Day 10

Hari ini kau memutuskan untuk mengambil pilihan. Tapi, sebelum itu kau membicarakan sesuatu terlebih dahulu untuk terakhir kalinya.

"Ano, semuanya berhubung sebentar lagi statusku sebagai nyonya Mutsuki akan segera berakhir aku ingin mengucapkan terima kasih karena dengan sabar memperhatikanku yang sering sekali menyusahkan.

Aduh pasti nanti aku bakal kangen masak bareng mama Yoru sama mama Aoi, kangen dibeliin merch Hajime-kun sama Shun, ngebully Arata sama You, ke Animate bareng Koi. Maen bareng Rui, Kakeru, sama Kai, di ajari Haru, sama lari bareng Ikkun. Apalagi aku yakin setelah cerai nanti aku gabakal bisa masuk seenaknya ke dorm lagi.

Ah, aku juga takkan pernah berhenti jadi fans kalian, jadi semangatlah. Yah, walaupun aku takkan mampu untuk bertemu kalian secara langsung tapi aku akan tetap mendukung kalian. Kuharap kalian tidak patah semangat. Sudah ya, sampai jumpa waktu aku punya uang, hahaha." ucapmu lewat pesan suara di grup line yang kau buat. Yang berisi anggota Six Gravity dan Procellarum.

Tak ingin mendengar protes dari anggota yang tak rela berpisah denganmu kau pun keluar dari grup tersebut. Lantas mematikan notifikasi dari line agar tak mengganggumu ketika menelpon seseorang.

"Moshi-moshi, bang jalan-jalan yuk, aku udah siap nih." ajakmu semangat.

"A, tentu aku akan segera kesana!" ucap seseorang yang kau telpon dengan semangat dan terdengar tergesa-gesa. Kau hanya bisa terkekeh geli melihat reaksinya yang menurutmu lucu.

"Kalau begitu kutunggu ya. Kutunggu sampai kau datang." ucapmu sebelum menutup telponmu dan memutuskan untuk membuat kenang-kenangan sambil menunggu manusia yang tadi kau telpon.

Karena hanya ada kertas dan pulpen disini kau memutuskan untuk menggambar sesuatu. Gambaranmu memang tak terlalu bagus tapi kau berharap jika mereka tahu kalau kau menggambarnya dari hatimu. Kau kembali mengenang masa-masa indahmu bersama para member. Memang yang berat itu perpisahan, tapi bukan mahluk sosial namanya kalau tak melewati fase bertemu dan berpisah.

Kau sendiri bersyukur sekali bisa berani mencintai sosok Hajime yang dikagumi banyak orang. Berani menerima lamaran pria itu, dan berani menjadi istri Hajime meski masih harus disembunyikan dari khalayak umum. Bukan karena kau istri simpanan tapi karen status Hajime sebagai idol. Kau bersyukur sekali masih sempat dicintai orang sepopuler Hajime.

Kau sendiri mencoba untuk menerima kenyataan. Bahwa kau takkan lagi menjadi fans spesial yang bisa bertemu idolamu setiap pagi. Memasakkannya setiap hari. Bercanda ria tanpa perlu tergagap. Bisa memeluknya tanpa ada larangan dari para staff maupun manager. Bahkan berteman baik dengan teman-temannya.

Tepat saat gambaranmu selesai sosok yang kau tunggu datang. Kau pun dengan segera bangun dan melipat kertas berisi gambaranmu itu menjadi dua, dan memasukkannya ke dalam tas kecil yang di dalamnya sudah ada kertas lain.

"Cepat sekali datangnya, Hajime-kun." ucapmu sambil menoleh dan mendapati Hajime yang melepas maskernya dan mengambil napas panjang. Kau berjalan mendekat sambil membawa koper berisi baju-baju milikmu dan beberapa barang yang menurutmu penting.

"Kebetulan aku ada di dekat sini. Kau mau kemana?" tanya Hajime sambil merebut koper dari tanganmu.

