Do Kyung Soo
Hari ini Kyungsoo berulang tahun.
Hari yang seharusnya menjadi salah satu hari paling bahagia dalam hidupnya kini tidak terasa begitu spesial. Dahinya mengernyit saat menyadari sosok sang Pujaan Hati tidak berada dalam jarak pandangnya. Aneh memang, kehadiran [Name] selalu membuat harinya menjadi seribu kali lebih baik.
Alih-alih menyaksikan gadisnya menjadi orang pertama yang memberikannya selamat, gadis itu malah menghilang entah kemana. Kyungsoo tidak menemukannya di dapur, ruang tengah atau ruang kerja gadis yang sudah menemaninya selama tiga tahun. Tidak pernah sekalipun [Name] melupakan ulang tahunnya, apakah tahun ini menjadi yang pertama?
“Kemana perginya gadis itu?” gumam Kyungsoo seraya berjalan ke arah dapur, berharap [Name] meninggalkan catatan kecil yang biasa ditempel di lemari pendingin saat Kyungsoo tidak berhasil menemukannya di area apartemen mereka.
Nihil. Ia tidak menemukan catatan yang tertempel atau kue yang disimpan di lemari pendingin, bahkan [Name] melupakan sarapannya!? Hal penting apakah yang begitu mengalihkan [Name] sampai lupa dengan sosok kekasihnya sendiri? Benar-benar tidak biasa. Seperti [Name] yang tidak Kyungsoo kenal.
Kepala Kyungsoo menoleh cepat begitu mendengar suara nada dering. Kakinya bergerak cepat menuju kamar, meraih ponselnya yang sengaja ia tinggalkan di atas nakas. Ia menghela nafas saat mendapatkan pesan dari Jongin yang berisi ucapan selamat ulang tahun dan pemberitahuan untuk segera sampai ke dorm mengingat mereka ada acara yang harus di hadiri. Suasana hatinya sedikit memburuk saat Jongin menanyakan hadiah apa yang [Name] berikan padanya.
“Hadiah apa? Bukannya hadiah yang kudapatkan, kekasihku malah menghilang,” gerutu Kyungsoo tanpa bisa menahan dirinya.
Kyungsoo menghela nafas lagi. Ponselnya mulai berdering saat ada pesan masuk bertubi-tubi dari member lain yang isinya hampir mirip dengan yang dikirimkan oleh Jongin beberapa saat lalu. Ah, kecuali Junmyeon karena hyungnya yang satu itu menjanjikan hadiah untuk Kyungsoo. Cih, dasar orang kaya.
Ia meraih handuknya, bersiap untuk berangkat ke dorm sebelum perasaannya semakin memburuk kalau manajernya mengomel dengan alasan ia terlambat. Betapa beruntungnya ia, kekasihnya menghilang di hari ulang tahunnya, manajernya akan mengomel jika ia tidak sampai dalam waktu dua puluh menit dan ia terpaksa memasang ekspresi bahagia sepanjang hari. Benar-benar beruntung.
Sebelum berangkat Kyungsoo menyempatkan diri untuk menulis catatan kecil pada [Name] yang ia tempel di lemari pendingin.
Aku tidak akan marah padamu karena pergi tanpa memberitahuku, setidaknya jangan membuatku khawatir di hari ulang tahunku. Hubungi aku saat kau sudah membaca pesan ini. Aku mencintaimu, Jagi.
***
Suasana begitu sepi saat Kyungsoo memasuki apartemennya. Wajahnya setengah merengut karena belum menerima kabar apapun dari [Name] sejak pagi. Kebanyakan laki-laki lain akan merasa marah dan kecewa, tapi Kyungsoo merasa khawatir dan sedih. Apa yang terjadi pada gadisnya seharian ini sehingga tidak bisa memberi kabar?
Saat mengambil air, Kyungsoo menyadari catatan kecilnya sudah tidak ada, artinya [Name] sudah pulang dan sudah melihatnya. Lalu kenapa Kyungsoo tidak menerima apapun? Sudut matanya menangkap cahaya samar dari celah pintu ruang kerja [Name], dengan langkah cepat Kyungsoo berjalan ke arah ruang kerja [Name].
“Jagi?” panggil Kyungsoo.
Sebelah alis Kyungsoo terangkat saat melihat punggung [Name] menegang. Gadis itu langsung berbalik menghadapnya seraya berusaha menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
“A-ah, Kyungsoo. Kau rupanya,” suara [Name] terdengar begitu gugup. “Kau sudah pulang? Kukira kau akan pulang terlambat karena merayakan ulang tahunmu dengan yang lainnya.”
