Kim Jong Dae

Suara channel televisi terus berganti menggema di seluruh penjuru apartemen. [Name] menggeram lemah ketika melihat wajahnya lagi-lagi terpampang di layar televisi. Ia sudah muak melihat wajahnya di televisi diiringi dengan judul 'kencan rahasia model ternama, [Name] dengan penyanyi top dari EXO, Chen.' Ia benar-benar sudah muak.

Ia dan Jongdae memang sudah menjalin kasih dua tahun terakhir, namun tidak ada satu orang pun yang mengetahui hal ini terlepas dari sahabat dekat dan manajemen yang menaungi mereka. Rahasia besar ini akhirnya terbongkar beberapa hari lalu, saat mereka bertengkar hebat dan Jongdae dengan tidak sengaja memeluknya dengan maksud menenangkan. Dan momen yang jarang terjadi di publik itu diabadikan oleh wartawan yang kekurangan gosip. Jadilah mereka menjadi bahan pembicaraan sejak beberapa hari lalu.

"Apa acara gosip ini tidak memiliki bahan lain untuk dibahas?" gerutu [Name] saat ia melihat foto dirinya dan Jongdae di layar televisi.

[Name] menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, namun pandangan kembali pada televisi saat mengetahui Jongdae yang memasuki apartemennya. Ia sama sekali tidak menoleh saat Jongdae menaruh tas dan ia bisa merasakan tatapan Jongdae yang menghunjam belakang kepalanya.

Jongdae menghela nafas. "Kenapa menonton acara gosip? Kau tahu sebagian besar yang mereka katakan adalah bohong."

"Aku sudah mengganti channelnya berulang kali, tapi kita sedang menjadi perbincangan hangat untuk orang yang suka bergosip," gerutu [Name]. "Aku tidak mengerti kenapa hubungan kita bisa menjadi sesuatu yang sangat viral. Bahkan mereka juga membicarakannya di media sosial."

Jongdae tertawa. Ia mencium pipi [Name] cepat lalu menjatuhkan diri di sofa. "Kurasa hubungan antara model cantik ternama dan penyanyi tampan yang terkenal mampu mengundang iri pada semua orang."

[Name] memukul lengan Jongdae keras. Ia menatap Jongdae marah, tapi bibirnya berusaha untuk tidak membentuk senyum.

Memang ucapan Jongdae benar, tapi [Name] tidak ingin namanya dihubungkan dengan berita buruk. Ia sama sekali tidak keberatan kalau hubungannya terungkap, yang menjadi beban pikiran [Name] adalah saat orang-orang di luar sana berpendapat kalau hubungan mereka tidak nyata atau salah satu dari mereka mencoba memanfaatkan yang lainnya untuk mendongkrak popularitas. [Name] tidak suka. Ia tidak ingin penggemarnya berpikiran buruk pada Jongdae dan sebaliknya.

"Aku tidak suka Jongdae-ah," gumam [Name] di bahu kekasihnya. "Kenapa harus kita yang menjadi sorotan? Kenapa harus kita yang menjadi perbincangan buruk? Kau tahu, kalau gosip ini belum mereda dalam waktu dekat, manajerku pasti kalang kabut."

"Kenapa kau harus memikirkannya sampai seperti itu, Jagi?" [Name] memejamkan mata saat Jongdae menyibukkan diri dengan memainkan rambutnya. "Percaya padaku, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk. Kau percaya padaku, kan?"

[Name] menghela nafas. "Aku percaya padamu, Jongdae. Masyarakat yang tidak bisa kupercaya."

Matanya terbuka saat Jongdae menaruh telunjuk dan ibu jarinya di dagu [Name]. Untuk sesaat mereka hanya beradu tatap, tidak ada satupun yang membuka mulut. Jongdae mendekatkan wajah, menghapus jarak di antara mereka. Bibirnya menyentuh dahi [Name] lama. Ia menahan senyum saat nafas [Name] tercekat.

"Tidak akan ada skandal yang mempersulitmu, aku janji," bisik Jongdae saat hidung mereka bersentuhan.

"Kau tidak bisa menjanjikan apapun saat ini," balas [Name]. "Dan aku tidak ingin memaksamu untuk menjanjikan sesuatu hanya agar aku bisa lebih tenang."