"Hm? Kita jalan saja sambil melihat-lihat. Apa kau lapar? Kebetulan aku lapar, jadi kita akan makan dulu."

"Aku ... juga lapar, jadi kita makan saja." ucap Hajime menyepakati ajakanmu. Kau pun tersenyum lantas berjalan keluar kamar inapmu dengan Hajime dibelakangmu.

"Hei, jangan berjalan dibelakangku. Rasanya tak pantas aku membuat seorang idol terlihat seperti ajudanku." Hajime menatapmu terkejut lantas tersenyum  dibalik maskernya yang tentu saja tak bisa kau lihat. Lalu Hajime pun menyusulmu dan berjalan beriringan bersamamu.

"Dulu, kita bahagia sekali ya ... sampai sakit rasanya saat mengingatnya. Setiap kali aku ingin melupakannya justru malah muncul memori lain diotakku tentang kebahagiaan kita yang lain." ucapmu memulai percakapan.

"Kalau begitu jangan diingat, aku tak ingin membuatmu tersakiti lebih jauh." balas Hajime dengan nada sedih.

"Mau bagaimana pun caranya pasti akan selalu ingat rasa sakitnya. Yah, tapi sekarang aku mau mulai nerima aja Hajime-kun." ucapmu sambil tersenyum mengihklaskan.

Hening sesaat sampai Hajime berhenti dan menarik tanganmu, "Kamu, setelah ini semua berakhir kamu mau kemana?" tanya Hajime tiba-tiba.

Kau menatap Hajime lantas tersenyum lagi, "Kemana lagi? Aku jelas harus kembali ke orangtuaku. Walau terkesan kurang ajar karena datang saat aku butuh tempat tinggal saja, tapi aku harus melakukannya."

Tiba-tiba saja Hajime memelukmu. Membuatmu terkejut akan aksinya. "Jangan tinggalkan aku," gumam Hajime terdengar seperti akan menangis.

"Aku hanya mengikuti maumu, Hajime-kun. Kamu sebenarnya mau aku pergi atau tetap tinggal?" kau heran saja dengan perkataan Hajime yang terdengar plinplan.

Hajime melepaskan pelukannya dan menatapmu, "Dan aku hanya mengikuti kemauanmu." mendengar hal itu kau semakin bingung.

"Hah? Kapan aku ngomong gitu?" tanyamu bingung

"sehari sebelum aku minta cerai denganmu saat kau tidur." jawab Hajime jujur kali ini.

"Astaga jadi ini alasanmu yang bikin aku stress kemarin? Ya tuhan, demi apa ... kenapa kau turuti permintaan orang tidur??" ucapmu kesal sambil mengacak-acak rambutmu. "aku bahkan rela dimarahi ibu karena pulang saat butuh begini. Astaga ... Hiks ...."

"Yah, kau maksa sekali ingin berpisah dan kau sendiri yang bilang ingin aku yang mengucapkannya langsung." ucap Hajime sambil memelukmu lagi kali ini tangannya bergerak menepuk-nepuk punggungmu.

"Bakajime! Bakajime! Bakajime! Tanggung jawab nanti jelasin ke mama Yoru dan kawan-kawanmu ... hiks ...." Hajime hanya diam karena ia tahu semakin ia menjawab semakin salah dia dimatamu.

"Kita gak jadi cerai kan, [Name]?" tanya Hajime memastikan.

"Kamu mau bang? Sini aku bunuh dulu baru aku cerai-in." ancammu yang malah mengundang kekehan dari Hajime.

"Kalau begitu ayo kits makan dan kunjungi rumahmu!" ajak Hajime yang dengan senang hati kau iyakan.

Tapi setelah itu Hajime kehabisan kata-kata diteror teman-teman seperagensinya. Apalagi Yoru yang menyayangimu seperti malika, kedelai hitam yang dirawat sepenuh hati seperti anak sendiri.

THE END

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top