19. #Day03 ─ Alun-alun Kota
Nata pusing. Sebenarnya dalam 3 hari terakhir ini ada apa sih? 3 hari menjalani UTS selalu saja ada kejutan. Setiap harinya Nata selalu mendapatkan makanan atau minuman, seperti di hari pertama dan kedua yang pengirimnya tak Nata ketahui. Tapi kejadian di hari ketiga membuat Nata berasumsi bahwa 2 hadiah kemarin juga dari mereka, meskipun salah satunya tak mungkin.
Septihan dan Gary, 2 laki-laki yang tengah ribut ingin membayar minuman yang baru saja Nata pesan. Makanya Nata berpikir, mungkin saja makanan dan minuman itu dari mereka. Tapi Septihan.. Sepertinya tak mungkin laki-laki itu melakukannya. Berbeda dengan Gary yang semua orang juga tahu bahwa laki-laki itu menyukai Nata. Meskipun dalam hati, Nata berharap bahwa Septihan memang yang melakukannya.
"Rese banget ya lo! Nata itu pengennya gue yang bayarin!"
Nata mengulum bibirnya mendengar ucapan crush nya itu, uhuk kok mas crush tahu ya? Jadi maloe hehe.
"Idih sok tahu lo! Jelas dia pengen dibayarin sama gue lah!"
Tapi senyum Nata tak berakhir lama, ia melirik Gary dengan julid seraya berkata dalam hati bahwa laki-laki itulah yang sok tahu. Tapi Nata juga senang, ia merasa seperti sesuatu yang penting makanya direbutkan ohoho, kapan lagi kan direbutin 2 cowok ganteng.
"Udah, hari aku bayar sendiri." ucap Nata seraya mengeluarkan uangnya dari saku, tapi setelahnya ia terkejut. Bukan hanya Nata, tapi sepertinya seluruh orang yang ada di kantin juga terkejut.
"JANGAN!"
Bagaimana tidak terkejut, Septihan dan Gary berteriak kencang melarang Nata. Lah? Teriaknya pake urat lagi.
"Ck, udahlah malu anjir." ucap Darrel seraya mengalungkan tangannya pada leher Septihan dan menariknya untuk pergi dari sana bersama Jordan. Yang ditarik tentu tak terima dan memberontak.
"Hahahahaha rasain tuh!"
Gary tertawa bahagia karena saingannya pergi, tapi tak lama ia ikut diseret pergi oleh Harsa dan Melvin.
"Woy anji─"
Nata menggelengkan kepalanya heran, kenapa sih orang yang dia sukai dan orang yang menyukainya tingkahnya seperti itu? Terutama Septihan yang terlihat berbeda, biasanya laki-laki itu tak mau ikut-ikutan tapi kali ini ialah yang bertingkah.
"Seru banget jadi lo, Nat. Direbutin cowok-cowok ganteng!" ucap Zoey dengan mata berbinar, merasa senang karena memiliki teman seperti Nata yang disukai banyak cowok termasuk crush nya:)
"Apaan sih!" Nata mengerutkan dahinya dengan pipi memerah tak lupa bibirnya yang menahan senyum.
***
Mungkin hari ini adalah hari paling bahagia untuk Nata. Setelah direbutkan 2 cowok ganteng, eh pulang sekolahnya diajak pulang bareng pula. Dan Nata semakin bahagia ketika melihat siapa yang mengajaknya pulang itu, crush nya.
"Teh, mau pulang bareng?"
Nata langsung menoleh mendengar suara juga kalimat yang terasa familiar itu. Ia langsung tersenyum lebar melihat Septihan yang berada di sampingnya dan sudah siap dengan motornya yang keren itu.
"Apaan sih?" tanya Nata heran dengan tingkah Septihan yang aneh tapi Nata menyukai hal itu. Bagaimana tak heran, laki-laki itu kembali memanggilnya seperti pertemuan pertama keduanya juga karena laki-laki itu yang terus tersenyum menunjukkan gigi-gigi nya yang tertata rapih.
"Hehehe tiba-tiba keinget waktu itu. Eh ikut yuk?" ajak Septihan membuat Nata mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Hm? Kemana?"
Septihan terlihat berpikir dengan ekspresi yang sangat lucu hingga Nata tak tahan untuk tertawa kecil, "Gimana kalo jalan-jalan keliling Bandung aja?"
Lagi-lagi Nata tertawa, bahkan Septihan keheranan sendiri. Apanya yang lucu, ya? Tapi ia juga ikut tertawa.
"Gak sekalian keliling dunia?"
Ya dikira kota Bandung itu kecil apa? Hari juga sudah gelap, memangnya jalan-jalan akan cukup satu jam? Dulu saja ketika sudah direncanakan mereka tetap lupa waktu, apalagi ini yang tiba-tiba.
"Keliling dunia mah aku harus minta izin sama ayah kamu buat bawa anak gadisnya ini. Nanti deh, sekalian minta restu."
Kalimat akhir Septihan yang sengaja laki-laki itu pelan kan masih terdengar jelas oleh Nata, hingga membuat gadis itu terdiam kaku memandang Septihan yang mengalihkan pandangannya dengan ujung telinga yang memerah. Begitupun Nata, hanya saja gadis itu hampir seluruh wajahnya yang memerah. Salting. Apa maksudnya coba?
"Ekhem. Yaudah ayo, tapi jangan sampai malem ya." ucap Nata lalu naik ke jok belakang setelah Septihan mengangguk semangat. Setelah meminta Nata berpegangan, Septihan langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju tempat yang sedari tadi sudah ada di kepalanya dan dipastikan Nata akan menyukainya.
