08. Leader × Captain

Setelah membicarakan tentang cita-cita hari itu, entah ada angin apa hingga membuat kedua orang tuanya kebingungan dengan 2 anak mereka yang tiba-tiba menjadi sangat akur. Padahal biasanya mereka selalu meributkan hal apapun setiap harinya, tapi kini kebiasaan itu tiba-tiba hilang begitu saja. Tergantikan dengan kebiasaan deep talk saat keduanya sama-sama memiliki waktu di rumah saja, memang membuat bingung tetapi itu tidak masalah bagi kedua orang tua Nata dan Juna. Mereka senang karena anak-anaknya bisa akur dan semakin terlihat adik-kakaknya.

Seperti saat ini, setelah sarapan bersama sekitar pukul 7. Nata langsung mendatangi Juna yang berada di kamarnya sendiri, ia berniat menanyakan banyak hal lagi seperti hari-hari sebelumnya. Meskipun awalnya Nata ragu-ragu untuk terbuka kepada kakaknya, karena sudah pasti cara berpikir keduanya berbeda dan Nata takut kakaknya berpikir ke arah yang berbeda dengan yang ia maksud.

"Kali ini apa lagi?" Tanya Juna tanpa mengalihkan atensinya dari laptop dihadapannya yang menampilkan tugas yang tengah ia kerjakan. Kerja keras yang di lakukan Juna akhir-akhir ini pun membuat Nata termotivasi untuk semangat mencapai impiannya.

"Hehehe kali ini gak berat kok topiknya." Jawab Nata seraya tersenyum kaku.

"Apatuh?"

"Emm kak, cara move on terbaik itu gimana sih? Ada yang bilang, kita harus benci orangnya. Tapi ada juga yang bilang, kita bisa move on dengan ketemu orang baru. Menurut kakak?" Tanya Nata tanpa ragu, tentu saja karena Nata sudah memikirkan hal itu dari 2 minggu lalu.

"Ini yang lo bilang topiknya gak berat? Dark gini anjir!" Juna langsung membalikkan badannya dan menatap Nata tak percaya.

"Ihh cepet yang bener!"

"Sabar dong, nyet!"

Kedua orang tua adik kakak itu salah tentang kedua anaknya yang benar-benar akur, karena nyatanya keduanya masih tidak bisa melepaskan kebiasaan saling memukul dan mengumpati satu sama lain.

"Menurut gue sih, lo bisa move on saat.. Lo tahu move on itu apa. Apa alasan lo mau move on?" Tanya Juna seraya menatap Nata yang diam dan menatapnya bingung.

"Semuanya kembali ke diri masing-masing, ada yang cara A berhasil tapi banyak juga yang gak berhasil. Ada yang berhasil cara B tapi banyak juga yang malah salah ambil pilihan, itu karena ikut-ikutan. Makanya gue bilang, semuanya kembali ke diri masing-masing.
Dan sebenernya kalo lo berusaha buat move on, dengan ngelupain dia.. Justru yang terjadi malah sebaliknya, lo bakal susah lupain dia. Pengalaman gue sih, gue ikhlasin apapun yang terjadi diakhir kisah gue sama orang yang gue suka." Juna menjelaskannya panjang lebar, kali ini ia dengan senang hati menjawab karena.. Ia juga pernah merasakannya ketika masih seumuran dengan Nata.

Lalu Juna menatap Nata jahil, "Kenapa? Lo lagi ada masalah sama si Septihan?"

"Hm? Heem." Jawab Nata tanpa sadar, lalu setelahnya matanya melotot.

"Ihh?! Ini bukan tentang diaaa!"

"Halah."

"Kita tuh gak ada apa-apa."

"Iya iyaaa."

Tapi tak lama kemudian Juna kembali bertanya, "Kenapa lo putus sama dia?"

"BANG JUNAA!"

"IYA BERCANDA!"

***

Keesokan harinya, Nata telah siap dengan seragamnya bahkan telah sarapan. Kini ia tinggal berangkat ke sekolah, tetapi kebiasaannya berangkat bersama crush nya kembali terganggu. Karena orang itu sudah cukup lama tak bisa dihubungi, disaat yang sama ada orang lain yang kembali selalu ada untuk Nata.

"Udah nunggu lama?"

Nata menggelengkan kepalanya pelan, lalu berjalan mendekati orang yang datang untuk menjemputnya itu. Menggantikan Septihan yang kembali menghilang, mungkin itu sudah menjadi kebiasaan barunya.. Padahal mereka baru saja baikan.

"Kan, udah feeling sih pasti lo putus sama si Septihan."

Tiba-tiba terdengar suara Juna. Nata menoleh dan melihat Juna yang menatapnya jahil, lelaki itu berdiri di balkon kamarnya. Mood Nata yang sedang tak bagus semakin memburuk karena candaan Juna.

"Kita gak ada hubungan apa-apa." Balas Nata seraya memasang helm yang Melvin berikan padanya.

Melihat hal itu Juna langsung sadar bahwa adiknya tengah badmood, "Acieee kena prenjon." Ucapnya lalu masuk ke dalam rumah.

"Lo suka Septihan?" Tanya Melvin membuat Nata menghentikan langkahnya untuk naik ke motor Melvin. Gadis itu terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis kepada Melvin.

"Hah? Nggak kok." Balas Nata berbohong, dan Melvin menyadari hal itu. Ia tahu dari sorot mata Nata yang menunjukkan kesedihan, meskipun Melvin tak tahu mengapa Nata berbohong tentang perasaannya kepada Septihan.

