Day 1- Tidak akan sedih lagi

Hidup itu tidak bisa diprediksikan

Jadi tidak ada yang tau kapan waktu akan berakhir...

Tapi untuk beberapa orang berbeda.

Contohnya...

Gadis kecil berambut hitam arang itu membuka matanya yang berat menatap ke langit-langit yang berwarna putih. Pupil matanya biru seperti warna yang ada di horizon tanpa batas yang sering disebut oleh kita langit.

Ia dengan lemah berbaring di kasurnya yang di sampulkan seprai lembut berwarna putih . Ia ingin bangkit dari sana tapi hatinya tidak mengizinkannya.

Jadi ia hanya berbaring dan bermain dengan rambut panjangnya yang berwarna hitam, memutar-mutarnya di jari telunjuknya.

Sesekali melirik ke arah jendela yang setengahnya ditutupi oleh gorden putih.

Di luar jendela adalah langit biru yang seketika gelap tertutup kapas-kapas yang melayang di atasnya. Semuanya langsung menjadi gelap dan hawa dingin mulai mengambang di udara. Kulitnya yang pucat putih bagaikan salju yang baru jatuh di musim dingin menggigil kedinginan.

Tiba-tiba ada suara yang bergema di lorong. Gadis kecil itu pun penasaran. Dia menggunakan pupil birunya memandang ke arah dimana pintu itu berada. Pintu yang terbuat dari logam itu menuju tepat ke lorong dimana suara itu terdengar.

Dengan terpaksa ia bangun dari tempat itu dan berhasil. Walaupun hati kecilnya menentangnya...

Ia dengan perlahan memakai sandal nya yang berwarna putih di kakinya. Dengan kecepatan yang sama dia juga keluar dari sana dan menuju ke lorong.

Ia masih memakai piyama nya yang berwarna biru muda dengan corak garis lurus vertikal warna biru tua.

Ia bertumpu pada dinding dingin putih yang terbuat dari bata. Langkahnya tidak dapat dikendalikan, ia tampak seperti akan menghantam lantai kapan saja.

Tapi dirinya tetap memaksa. Suara tetes air menghantam genteng mulai terdengar. Satu tetes... Dua tetes... Dan akhirnya menjadi sebuah hujan gerimis.

Tanpa disadari bahwa ia akhirnya tiba di depan sebuah pintu.

Di sana ia melihat sepasang orang tua yang tidak asing baginya, wanita dan pria sedang terisak-isak penuh keputusasaan. Dan di sanalah ia akan menemukan sesuatu yang mengejutkan baginya...

"Apa ada cara lain Dok?..."

Yang wanita berbicara terlebih dahulu. Pria berpakaian putih dengan sedikit keragu-raguan ia menggelengkan kepalanya.

"Maaf Bu tapi tidak ada yang bisa kami perbuat lagi..."

Kata yang di bagian akhir terdengar sangat rendah tapi masih bisa ditangkap oleh sepasang telinga kecil yang dimiliki oleh seorang gadis kecil.

Wanita tersebut terus tenggelam dalam tangisannya sementara pria disampingnya menggunakan tangannya melingkari leher wanita tersebut. Ikut tenggelam dalam tangisan bersama...

Gadis itu mengepalkan tangannya lebih kuat. Keringat dingin mengucur dari wajahnya.

Tanpa seorang pun yang tahu gadis itu dengan perlahan meninggalkan tempat itu. Meninggalkan kedua orang tua itu terus menangis...

Pada masa ia balik ke kamarnya ia terus menatap ke bawah. Pikirannya kacau balau... Itu bukan salahnya kan?

Ia letakkan kembali sepasang sandal yang baru saja ia pakai dan kembali berbaring di ranjang putih. Melirik ke arah jendela tanpa emosi di mukanya.

Pada detik itu ia masih berfikir, apa yang harus dilakukannya selanjutnya?...

Ia tidak bisa mengeluarkan air matanya karena sudah ada yang menggantikan dirinya, langit...

Langit mendung mulai mengucur deras setiap menitnya. Kilasan cahaya dan suara seringkali terdengar. Kilasan cahaya, hujan dan suara itu bagaikan emosi yang sekarang ingin disampaikan oleh gadis itu tapi tidak bisa...

Itu sudah menjadi fakta yang tidak dapat dielakkan lagi. Mendengar hal yang diucapkan oleh sesosok figur dokter itu sangat membuat ia sangat frustasi.

Anak itu menggunakan tangannya menutupi bagian matanya. Berharap begitu ia membuka mata ada seseorang yang duduk di sampingnya dan bilang semua itu hanya mimpi buruk.

Tanpa sengaja ia terlelap dalam mimpinya. Hujan masih mengguyur wilayah kota sampai hampir menjelang sore.

Anak itu membuka kelopak matanya yang berat. Penglihatannya kabur, ia menggosok-gosok mata birunya sampai semua terlihat jelas baginya.

