Oh Se Hun
Sehun tercengang. Tidak pernah sekali pun terlintas dalam pikirannya, ia akan mendapat perintah seperti ini. Tanpa sadar, tangannya terkepal kuat seakan mampu meninju siapapun yang menghalangi jalannya. Sayangnya, yang berada di hadapannya ini bukanlah orang asing yang mampu dihajarnya tanpa pandang bulu, sosok yang berada di hadapannya ini adalah atasannya.
"Kenapa?" suara Sehun terdengar begitu lirih dan mencoba tegar dalam waktu yang bersamaan.
"Karena kita tidak memerlukan skandal di saat seperti ini, Sehun. Aku akan mencarikan gadis lain untukmu, tapi tinggalkan gadis itu," nada tegas dalam setiap kata yang diucapkan, memaksa Sehun menelan kalimat yang sudah berada di ujung lidah. "Yang kita butuhkan adalah sorotan publik dan gadis itu tidak bisa menjadi sinar positif untuk kalian."
"Untuk kami atau untuk dirimu sendiri?" tanya Sehun tanpa bisa ditahan. Nada bicaranya terdengar sangat dingin dan berbahaya.
Sosok di hadapannya menghela nafas rendah. "Apapun yang kami lakukan adalah untuk kebaikan kalian Sehun."
"Memaksaku meninggalkan kekasihku dan memutuskan hubungan kami yang sudah berjalan bertahun-tahun bukanlah kebaikan yang kuinginkan," Sehun baru akan menghajar sosok di depannya kalau saja salah satu Hyungnya tidak menahan. "Lepaskan Hyung! Aku tidak akan meninggalkan [Name] begitu saja. Memangnya [Name] barang yang bisa kubuang begitu saja!?"
"Sehun! Kendalikan dirimu," Suho-hyunglah yang menahan lengan Sehun.
Sosok di hadapan mereka tersenyum sinis melihat reaksi yang diberikan. "Kau bukan lagi Oh Sehun yang meminta gadis itu untuk menjadi kekasihmu. Kau yang sekarang adalah Oh Sehun semua orang, Oh Sehun yang menjadi kekasih virtual dari ratusan ribu penggemar di dunia. Kalau kau tidak sanggup memikul peranmu, kau bisa meninggalkan posisimu."
Sehun memberontak dan melepas paksa kukungan Suho-hyung. Ia menatap tajam sosok di hadapannya sebelum keluar ruangan. Suara pintu dibanting menggema di lorong yang sepi, memaksa Sehun untuk berpikir cepat. Dan satu-satunya sosok yang berada di pikirannya adalah [Name], gadis yang mampu bersabar dengan semua sifatnya.
Tanpa ragu, Sehun menekan angka satu di panggilan cepat dan mengangkat ponselnya sebatas telinga. Selama menunggu teleponnya diangkat, berbagai macam bayangan akan masa depan melintas begitu saja di pikirannya. Entah apa yang akan terjadi padanya kalau ia benar-benar meninggalkan kekasihnya begitu saja. Ia pasti sudah gila saat itu terjadi.
"Kenapa menelpon sekarang, Sehun-ah? Bukankah seharusnya kau sudah tertidur sekarang?" mendengar suara [Name], Sehun menghembuskan nafas yang sedari tadi ia tahan tanpa sadar.
"Aku ingin bertemu denganmu sekarang," pinta Sehun. [Name] memang tidak bisa melihatnya saat ini, tapi ia yakin gadisnya sangat mengerti bagaimana perasaannya bahkan hanya dengan mendengar suaranya.
Sehun mendengar suara berisik seperti selimut disingkap. Ia sangat yakin mendengar suara pintu terbuka dan tertutup lalu mendengar langkah kaki yang terburu-buru. "Aku akan sampai di dorm beberapa menit lagi. Tutup teleponnya dan istirahatlah sampai aku datang."
Tidak ada yang bisa Sehun lakukan selain memutus sambungan. Ia membuka pintu dorm dengan perlahan, tidak ingin membangunkan para Hyungnya yang mungkin saja sudah tertidur. Wajar saja, ia dan Suho-hyung dipanggil secara mendadak jam sebelas malam hanya untuk membicarakan skandal.
Di luar dugaan, beberapa dari Hyungnya masih terjaga dan melontarkan pertanyaan yang tidak ingin ia jawab. Sehun mengabaikan para Hyungnya dan memilih untuk masuk kamar. Ia yakin Suho-hyung akan menjawab pertanyaan itu untuknya saat ia pulang nanti. Tenggelam dalam kesendiriannya memaksa Sehun kembali berpikir tentang kemungkinan yang akan terjadi. Apakah sikapnya akan menjadi skandal baru? Atau ia benar-benar harus meninggalkan [Name] demi menghindari skandal?
