10. Popular Boy

Hari Senin kembali datang, tetapi kali ini berbeda dari biasanya karena para siswi justru berbondong-bondong datang lebih pagi. Ada juga yang biasanya malas sekolah di hari senin eh hari ini malah lebih semangat, 2 diantara mereka adalah Nata dan Zoey. Keduanya pergi ke sekolah bersama dengan penuh semangat dan penuh senyum karena katanya semua team Draftor telah kembali, Septihan pun sudah ada disekolah bersama sahabat-sahabatnya.

"Itu mereka!" Seru Zoey menunjuk teman-temannya yang berkumpul bersama di meja kantin seperti biasa.

Nata tidak mengikuti Zoey yang langsung berlari ke arah mereka, ia justru bertanya-tanya. Lalu? Setelah melihat Septihan ia akan melakukan apa? Kayang? Padahal kemarin Nata sangat merindukan lelaki itu, tetapi sekarang.. Ia bingung harus melakukan apa. Setelah menghela nafas panjang, akhirnya Nata mendekati meja itu dan duduk di samping Zoey.

"Hai." Sapa Septihan pada Nata yang duduk dihadapannya, lagi.

Nata mendongak lalu menatap Septihan sekilas, lalu mengangguk pelan sebagai jawaban. Gadis itu gugup, juga cangung. Mereka hampir 2 bulan tidak bertemu saja sudah seperti baru kenal, bagaimana jika bertahun-tahun.. Apakah tidak akan saling mengenali lagi?

"Gak kangen, nih?" Tanya Septihan seraya tersenyum menyebalkan, membuat Nata bingung dengan Septihan yang lama-lama mulai sering tersenyum kepadanya.

"Nggak, biasa aja." Balas Nata seraya mengalihkan pandangannya pada para penjual makanan di kantin, berusaha untuk tidak terlihat gugup tetapi ada beberapa orang yang menyadari hal itu.

Zoey yang awalnya sibuk menggibah dengan Chelsea pun langsung diam mendengar balasan Nata, ia langsung menatap Nata yang membelakanginya dengan ekspresi seperti bulan gosong 🌚 affah iyah kids? Batin Zoey.

Septihan tersenyum malu mendengar Nata yang terlalu jujur, lagipula mengapa pertanyaan itu bisa terlintas di kepala nya sih? Akhirnya Septihan mengalihkan pembicaraan, "Ehh.. Kamu mau makan apa? Biar aku pesenin."

"Emm Nasi goreng aja sama es teh manis." Jawab Nata yang langsung diangguki oleh Septihan, tetapi baru saja lelaki itu berdiri dari duduknya tiba-tiba ada 3 gadis datang dengan gaya yang tidak seperti siswi normal. Karena wajah mereka penuh make up, baju ketat dibalut cardigan dan rok pendek span. Sungguh bertolak belakang dengan peraturan yang ada, tetapi Nata lebih tak suka dengan sekolah yang tak tegas hanya karena orang tua mereka adalah donatur besar sekolah ini.

3 siswi itu adalah para gadis yang kemarin membicarakan Septihan dengan antusias, lalu hari ini menemui Septihan dengan senyum lebar di bibir merah mereka juga salah satu dari mereka yang berdiri paling depan datang dengan tangan membawa sebuah paper bag.

"Pagi, Septihan. Ini dari aku.. Hadiah karena kamu udah menang pertandingan." Ucap gadis itu dengan suara sengaja dimanja-manjakan, Nata menyipitkan matanya berusaha melihat name tag gadis itu ─Karin.

Entah kenapa, tetapi sebelum mengambil paper bag yang Karina berikan padanya.. Septihan malah lebih dulu melihat kepada Nata yang juga menatapnya tetapi setelah itu membuang muka.

"Yang menang itu satu team, kenapa yang di kasih hadiah cuman Septihan aja?" Tanya Harsa tak suka, sedangkan yang lain hanya terkekeh pelan mendengar Harsa yang tak paham situasi tersebut.

Karin menatap tak suka Harsa, "Terserah gue dong."

Akhirnya Septihan mengambil paper bag itu dan berterima kasih karena Karin mau repot-repot memberikan itu untuknya, lalu melihat Karin dan 2 temannya telah pergi ternyata paper bag itu malah diberikan kepada Harsa.

"Buat lo aja, gue mau pesen makanan." Ucap Septihan lalu pergi begitu saja.

"Alhamdulillah, rezeki tuh emang gak kemana." Ucap Harsa seraya mengeluarkan isi paper bag tersebut yang ternyata bekal makanan. Melihat isinya yang terlihat menggoda, membuat satu meja itu berebut meminta. Kecuali Nata yang hanya diam saja dengan pikirannya sendiri, ia tiba-tiba kepikiran dengan percakapannya dan Zoey pagi tadi saat berjalan menuju sekolah.

