14. Because I Like You
Hari ini adalah hari terakhir liburan, dan Nata sudah berniat merencanakan semua kegiatannya dengan matang. Yaitu dengan tidak keluar rumah. Hanya rebahan seraya membaca novel, ditemani lagu-lagu yang cocok dengan isi novel tersebut. Itu adalah novel-novel yang sebagiannya ia beli dan sebagiannya lagi ditraktir oleh Septihan, Nata baru sempat membacanya sekarang itupun juga jika hari ini tak ada halangan lagi yang akan merusak rencananya.
Kegiatannya hari telah dilakukan. Mulai dari mandi, sarapan, hingga beres-beres kamar dan semuanya selesai lebih cepat dari biasanya karena Nata begitu bersemangat untuk segera membaca novel yang sudah lama ia inginkan. Tapi ketika ia bersiap untuk rebahan di ranjangnya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
Tok tok tok.
"Nata?"
Suara Juna terdengar, buru-buru Nata beranjak dan membuka pintu. Terlihat di sana Juna berdiri dengan beberapa buku di tangannya, Nata seperti mengenalinya.
"Gue nemuin buku paket ini dibawah meja ruang tamu, punya lo?" Tanya Juna seraya menyerahkan buku tersebut.
"Ehh bukan, kayak punya Septihan? Iya kayaknya punya dia, yang waktu itu belajar bareng." Balas Nata lalu menunjukan kepada Juna belakang buku tersebut yang ternyata ada nama Septihan di sana.
"Yaudah kasih gih sama anaknya." Suruh Juna sebelum pergi dari sana.
"Loh? Harus sekarang banget emangnya?" Tanya Nata membuat Juna heran tetapi ia lebih memilih mengucapkan hal lain.
"Iyalah sekarang, takut mau dipake kan udah mau uas." Balas Juna lalu pergi begitu saja tanpa mau mendengar Nata lagi, karena ia heran dengan ucapan gadis itu yang seolah tak mau mengantarkan buku pada pemiliknya. Padahal biasanya begitu semangat untuk bertemu dengan crushnya itu eh apa ayangnya? Pokoknya itulah, apa mungkin emang udah putus ya? Karena beberapa pun yang mengantar Nata bukan lagi Septihan, tapi Gary meski Nata terlihat terpaksa melakukannya. Ah entahlah, Juna malah pusing sendiri dengan kisah percintaan adiknya.
Sedangkan Nata, di kamarnya ia tiba-tiba termenung berpikir apakah ia harus menghubungi Septihan atau memberikannya langsung kepada laki-laki itu? Tapi ia takut untuk menghubungi lebih dulu, karena Nata merasa bahwa akhir-akhir ini Septihan seperti menjauhinya. Lalu mendatangi rumahnya pun.. Ia tak tahu alamatnya.
***
Meski pada akhirnya Nata tetap pergi ke apartemen Septihan untuk mengembalikan buku paket laki-laki itu, tetapi ketika sampai di sana ternyata tidak ada siapapun. Tukang bersih-bersih di tempat itu berkata bahwa sudah lama Septihan pindah dan tinggal di rumah keluarganya, tetapi bapak itu tak tahu di mana rumah Septihan. Nata berterima kasih kepada bapak itu yang sudah mau memberitahunya tentang kepindahan Septihan. Lalu ia pergi dari sana untuk ke minimarket yang berada di samping gedung seraya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kamu bohong, ya?!" Tuding Nata pada seseorang di telepon.
"Hah? Apaan?"
"Septihan udah pindah dari lama!" Ucap Nata tanpa sadar membentak Harsa yang menjadi lawan bicaranya, gadis itu kesal karena ia sudah menyiapkan hati untuk bertemu dengan Septihan yang sikapnya berubah tapi tiba-tiba laki-laki itu tidak ada di tempatnya. Merasa sia-sia ia datang ke sana dan hanya mendapatkan kabar kepindahan laki-laki itu.
"Lah? Sejak kapan? Kok gue baru tahu?!" Tanya Harsa terkejut.
"Kamu.. Baru tahu juga?"
"Iya! Si Septihan lama nggak sekolah, artinya kita juga udah lama nggak ngumpul. Terakhir kali 2 bulan lalu gue ke apartemennya."