Tak jauh dari 2 orang yang pulang bersama itu, yang saling menukar senyum manis hingga yang tak tahu keduanya pasti akan mengira jika Nata dan Septihan adalah sepasang kekasih. Di belakang keduanya berdiri 3 orang laki-laki yang tersenyum miris, bahkan setelah 2 orang itu pergi meninggalkan area sekolah.
Gary, Harsa, dan Darrel. Bersamaan jadi sadboy karena cewek yang sama. Ketiganya memiliki luka yang sama, meskipun salah satunya masih diragukan. Harsa dan Darrel yang menyukai Nata dari SMP tetapi tak berani mengungkapkannya hingga sekarang, dulu karena gadis itu selalu bersikap seolah tak tertarik pada cinta, dan sekarang karena Nata menyukai salah satu teman dekat keduanya. Ya mau bagaimana lagi, keduanya pun terpaksa menyembunyikan perasaan itu dengan bersikap seperti biasa.
Berbeda dengan Gary yang perasaannya masih diragukan karena laki-laki itu menyukai Nata dalam waktu yang tak masuk akal, masa belum satu kenal loh. Tapi Gary tak pernah menanggapinya dengan serius, apa yang ia rasakan ini mungkin.. Love at first sight? Ya mungkin yang seperti itulah. Gary tak masalah dengan Nata yang menyukai laki-laki lain, itu hak Nata. Tapi yang membuatnya merasa tak mungkin memiliki Nata adalah melihat tipe Nata yang jauh dari dirinya, dan satu lagi karena Nata juga tak pernah menganggap serius perasaannya seperti orang-orang.
"Gak apa-apa lah, tinggal gue tikung nanti pas di rumah."
***
Tempat yang Septihan dan Nata datangi ternyata alun-alun kota yang tak terlalu ramai, mungkin karena sudah sore. Nata tentu sangat senang, apalagi di sana tengah diadakan bazar. Ada banyak makanan, minuman, pakaian, juga permainan. Inilah yang Nata tunggu, ia datang ke alun-alun ketika sedang ada acara seperti ini. Bukan sepi seperti biasanya, maksudnya ketika Nata ke sana pasti selalu sepi. Sedangkan saat Nata mode mager malah banyak acara. Siapa yang tidak senang coba? Uang untung bawa lebih, dengan crush pula. Malah kayak ngedate inimah.
"Sini, kita ngisi perut dulu." ajak Septihan seraya menggenggam tangan Nata menuju stan makanan, menarik Nata yang terkejut itu dengan pelan.
Ini serius? Apakah Nata manusia paling beruntung yang crush nya itu rasa pacar padahal doi gak tahu perasaan Nata?
Tapi Nata tak berpikir apa-apa lagi, ia akan menikmati apa yang terjadi tanpa berpikir apakah Septihan sadar melakukannya atau tidak. Kapan lagi coba kan. Nata membalas genggaman tersebut lalu menyebutkan rasa tteokbokki yang ia inginkan, tak terlalu pedas.
Septihan menoleh pada genggaman tangan keduanya ketika Nata membalas genggaman tangan tersebut tak kalah erat, lalu menahan bibirnya agar tak terlalu tertarik ke atas.
Makanan yang ada di sana ternyata tak hanya makanan lokal saja, makanan luar negeri pun ternyata ada. Salah satunya stan makanan korea, dan Septihan yang tahu Nata suka makanan korea langsung mengajaknya ke sana. Gimana gak makin suka coba?
Mencoba berbagai jenis makanan dan minuman, dilanjutkan bermain beberapa permainan dan berakhir istirahat di kursi panjang yang agak jauh dari pada pedagang. Duduk bersampingan dengan genggaman tangan yang masih belum terlepas, dan fokus memandang matahari yang tengah terbenam. Nata ingin sekali waktu berjalan sangat lama, ia ingin menikmati hal ini lebih lama lagi.
Menikmati sesuatu yang entah akan terulang lagi atau tidak.
"Mau foto-foto dulu sebelum pulang?" Nata langsung mengangguk, mengiyakan ajakan Septihan.
Laki-laki itu melepaskan genggaman keduanya lalu mengambil sebuah kamera yang ia bawa di tasnya.
"Kamu selalu bawa itu?" tanya Nata terkejut. Ya meksipun tak terlalu besar, tapi pasti tetap berat jika dibawa kemana-mana apalagi dibawa ke sekolah. Memangnya boleh?
"Hm?" Septihan menoleh lalu tersenyum saat tahu apa yang Nata maksud, "Aku bawa kalo emang lagi butuh aja, dan hari ini kayaknya kita emang harus abadikan momen ini."
Nata terdiam, ia terpesona melihat Septihan yang terlihat begitu tampan dengan wajahnya yang tersorot cahaya senja. Senyumannya yang manis dan tatapannya yang teduh. Ya, tak mungkin Nata tak menyukai laki-laki sempurna seperti Septihan. Bahkan, Nata beruntung bisa sedekat ini dengan lelaki itu. Tapi lagi-lagi Nata tertampar sebuah fakta, bahwa dirinya bertepuk sebelah tangan.
Jatuh cinta itu menyenangkan, jika cinta nya terbalas. Tapi bagaimana jika hanya dapat jatuh nya saja? Tentu orang-orang akan berkata bahwa jatuh cinta itu adalah seni meluka diri atau patah hati yang disengaja.
─Bersambung..
'Dia gak salah,
Kamu aja yang terlalu berharap.'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top