Byun Baek Hyun
Hebat! Dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya. Ia datang terlambat di jam pertama, makalahnya basah karena hujan deras dan ia tidak sempat mencetaknya lagi. seperti belum cukup penderitaan hari itu, laptopnya mati dan ia tidak membawa charger. Tidak hanya laptopnya, ponselnya juga memiliki nasib yang sama. Yang paling parah ia tidak membawa uang. Uang yang ia bawa hanya cukup untuk membuatnya sampai di sekolah.
Rasanya [Name] ingin sekali menangis mengingat apa yang sudah ia alami hari ini, tapi ia menahannya. Harinya sudah cukup buruk tanpa harus ditambah dengan publik melihatnya menangis.
Ia ingin sekali menghubungi kekasihnya, memohon agar Baekhyun menjemputnya dan bergarap kekasihnya mampu membuat harinya sedikit lebih baik. Itulah yang ingin [Name] lakukan kalau saja ia tidak disadarkan dengan fakta ponselnya tidak berguna saat ini. Yang [Name] inginkan sekarang adalah sampai dirumah, merebahkan tubuhnya dan menangis sekencang-kencangnya.
Helaan nafas lega keluar dari celah bibir [Name] saat melihat bangunan apartemennya. Yang perlu ia lakukan tinggal menunggu lift dan ia akan sampai di depan pintu.
“Jagiya, kamukah itu?”
Kepala [Name] bergerak cepat ke arah sumber suara. Ia tidak percaya dengan penglihatannya. baekhyun berada di apartemennya saat sore hari.
“Baekkie? Kamu ngapain di sini?” [Name] melempar tasnya ke sofa. “Bukannya kamu masih bersama dengan yang lainnya di studio? Kamu bilang bakal datang terlambat.”
Suara langkah kaki bergerak cepat. Detik selanjutnya [Name] terhuyung saat Baekhyun memeluknya tanpa menghentikan laju larinya.
“Jangan membuatku khawatir Jagi. Aku udah hubungin kamu berulang kali saat istirahat, tapi ponselmu malah mati. Kupikir sesuatu terjadi padamu, makanya aku langsung ke sini tanpa sempat pamit dengan yang lain.” Baekhyun menjauhkan diri dan menggenggam bahu [Name]. “Kamu ngapain aja sih sampai gak bisa angkat telepon dari aku?”
[Name] mengerang kemudian menceritakan apa yang sudah ia alami seharian ini. Baekhyun kembali memeluknya saat cerita selesai. [Name] bisa merasakan bibir Baekhyun beradu dengan pelipisnya.
“Aw ... Jagi. Lain kali aku akan mengurung dewi fortuna dan memaksanya untuk memberikan semua keberuntungan yang ia punya padamu,” ucap Baekhyun dengan nada menghibur. “Sekarang apa yang bisa aku lakukan supaya harimu jauh lebih baik?”
Melihat keseriusan di mata Baekhyun, [Name] tersenyum lalu menggelengkan kepala. “Tidak perlu. Kamu di sini aja udah bikin aku ngerasa lebih baik.”
Baekhyun mendecak lalu mengibaskan jari telunjuknya di depan wajah [Name]. “Kamu gak denger ya? Aku bilang, aku ingin membuat harimu ‘jauh’ lebih baik,” kali ini Baekhyun menekankan kata jauh agar [Name] memahami maksudnya.
“Kamu bisa melakukan apa yang kamu mau. Aku harus ngerjain tugasku dulu baru kita nonton film,” [Name] berdiri dengan ujung-ujung jarinya, mencium pipi Baekhyun cepat.
“[Name],” rengek Baekhyun. “Aku ingin melakukan sesuatu untukmu.”
“Lakukan sesukamu,” balas [Name].
Gadis itu terkekeh mendengar Baekhyun mengerang kesal karena jawabannya, namun ia tidak mengada-ada. Dengan mengetahui Baekhyun berada di dekatnya saja sudah membuatnya sangat bahagia mengingat mereka jarang bertemu akibat karier Baekhyun dan jadwal kuliahnya sendiri.
[Name] mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, mencolokkan charger kemudian mulai memainkan jari-jarinya di atas keyboard. Ia sama sekali tidak mendengar suara-suara mencurigakan dari bawah atau jeritan tertahan yang diyakini sebagai suara Baekhyun.