“Perayaan itu tidak akan membuat perasaanku lebih baik,” balas Kyungsoo. “Kau mengingat ulang tahunku dan berada di sini seharian? Kenapa tidak menghubungiku?”
“A-aku sedang sibuk. Ya, aku sedang sibuk mengerjakan, um... mengerjakan sesuatu,” gumam [Name] tidak meyakinkan.
“Oh ya? Boleh kutahu apa yang sedang kau kerjakan sampai tidak sempat mengirim satu pesan singkat padaku?” salah satu tangan ia masukkan ke dalam saku celana, berusaha untuk terlihat sedikit mengintimidasi agar [Name] ingin mengaku. Kyungsoo begitu penasaran dengan gerak-gerik [Name] yang kelihatan gugup. Apa gadis itu menyembunyikan sesuatu?
[Name] memainkan ujung bajunya, masih terlihat gugup di bawah tatapan mengintimidasi Kyungsoo. “Tidak penting apa yang kulakukan. Kau mungkin lelah, sebaiknya segera istirahat. Kau harus bangun pagi besok.”
Tatapan Kyungsoo menajam saat gadisnya mencoba menghindar. Ia melangkah maju hingga jarak keduanya hanya sejengkal. Kedua tangan Kyungsoo mencengkeram bahu [Name] lembut.
“Jangan berbohong padaku, Jagi.”
[Name] menghela nafas mengalah. Gadis itu membalikkan badannya, mengambil album tebal berwarna hitam lalu memberikannya pada Kyungsoo. [Name] menundukkan wajahnya, tidak berani menatap langsung Kyungsoo yang masih terlihat bingung dengan pemberian [Name].
“Aku tidak melupakan hari ulang tahunmu, malah aku mempersiapkan itu sejak pagi,” [Name] menunjuk album yang berada di tangan Kyungsoo saat mengucapkan kata ‘itu’. “Aku berangkat untuk mencetak foto pagi-pagi, kupikir hanya sebentar dan aku bisa kembali sebelum kau bangun, tapi entah bagaimana hasil cetakannya tidak begitu bagus sehingga aku harus menunggu lebih lama. Sayangnya, setelah aku pulang kau sudah tidak ada.
“Aku juga membaca catatan yang kautempel, tapi pikiranku tersita dengan hadiah yang akan kuberikan sampai aku tidak sempat menyentuh ponsel. Jangankan menyentuh ponsel, sepertinya aku juga melewatkan makan siang. Kupikir, aku bisa menempel foto dan memberi catatan kecil di bawahnya lalu menyelesaikan hadiahmu sebelum kau pulang mengingat Jongin berkata kalian akan merayakan ulang tahunmu. Aku tidak menyangka kau akan pulang lebih cepat.
“Maafkan aku karena tidak mengabarimu seharian ini dan membuatmu berpikir aku melupakan ulang tahunmu, Kyungsoo. Dan selamat ulang tahun,” kata [Name]. Suaranya semakin mengecil seiring dengan semakin tertunduk wajahnya.
Kedua sudut bibir Kyungsoo tertarik tanpa bisa di tahan. Ia meletakkan album pemberian [Name] di meja terdekat lalu merangkul [Name] dalam pelukannya, merindukan rasa hangat yang tidak ia dapatkan saat bangun pagi tadi.
“Terima kasih hadiahnya, juga ucapan selamatnya,” bisik Kyungsoo di telinga [Name] lalu mencium pipi gadisnya cepat. “Seharusnya kau tidak perlu merepotkan dirimu dengan detail kecil seperti ini. Mendengar ucapan selamat darimu saja sudah membuatku bahagia.”
“Tidak bisa,” Kyungsoo merasakan [Name] menggeleng di dadanya. “Kau sudah memberikan banyak hal untukku, setidaknya aku ingin memberi kenangan indah yang tidak akan kau lupakan sebagai hadiahnya. Karena itulah aku memutuskan untuk membuat album itu untukmu.”
“Oh, Jagiku,” Kyungsoo memeluk [Name] lebih erat hingga tidak ada jarak yang memisahkan keduanya. Berulang kali bibir Kyungsoo menyapu dahi dan pipi [Name]. “Kau tahu hadiah apa yang paling membuatku bahagia?”
“Hm?”
“Kau. Kau adalah hadiah terindah yang paling membuatku bahagia dan tidak akan pernah kulepaskan selamanya.”
Saengil Chukkae Do Kyungsoo... Semoga tahun ini makin sukses ya!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top