Saat Nata berkata bahwa ia tidak bisa tidur karena kejadian di kantin masih terus mengisi kepalanya, berakhir menjadi overthinking tentang hal-hal yang belum pasti. Hingga jawaban Zoey berhasil membuat gadis itu berhenti overthinking, bukan hanya itu tetapi membuat kepala Nata juga berhenti beroperasi. Karena, jawaban Zoey terlalu menampar dirinya. Bahwa..

"Bukan cuman lo yang suka dia."

Nata sadar hal itu, hanya saja selama ini.. Ia tanpa sadar melupakannya. Mungkin karena terus berada di samping lelaki itu, dan beranggapan bahwa memiliki Septihan adalah hal yang mudah. Padahal yang menyukai lelaki itu bukan hanya dirinya, banyak perempuan disekolah ini yang menaruh rasa lebih pada Septihan. Bahkan mungkin, sebelum keduanya bertemu. Tetapi yang paling utama dari semuanya adalah gadis yang Septihan sukai, bahkan sebelum dari lelaki itu datang ke kota Bandung yang hangat ini.

***

Keesokan harinya, hari yang paling Nata nantikan karena dihari ini ada mata pelajaran Olahraga di jam terakhir. Sebenarnya mapel Olahraga di jam terakhir itu lebih banyak menyedihkan nya, karena terkadang cuaca yang tiba-tiba hujan atau tiba-tiba pulang sekolah dipercepat. Dan hari ini kelas Nata beruntung karena jam Olahraga bisa terlaksana dengan lancar, dengan cuaca yang cerah dan sejuk. Lalu hal yang paling membuat kelas lain iri adalah mereka Olahraga bersamaan dengan kelas XI IPA 01 dan XI IPA 02 atau kelas Septihan dan Melvin. Bukan hanya lelaki itu, tetapi Jordan dan Chelsea pun ada di sana. Zoey juga seharusnya ada karena dia satu kelas dengan Melvin, tetapi sayangnya gadis itu tidak hadir karena tengah tidak enak badan.

Lalu secara kebetulan pembelajaran hari ini adalah tentang bola basket. Untungnya kelas Nata yang tidak ada satu pun yang jago dalam basket tidak diharuskan bertanding melawan kelas Septihan ataupun Melvin yang semua pemain terbaiknya di sana. Pak Yogi yang mengajarkan 2 kelas itu memberitahukan mereka agar berlatih sendiri atau meminta Septihan dan teman-temannya untuk diajarkan, karena beliau di panggil untuk hadir di rapat dadakan bersama guru lainnya.

Melihat teman-teman satu kelasnya yang mulai berhamburan kesana-kemari untuk berlatih bersama teman dekat Nata membuat gadis itu bingung harus melakukan apa, karena ia tidak mungkin bergabung dengan circle orang-orang itu. Hingga akhirnya Nata berdiri dari tempatnya lalu mengambil satu bola basket yang tersimpan di sudut lapangan dan membawanya ke dekat tiang keranjang basket. Ketika yang lain secara berkelompok berlatih men dribble bola bersama, Nata justru lebih memilih untuk berlatih memasukkan bola ke keranjangnya.

Berkali-kali gadis itu berusaha memasukkannya tetapi bola itu bahkan hanya terlempar hingga setengah tiang, entah tiangnya yang terlalu tinggi atau Nata yang tidak sadar diri. Tetapi gadis itu malah mengumpati tiang yang terlalu tinggi baginya, hingga gadis itu melemparkan sekuat tenaga seraya berjinjit pun masih tak bisa. Apa yang salah?

"Masukin bola itu gak sekedar ngelempar pake tenaga aja, ada tekniknya juga." Mendengar suara yang tiba-tiba muncul di belakangnya membuat Nata refleks berbalik dan mendapati Melvin yang berdiri cukup dekat dengannya.

"Kenapa kamu disini?" Tanya Nata gugup seraya memundurkan tubuhnya beberapa langkah.

"Ajarin lo biar lebih jago dari si Septihan." Jawab Melvin seraya mengambil bola basket yang ada ditangan Nata. Sedangkan gadis itu terdiam dengan alis mengerut, kenapa harus membawa-bawa nama Septihan? Pikir Nata.

"Mau disitu terus? Bola ini kena kepala lo terus bikin lo geger otak, jangan salahin gue ya." Ucapan Melvin sontak membuat gadis itu berlari mendekatinya dan memperhatikan baik-baik bagaimana Melvin menjelaskan cara memasukkan bola dengan benar dengan praktek langsung.

Disisi lain, Septihan yang baru selesai memberi beberapa tips kepada para gadis yang bertanya kepadanya hanya menatap datar 2 orang berbeda jenis kelamin yang sedang berlatih bersama itu. Entah mengapa ia sedikit tidak rela melihat Nata yang biasanya selalu bersamanya kini malah asik berduaan dengan Melvin, bahkan Septihan belum pernah melihat Nata yang tertawa terbahak-bahak seperti saat ini. Apakah Melvin lebih menyenangkan daripada dirinya?

"Bangsat. Kenapa gue kesel ya liatnya." Gumamnya pelan dengan mata masih menatap tajam 2 orang itu.

































─Bersambung..

020223

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top