Perhatiannya baru teralihkan saat ada lengan yang dengan lancang memeluk pinggangnya dari belakang, kemudian sengaja menghembuskan nafas lebih keras di leher [Name].
“Aku akan menyikut perutmu kalau kamu gak ngelepasin aku, Baekkie,” ancam [Name] sambil menyimpan file yang baru ia kerjakan.
“Kalau kamu menyikut perutku, aku tidak akan menghidangkan makan malammu dan kamu bakal rindu sama aku pas kita nonton film nanti,” ucap Baekhyun melepaskan pelukannya pada pinggang [Name], membiarkan gadis itu menghadap ke arahnya.
“Makan malam?” sebelah alis [Name] terangkat. “Kamu maksa Kyungsoo masak terus dibawa ke sini?”
Baekhyun cemberut, kesal karena [Name] menyebut nama sahabatnya saat sedang berdua dengannya. “Kamu kenapa berprasangka buruk mulu sih kalau sama aku. Dan kenapa kamu mikirin Kyungsoo pas lagi sama aku?”
Senyum jahil tersungging di bibir [Name]. “Memangnya kenapa? Kyungsoo kan temanku juga.”
Baekhyun kembali memeluk [Name] dan menenggelamkan wajahnya di bahu kekasihnya. Ia menggumamkan sesuatu yang tidak bisa di dengar oleh [Name].
“Kamu ngomong apa sih?”
“Kubilang kamu hanya harus mikirin aku sama kayak aku mikirin kamu. Jangan mikirin laki-laki lain selain aku. Kamu itu Jagiyaku, mengerti?” Baekhyun mengangkat wajahnya dan menatap [Name] dengan serius, menegaskan ucapannya.
“Baiklah, baiklah. Sekarang mana makan malamku. Gimana kalau makan malam sambil nonton?” usul [Name] sembari menangkup wajah Baekhyun.
Baekhyun mengiyakan. Ia menuntun [Name] ke bawah, menyuruh gadis itu untuk menyamankan diri di sofa sementara ia sibuk bolak-balik dapur-ruang tengah untuk mengambil makan malam yang sudah ia siapkan dengan susah payah.
“Kalau kamu yang nyiapin semuanya dan gak ngebolehin aku bergerak, aku bakal ngerasa jadi kekasih yang gak berguna untukmu, Baekkie,” [Name] tidak mengalihkan pandangannya dari Baekhyun yang kembali ke ruang tengah dengan bantal, selimut di kedua lengannya.
“Kok kamu ngomongnya gitu sih?” Baekhyun menyodorkan piring berisi makanan pada [Name]. “Biasanya kamu yang nyiapin makan malam bahkan pas kamu kecapekan. Kamu juga selalu nungguin aku pulang atau telepon dariku kalau aku ada konser di negara lain dan biasanya aku gak akan hubungin kamu sebelum tengah malam. Biarin aku manjain kamu kali ini.”
“Oh ... Baekkie,” [Name] merentangkan tangannya, menyambut pelukan hangat ala Baekhyun yang selalu ia sukai.
Bagaimana bisa Baekhyun melewatkan kesempatan untuk memeluk kekasihnya? Apalagi ketika [Name] memperlihatkan ekspresi lucu. Untuk sementara, makan malam terlupakan, ia lebih memilih berada dalam pelukan gadisnya daripada makan malam.
“Terima kasih Baekkie,” bisik [Name] masih belum melepaskan pelukannya.
“Untuk apa?”
“Untuk membuatku merasa lebih baik. Untuk menjagaku selama ini. Untuk semuanya. Kamu selalu bisa bikin aku senyum kapanpun. Terima kasih Byun Baekhyun,” [Name] menatap Baekhyun dengan penuh terima kasih. Ia bisa melihat sorot penuh kasih di mata gadisnya.
“Jangan berterima kasih padaku, Jagi. Aku hanya ingin menjaga dewi fortunaku. Aku tidak bisa melakukan appaun tanpa kehadiranmu. Jadi, sudah seharuskan aku tetap meyakinkanmu utnuk tetap berada di sampingku kan?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top