March 16th
"Apa yang kau lakukan semalam pada Barry? Kau meninju wajahnya atau memukul kepalanya menggunakan botol wine?" tanyaku pada Len saat Barry tengah sibuk mengurus tiket pesawat yang akan membawanya pulang siang ini.
"Aku tidak melakukan apa-apa." jawabnya.
"Bohong. Kalau kau tidak melakukan apa-apa, dia tidak akan segila itu saat mengepak pakaiannya tadi pagi."
"Yah, sebenarnya aku memang mengirim pesan pada Sarah –pacar Barry. Aku bilang padanya kalau Barry berkeliaran dan bertingkah seperti anak SMA yang mencari pasangan untuk diajak ke prom."
Mataku menyipit. "Itu saja?"
Len mengangguk. "Kau harus bertemu Sarah untuk tahu se-overprotective apa dia pada Barry. Kujamin akan jadi hiburan tersendiri untukmu."
Aku menyungginkan senyum tipis. "Kau licik, Len." kataku.
"Aku tidak lupa siapa yang mengajariku jadi sedikit-licik." balasnya.
Kalau saja tahu mengadu pada pacar Barry adalah satu-satunya cara yang membuat lelaki itu pulang ke rumah dengan mudah, tentu sudah kulakukan sejak awal. Tidak perlu menceritakan aibku sendiri sampai akhirnya jatuh pingsan karena mabuk.
"Kalau kau bertemu Ibuku, tolong katakan padanya aku menaruh Whiskas di refrigerator. Jangan samapai dia atau Shandy memakannya." pesan Len pada Barry.
Len yang kukenal adalah seseorang yang tak pernah berhasil menciptakan lelucon. Semua yang dikatakannya selalu bersumber dari materi atau quote-quote hebat para penemu teknologi. Dia tidak akan bicara tentang makanan kucing karena itu bukan hal penting untuk dikatakan. Menurutku juga begitu. Jadi mendengar Len bicara seperti barusan, aku pikir aku sudah membuat kesalahan dengan mengajak Barry ke club tanpa sepengatahuan Len dan mabuk-mabukkan di sana.
"Itu saja? Jangan makan Whiskas?"
"Hm."
"Tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain misalnya 'terima kasih sudah menjadi kucing paling manis selama ini untukku'?"
Len menggeleng. "Aku akan mengatakan sendiri pada saat pulang nanti." Lalu dia menepuk sekali lengan Barry. "Aku penasaran apa yang akan dikenakan Sarah di pesta ulang tahun Maris, apa Bardot pom-pom hem swing dress? kirim aku fotonya, okay?"
"Untung kau temanku, kalau tidak aku pasti sudah membuat cacat permanen otak jeniusmu itu."
Lalu keduanya tertawa. Seperti itukah pertengkaran mereka? Lelucon tak bermakna, ancaman, lalu tawa, dan sebuah pelukan singkat?
"Allana, mungkin kau harus mengundangku ke rumahmu sesekali. Aku pasti akan senang."
Aku menggeleng. "Aku tak akan menggundangmu datang ke rumahku."
"Ayolah, Al, ayahmu dan aku punya kemiripan yang luar biasa. Kita sudah biasa berbagi pikiran mengenai pandangan politik di negara-negara miskin. Dan juga, bagaimana bisa aku jadi The Mechanic kalau aku tidak bertemu dengan targetku?"
"Pergi sana!" sentakku seraya menendang koper merahnya. "Aku seharusnya menyuruh Len meninju mulutmu."
Barry tertawa. Dia berlalu sesaat setelah Len memeluknya singkat. Aku tidak benar-benar menginginkan Len meninju mulut Barry, tapi kusarankan pada Len untuk melakukannya ketika Barry bersikap sangat menjengkelkan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top