Nata terdiam sejenak lalu kembali bertanya, "Kamu pernah ke rumahnya nggak?"
"Enggak, tu anak tertutup banget soal keluarganya. Kenapa lo gak telepon dia aja, bilang mau ngembaliin buku."
Ucapan Harsa kembali membuat darah di kepala Nata mendidih, "Hape nya gak aktif! Kalo bisa dari awal mah aku gak bakalan capek-capek kesini ya!"
"Oh, yaudah. Gue juga gak tahu berarti."
Sambungan dimatikan sepihak oleh Harsa, meninggalkan Nata yang masih kesal. Lalu bertambah kesal ketika secara kebetulan bertemu dengan Gary yang tiba-tiba ada beberapa langkah di depannya bersama Jordan seraya membawa bola basket.
"Nata?" Gumam Jordan. Lalu ia kembali bingung dengan Gary yang tiba-tiba pergi meninggalkan dan memilih untuk mengejar Nata yang berbalik arah setelah melihat keduanya.
"Nat, ngapain lo disini?" Tanya Gary seraya terus menyamakan langkahnya dengan gadis itu. Tapi Nata sama sekali tak membalas, suasana hatinya sedang sangat buruk karena masalah sepele.
"Nata─"
"Jangan ikutin aku terus!" Bentak Nata muak dengan tingkah Gary.
Gary terdiam, antara terkejut dengan Nata yang tiba-tiba membentaknya dan terkejut karena gadis itu menitikkan air mata.
"Gak bisa." Balasnya.
"Kenapa?!"
"Karena gue suka sama lo." Lanjut Gary seraya tersenyum watados, niatnya ingin menghibur Nata tapi ternyata waktunya sedang tidak tepat.
Nata terdiam dengan balasan Gary yang lagi-lagi menurutnya tak masuk akal, tentu saja.. Bagaimana bisa seseorang jatuh cinta secepat itu? Bahkan ketika keduanya baru bertemu?
Karena ternyata Nata tengah dalam mode serius, "Tapi itu gak masuk akal. Belum satu hari kamu udah sok kenal dan bilang suka sama aku. Sekarang ngejar-ngejar aku!" Bentak Nata benar-benar melampiaskan emosinya pada Gary dengan air mata yang semakin membasahi pipinya.
Ada jeda sebelum Gary membalas, lelaki itu akhirnya paham bahwa Nata sedang tak baik-baik saja dan bodohnya mulutnya malah tak bisa diajak kerja sama. "Terus? Salah?"
"Nggak, tapi aku enggak suka itu!"
"Karena yang lo suka itu Septihan?"
Kan, sialan memang. Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya, , yang selama ini selalu tersimpan di ujung lidahnya akhirnya keluar juga. Karena sudah terlanjur, bukankah lebih baik ia juga mengetahui jawabannya langsung?
"Kenapa diem? Ucapan gue bener?"
"Lo-"
Kali ini Gary yang serius, bahkan terlalu serius sehingga ia tak sadar bahwa ia memandang Nata dengan ekspresi datar. Ia kesal dengan Nata yang selalu meragukan perasaannya, "Dari awal gue emang udah menduga, diantara kalian pasti ada yang nyimpen rasa lebih."
"Tapi Septihan bukan temen gue, dia musuh gue, saingan gue. Gue bakalan terus berjuang buat ambil hati lo, dan bikin lo balas perasaan gue.. Meskipun itu harus dalam waktu yang cukup lama." Lanjut Gary lalu pergi meninggalkan Nata yang terdiam ditempatnya.
Perkataan Gary barusan menimbulkan pendapat lain dalam diri Nata, karena ucapan itu membuatnya berpikir apakah Gary benar-benar menyukainya? Tapi Nata tak bisa menerima hal itu, jika pun iya Gary memiliki rasa padanya.. Nata tak ingin menyakiti Gary, karena yang ia sukai entah sekarang atau pun nanti tetaplah Septihan. Laki-laki yang seolah ia ketahui segala tentangnya, tapi ternyata hanya nama laki-laki itu lah yang ia ketahui.
─Bersambung..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top