Jongdae tertawa renyah. "Aku memang tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin saja hubungan kita terancam harus selesai karena manajemen tidak ingin terlibat skandal. Tapi, aku sudah pernah berjanji akan melindungimu dan aku tidak berniat mengingkarinya. Jadi, kau bisa yakin tidak akan ada yang mempersulitmu atau karirmu."

Menyembunyikan wajahnya yang memerah adalah satu-satu hal yang mampu [Name] pikirkan. Ia sengaja mengubur wajahnya di dada Jongdae saat mendengar ucapan kekasihnya. Memang ia sudah sering mendengar kalimat seperti itu di drama atau membacanya di novel. Namun, mendengarnya dari seseorang yang sangat ia cintai memiliki sensasi yang berbeda.

"Aigoo ... apa model yang menjadi panutan banyak remaja ini tengah tersipu?" goda Jongdae. Ia tidak melakukan apapun saat [Name] menjadikan lengannya sebagai samsak untuk beberapa menit ke depan. Jongdae tersenyum saat [Name] menghentikan tinjunya. "Lebih baik begini."

Sebelah alis [Name] terangkat bingung dengan apa yang dikatakan kekasihnya. "Apanya yang lebih baik?"

"Sejak foto itu tersebar, saat kita berdua kau hanya membahas tentang tanggapan masyarakat dan kemungkinan terjadinya skandal. Kau terus panik sendiri, lalu frustasi sampai tidak fokus dengan pekerjaanmu," Jongdae menghela nafas. Mereka beradu tatap, tenggelam dalam tatapan satu sama lain. "Aku ingin saat kita berdua, kau hanya memikirkanku. Tidak perlu ada pekerjaan atau berita buruk yang menyibukkan pikiranmu. Aku lebih memilih kau memukuliku seperti tadi daripada memelukmu tapi yang ada dibenakmu bukan diriku."

[Name] terhenyak. Ia mengakui apa yang dikatakan oleh Jongdae benar adanya. Beberapa hari terakhir pikirannya disibukkan dengan berita miring tentang hubungan mereka, hingga ia tidak memiliki waktu untuk berpikir tentang hubungan mereka yang sebenarnya. Ia sudah tidak lagi menyambut Jongdae dengan senyuman, menolak untuk bertemu di luar apartemen dan parahnya, ia juga terus mengeluh pada kekasihnya hingga melupakan perasaan Jongdae.

"Aku memang bodoh," desis [Name]. Ia kembali menyamankan diri di bahu Jongdae. "Maaf, aku jadi tidak memperhatikanmu karena foto yang tersebar itu. maafkan aku."

"Maafmu akan kuterima kalau kau mau berkencan denganku malam ini," senyum Jongdae.

[Name] menjauhkan wajahnya dari bahu Jongdae. Matanya terlihat kesal dan marah. "Apa kau benar-benar ingin terlibar skandal yang lebih besar lagi ya? Kencan di saat seperti ini. Bagaimana kalau ada wartawan yang melihat kita lagi?"

Bibir [Name] bungkam saat Jongdae menangkup wajahnya dengan kedua tangan. "Jangan marah dulu, Jagi. Aku sudah bicara dengan manajerku tentang masalah ini. Ia bilang, kita bisa tetap menjadi kekasih kalau tanggapan masyarakat positif. Dan satu-satunya hal terpikir olehku adalah bersikap dengan sangat romantis pada kekasihku hingga gadis lain iri. Rencana yang bagus, kan?"

"Maaf. Aku tidak tahu kalau kau berencana seperti itu."

Jongdae mencium pipi [Name] cepat. "Aku tidak suka mendengarmu meminta maaf berulang kali. Aku lebih senang kalau kau berkata 'aku mencintaimu' sambil tersenyum lebar berulang kali, Jagi."

[Name] tersenyum. Ia menangkup pipi Jongdae dengan sebelah tangan, sementara tangan lainnya berada di bahu. "Aku mencintaimu, Kim Jongdae. Sangat mencintaimu."

"Nah begitu terdengar jauh lebih baik," ucap Jongdae. "Dengar, Jagi. Kau adalah prioritas utamaku dan aku berjanji apapun yang kulakukan tidak akan pernah menyulitkanmu. Karena itu percayalah padaku seperti aku mempercayaimu untuk tidak pernah meninggalkanku."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top