar menjadi hangat sambutan untuk musim semi.
[Name] baru saja keluar dari konbini, di tangannya ada dua plastik belanja berisikan bungkusan cemilan, obat-obatan serta peralatan mandi. Benar, gadis itu baru saja menyelesaikan belanja bulanannya.
Dan ia tertahan ketika rintikan air jatuh dari langit dan perlahan membasahi Miyagi.
‘Malah hujan..’ Wajahnya mendongak untuk melihat langit dengan kanvas abu-abu. Udara begitu sejuk menyapu kulit serta surai, dan itu membuatnya sedikit menggigil.
“Padahal sudah pakai syal dan sweater.”
Niatnya ingin lekas melangkah pulang, terlebih [Name] memang membawa payung. Namun ia tak kunjung melangkah karena sang tetangga yang juga baru keluar dari konbini terlihat gusar.
“Tidak bawa payung?”
Kageyama menoleh ke sisi kanan, nampaknya ia tak sadar bahwa si tetangga manis ada disana. Pipinya merona, malu.
“Tidak.” Jawabnya singkat.
Tak mengambil waktu lama, kini keduanya berjalan dibawah payung yang sama. [Name] mengangkat tinggi payung miliknya, menyamakan tinggi agar Kageyama tak perlu menunduk.
“Kalau sudah mendung, siapkan payung sebelum hujan.” [Name] memecah keheningan diantara mereka, namun kelihatannya si eboni tak begitu senang diingatkan.
Keningnya berkerut, lalu ia membuang muka. Namun [Name] bisa melihat sedikit warna merah di telinga Kageyama. Apa dia marah atau malu?
“Aku tau, hanya saja hujannya tak terduga.” balas Kageyama. [Name] tersenyum, tak berniat untuk memulai argumen. Ia memilih diam kembali.
Rintikan hujan terasa semakin banyak dan [Name] bisa melihat Kageyama sedikit menjauh dari bahunya. Mungkin ia takut bersentuhan, membuat bahu kanan si pemuda tak tertutup payung dan basah karena hujan.
“Kageyama-kun, bahumu..”
“Tidak apa-apa.”
[Name] mengerutkan alis. Jika dengan payung ia masih basah, lalu apa gunanya menggunakan payung sekarang.
“Kageyama-kun, nanti bisa masuk angin..”
“Aku tak mudah sakit, [Surname]-san.”
“Tapi—”
Beberapa detik setelahnya, [Name] merasa bahunya merapat, bertabrakan dengan Kageyama. Sebuah tangan besar yang kasar merangkul pundak nya erat, dan ia bisa dengan jelas mencium parfum milik sang pria.
“Cerewet sekali.”
Semburat menjalar di pipi keduanya dengan kedekatan begini, namun Kageyama tak lagi basah dan rangkulan ini cukup membuat [Name] berhenti bicara sampai keduanya tiba di rumah Kageyama.
“Terimakasih banyak, [Surname]-san.”
“Sama-sama, Kageyama-kun..”
Harusnya [Name] sudah berputar untuk kembali jalan menuju rumahnya sendiri namun Kageyama menghentikan langkahnya.
“Bahumu tadi terasa dingin, segera hangatkan tubuhmu ketika di rumah.”
Dan [Name] tidak tau kenapa sekujur tubuh yang harus kedinginan mendadak panas karena detak jantung yang cepat.
❝Namun aroma parfumnya membuatku hangat...❞
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top