Bau hujan tertinggal di udara. Ingatan sang gadis kembali mengapung di benaknya.

Ia kembali pasrah dengan kondisinya sendiri. Ia mencengkram seprai putih dengan kuat. Tapi ia tahu bahwa sekuat apapun ia mencengkramnya tidak akan mengubah apapun yang telah terjadi padanya.

Hidup gadis tersebut dipenuhi oleh kendala-kendala yang tidak diinginkan olehnya. Mungkin saja itu cobaan dari tuhan.

Tapi ini adalah seorang gadis kecil yang lemah dan tidak tahu sedikit pun tentang dunia yang kelam ini.

Apa yang diharapkan tuhan darinya?

Kesedihan?

Keputusasaan?

Gadis yang berpupil biru tersebut mulai meneteskan air mata. Ia merasa kesepian.

Langit tidak lagi menangis untuknya. Karena itulah ia menangis, menangis karena hidupnya tidak bisa diselesaikan. Menangis karena hidupnya tidak bisa di jalanin dengan bahagia.

Tiada seorang pun yang bersama dengan gadis itu. Ruangan tersebut lengang kecuali dengan kehadiran furnitur peralatan dan seorang gadis kecil.

Entah berapa lama ia telah begitu. Berbaring di ranjangnya dan tampak seperti orang bodoh.

Langit dipenuhi cahaya senja yang berwarna kuning dan merah. Juga tercampur dengan gelapnya malam.

Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka lebar dan seorang wanita yang berpakaian putih membawa troli yang di atasnya ada nampan yang berisi makanan beserta beberapa obat pil.

Anak tersebut memutar kepalanya dan mengedipkan matanya pada wanita tersebut.

"Ini waktunya makan malam."

Wanita tersebut memunculkan senyuman yang ramah di wajahnya. Sang gadis membalasnya dengan senyuman manis.

Ternyata gadis tersebut tidak sadar bahwa matahari telah turun dan menghilang di ufuk barat sehingga telah sampai waktunya yang disebut dengan malam.

Wanita tersebut mendorong trolinya ke arah gadis tersebut. Sesampai di sana wanita tersebut menggambil nampan tersebut dan membuka yang tampaknya seperti meja lipat yang di khususkan untuk pasien.

Wanita tersebut meletakkan nampan tersebut di meja yang barusan di bukanya membiarkan sang gadis menghabiskan makanannya.

"Ingat makan obatnya."

Wanita tersebut mengingatkan agar anak tersebut tidak melupakan obat pil nya yang sekarang tidak akan ada gunanya lagi baginya.

Sang gadis mengangguk sambil tersenyum menanggapi wanita tersebut. Wanita tersebut senyum balik dan meninggalkannya di dalam ruangan tersebut.

Begitu wanita tersebut menutup kembali pintu ruangan sang gadis menghilangkan senyuman yang ia pasang di wajahnya ketika wanita tersebut masuk.

Ia dengan tatapan kosong menatap ke makanannya tersebut. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah obat pil nya.

Ia menghela nafas berat, ia mengangkat sendok makan dan mengambil makanannya yang di piringnya. Meletakkan makanannya di dalam mulutnya.

Ia mengunyah makanan tersebut dengan pelan. Sendok demi sendok ia habiskan.

Bintang-bintang yang gemilang mulai tersusun menjadi konstelasi yang indah di atas langit gelap.

Makanan yang di piring gadis tersebut telah habis tapi obatnya belum. Ia mengambil segelas air putih dan obat tersebut. Pertama ia meletakkan obat tersebut lalu ia meneguk air putih yang ia ambil sebelumnya.

Rasa pahit menjalar di dalam mulutnya. Ia terpaksa menahan rasa tersebut walaupun ia tidak menginginkannya. Ia kembali melirik keluar jendela setelah obat tersebut telah turun melalui kerongkongan nya.

Rambut hitamnya yang sehitam arang tampak sedikit berantakan. Pakaian piyama anak tersebut sedikit kusut.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah langit-langit kamarnya. Semua terlihat sama saja bagi gadis tersebut.

Untuk beberapa kali kalimat yang sama terngiang di benaknya.

Apa ini sudah menjadi takdirnya?

Sang gadis tidak dapat jalan keluarnya sama sekali. Sampai akhirnya ia mengingat sesuatu. Itu adalah suatu kenangan yang tidak akan bisa di lupakan oleh sesosok gadis dengan pupil biru.

"Suatu saat kita pergi ke pantai bersama yuk!"

Kalimat yang berbeda terngiang di benaknya. Ia tersadar.

Ia memikirkannya untuk kesekian kalinya. Akhirnya ia telah memutuskan. Ia akan bertahan selama ia bisa!

Untuk memenuhi janjinya dengan seseorang yang penting baginya!

Karena itulah ia memutuskan...







































Bahwa ia...









































Tidak akan sedih lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top