"Sehun-ah? Boleh aku masuk?"
Tatapan Sehun beralih pada pintu. Tentu ia sudah mengetahui sosok di balik pintu tanpa harus melihatnya. "Masuk saja."
Inilah gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta beberapa tahun lalu dan masih tetap begitu. Sekilas memang tidak ada yang begitu spesial darinya, wajah oriental khas Korea, rambut hitam, bibir tipis dan tinggi badan standar. Namun, saat gadis itu tersenyum, berusaha menjadi pilar kokohnya, seluruh dunia Sehun terpusat padanya. Ia bertanya dalam hati, bagaimana caranya ia bisa bertahan tanpa gadisnya.
"Ada masalah saat pertemuan tadi? Para Hyungmu khawatir karena kau langsung masuk tanpa menjawab pertanyaan mereka," tanya [Name]. Ia menjawab uluran tangan Sehun yang menyuruhnya berdiri di hadapannya, di antara kedua kakinya.
"Mereka memintaku untuk melakukan sesuatu yang kubenci, itu saja."
Kedua tangan Sehun memainkan jemari [Name] seakan itu adalah kegiatan paling menyenangkan yang bisa ia lakukan. Ia berusaha untuk menghindar dari tatapan [Name], tapi ia hanya berlaku tidak adil jika membiarkan [Name] dipenuhi dengan begitu banyak pertanyaan.
"Mereka memaksaku untuk meninggalkanmu," gumam Sehun. "Mereka bilang kau tidak bisa menjadi sorotan publik dan hanya menciptakan skandal. Mereka memaksaku untuk memilih karir atau dirimu karena kau tidak baik untukku. Bagaimana bisa kau tidak baik untukku!?"
Sehun menghela nafas saat [Name] mengusap kepalanya, berusaha menenangkannya. Ia menyembunyikan wajah di perut [Name], mengaitkan lengannya di pinggang [Name]. Ia tidak akan membiarkan gadis itu menjauh dari pelukannya malam ini. Tidak akan.
"Lepaskan aku Sehun-ah," bisik [Name] setelah beberapa menit mereka tenggelam dalam keheningan. "Aku tidak akan membiarkanmu memilih. Biar aku yang pergi."
Terkejut. Itulah kata yang paling tepat menggambarkan perasaan Sehun sekarang. Ia mendongak, beradu tatap dengan [Name]. Tidak ada keraguan dalam mata yang ia tatap. Memang ada sirat sedih dan terluka, namun Sehun tidak bisa menemukan sorot ragu.
"Jangan bercanda! Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja," seru Sehun tidak terima. Amarah dan takut kehilangan menyelimuti perasaannya bagai salju di musim dingin. Ia berdiri di hadapan [Name], memaksa gadis itu untuk mendongak agar tidak memutus kontak mata mereka.
"Dan aku tidak bisa membiarkan mimpimu hancur begitu saja!" balas [Name] dengan suara yang tidak kalah tinggi. Gadis itu menangkup wajah Sehun. "Dengar, aku mencintaimu Sehun-ah. Tidak ada yang bisa mengubah fakta itu. Tapi aku tidak ingin keberadaanku malah menghambat mimpimu. Kau bisa dalam masalah kalau tetap bersamaku, bukan begitu?"
"Tapi aku tidak akan bertahan tanpamu," lirih Sehun. "Bagaimana caranya aku bisa bertahan tanpamu?"
Tidak ada yang menghalangi Sehun untuk memeluk [Name]. Bahu kecil yang selalu menjadi tempatnya bersandar, aroma menenangkan yang biasa ia hirup saat tertekan, jemari kecil yang sanggup menopangnya saat hampir jatuh. Ia akan kehilangan semuanya hanya karena satu perintah mutlak.
"Kau sudah bertahan seumur hidupmu sebelum bertemu denganku. Beberapa tahun bersamaku tidak akan merubah semua itu. Lagipula para Hyungmu akan membantu dan kau tidak akan sendirian," ucap [Name] berusaha menenangkan Sehun. "Tidak mudah menjatuhkan seorang Oh Sehun."
Sehun memejamkan mata. Berusaha mengingat semua detail saat bersama [Name] sebelum ia terpaksa kehilangan gadis itu. Kedua lengannya melingkar posesif di bahu [Name], tidak memberikan ruang di antara keduanya.
"Menginaplah malam ini. Aku akan meminta Suho-hyung untuk tidur di kamar lain," mohon Sehun. "Kumohon, hanya malam ini."
"Baiklah."
"Perasaanku tidak akan berubah semudah itu, Jagiya. Satu hal yang pasti, aku akan sulit berhadapan dengan fakta kau tidak akan bersamaku lagi. Dimana pun aku berada, aku akan selalu mengingatmu dan menyayangimu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top