- 25 -

— Alasan keduapuluh lima —

***

"Daiki, Daiki,"

Suara panggilan lembut mengudara, Aomine Daiki mengangkat wajahnya yang semula tersender di atas lipatan tangannya—tadinya dia tidur santai seperti biasanya.

"Apa?"

"Udah ngerjain PR?"

"Jelas belom lah."

Wajah [name] jadi sumringah—senyum lebar-lebar karena hati senang dapatkan teman seperjuangan yang nantinya akan senasib. Tangannya yang sebelah berpindah tempat, mendarat di atas dahi sang pacar. [name] mengusap-usap pelan, lalu beralih mengacak-acak gemas rambut navynya.

"Sip sip, untung ada temennya, ga usah dikerjain, ok?"

"Enggak bakalan, lagian enggak niat juga."

"Oke, bagus."

[name] kembali ke tempat duduknya. Buku pr yang tadinya niat diisikan contekan masuk kembali ke dalam tas. Memang semalam dia kelupaan mengerjakan pr tersebut, maka datang pagi pun dijalani demi dapatkan contekan. Tetapi [name] ujung-ujungnya jadi malas, pr itu ternyata jawabannya panjang-panjang sekali, tangannya tidak sanggup jika harus menuliskan sesuatu sepanjang itu dengan waktu yang singkat.

Beruntung dia melihat seseorang yang sepertinya berpotensi menjadi teman seperhukuman. Orangnya pemalas tingkat tinggi, sudah seringkali juga mendapatkan hukuman. Setelah didekati, ternyata semuanya sesuai harapan.

[name] tentu saja senang, setidaknya dia bukan satu-satunya orang yang akan dihukum oleh guru nanti. Ada teman yang setia menemani melaksanakan tugas hukuman.

Lagi senyum-senyum bahagia di kursinya, [name] tidak menyadari guru yang memasuki kelas—sontak buat suasana kelas yang tadinya ricuh jadi sunyi senyap. Guru pengampu mata pelajaran ini terkenal killer tapi [name] tetap merasa adem ayem.

Prediksi [name] benar. Sesudah masuk, guru killer itu langsung menanyakan pr yang diberikannya pada mereka dua hari lalu. Ketika ditanya siapa yang tidak mengerjakan, [name] entah bego entah gesrek dengan berbangga hati mengangkat tangannya. Bentakan marah dari sang guru diterima dengan senang hati.

[name] tetap terlihat ceria dan tak menghapus senyumnya kala tugas hukuman diberikan. Dia bahkan menarik keluar Aomine dari kelas, menyeretnya dengan senyum terukir. Pintu kelas pun ditutupnya dengan halus, tidak terkesan ada perasaan marah memprotes pada sang guru.

Dan liciknya, mereka berdua mengarah ke kantin dan bukan mengerjakan tugas hukuman dari sang guru. Mereka seenaknya membolos di kantin. Ketawa-ketiwi berdua seolah enggak peduli kenyataan kalau mereka berdua dicap enggak baik di daftar sikap oleh sang guru tadi.

Nampaknya seorang [name] mulai tertular sifat buruk pacarnya.

"Eh, Daiki,"

Lagi-lagi dipanggil, Aomine yang lagi nyeruput es teh menoleh.

"Apaan dah?"

"Ituuu,"

"Apaan?"

"Sini-sini,"

Tangan melambai, mengkode dirinya mendekat.

"Alasan keduapuluh lima, kamu pemalas, jadinya aku ada temen dihukum deh." [name] berbisik pelan di telinga.

"Jangan manfaatin aku, kampret!"

"Yha, kan sekali-kali doang Daiki," [name] ngeles, "Makanya besok jangan males lagi!"

"Udah dari dulu gini tau!"

Akhirnya mereka berdua pun berantem sendiri, bikin gaduh aja di kantin.

***

pendek ya? muupkeun :((

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top