Padahal setahu Melvin, Septihan tidak tengah menjalin hubungan dengan siapa-siapa. Tetapi, kemungkinan besar lelaki itu tengah menaruh rasa pada seseorang juga tapi sama seperti Nata.. Ia memiliki alasan untuk tidak mengungkapkannya.

'Dari awal gue udah menduga sih, diantara mereka pasti ada yang punya rasa.' ─Batin Malvin lalu mulai melajukan motornya setelah Nata naik.

Dalam perjalanan menuju sekolah keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing, Nata dengan pikiran tentang perasaannya yang menurutnya itu adalah sebuah kesalahan yang seharusnya tak hadir diantara hubungannya dengan Septihan. Tak jauh dari hal itu, kepala Melvin pun dipenuhi dengan banyak pertanyaan mengenai perasaan Nata. Lalu ia sadar bahwa Nata tidak menyukai kecanggungan,

"Kenapa nggak di jemput Septihan? Padahal bisanya bareng terus." Tanyanya berusaha menghentikan kecanggungan itu. Nata pun tersadar dari lamunannya setelah mendengar nama crush nya disebutkan.

"Dia.. Gak bisa dihubungin." Jawab Nata jujur, selama beberapa hari ini ia mencoba mengalahkan egonya dan menghubungi lelaki itu lebih dulu karena rasa khawatir dan rindunya yang semakin tak tertahankan.

"Jujur, gue gak tahu hal itu. Gue kira lo tahu dia kemana, karena sebelum dia tiba-tiba ngilang.. Dia kayak biasa aja. Mungkin Harsa bener, dia punya urusan keluarga. Tapi gue juga gak bisa berhenti khawatir, masa ada urusan keluarga aja sampai gak sekolah berminggu-minggu."

Nata menyetujui ucapan Melvin, tapi mau bagaimana lagi? Ia dan Septihan hanya seorang teman yang bahkan belum lama bertemu, apalagi saling mengenal lalu menjadi orang yang harus tahu segalanya tentang lelaki itu. Sial, ia kembali merindukan lelaki yang ia juluki Gray itu. Bahkan dengan tidak tahu diri Nata membandingkan suasana saat ia berangkat sekolah dengan Septihan dan juga Melvin, keduanya benar-benar berbeda.

Karena ketika bersama Septihan, sepanjang perjalanan diantara keduanya tidak pernah sunyi karena lelaki itu selalu memiliki topik pembicaraan yang menyenangkan. Karena itu Nata selalu merasa nyaman ketika berpergian dengan Septihan, selalu terasa seperti ia pergi dengan Ayahnya.

***

Hampir satu bulan berlalu dan Septihan masih belum kembali ke sekolah tanpa ada keterangan yang teman-teman dekatnya ketahui, Guru pun tak ada yang menanyakannya seolah tahu kenapa dan kemana Septihan menghilang. Selama itu juga Nata dan Septihan tidak saling menghubungi lagi, padahal keduanya baru saja baikan.

"Ngelamun mulu lo."

Nata menoleh dan mendapati Zoey yang baru saja datang dengan plastik berisi beberapa minuman dingin lalu duduk di sampingnya.

"Nih." Ucap Zoey seraya menyodorkan susu kotak rasa pisang kesukaan Nata yang langsung gadis itu ambil tanpa mengatakan apapun.

Zoey menghela nafasnya, ia merasa kasihan sekaligus merasa miris dengan hidup Nata. Tidak pernah mendapatkan pengakuan cinta secara langsung dari laki-laki. Baru mengalami jatuh cinta pada orang di real life saat umur 17 tahun, tapi tidak beruntung karena orangnya suka ngilang kayak uang yang baru nyentuh tangan eh udah pergi lagi. Kisah percintaan Zoey pun tidak lebih baik dari Nata, karena saat ini ia juga tengah mengalami hal yang sama dengan sahabatnya itu.

Friendzone. Tetapi untungnya ia pernah merasakan manisnya di bucinkan oleh seseorang, mantan kekasihnya ketika masih SMP. Meskipun kini nasib percintaannya juga tidak berjalan mulus, tapi siapa yang tahu kedepannya kan? Sebenarnya tidak masalah bagi Zoey jika cintanya tak terbalaskan, tetapi terkadang ia tidak bisa mengendalikan perasaan itu hanya karena orang yang ia sukai selalu ada di sekitarnya.

Tanpa sadar Zoey juga melamun seperti Nata, menatap sendu lurus ke depan sana. Dimana anak basket tengah berlatih untuk pertandingan yang akan segera terlaksana sebentar lagi, semuanya ada kecuali Septihan si pemain terbaik mereka. 2 laki-laki menjadi objek tatapan Zoey, Melvin dan Jordan. Tidak pernah ada yang tahu siapa yang sebenarnya Zoey sukai di antara mereka berdua, bahkan Nata pun tak pernah gadis itu beritahu.

Alasan yang sepertinya orang-orang pun akan langsung tahu, mengapa Nata merasa tak boleh atau tidak pantas menyukai Septihan. Sepertinya karena lelaki itu adalah anak yang sangat populer, tentu disukai banyak anak perempuan. Bahkan meskipun Nata terlihat sangat dekat dengan Septihan, keputusan akhir tetap ada di laki-laki itu.. Bukan siapa yang menyukainya tetapi siapa yang ia sukai.

Nata selalu menemukan kalimat, "Kamu mungkin bisa bersaing dengan seribu orang yang juga menyukai dia, tetapi kamu akan langsung kalah dengan satu orang yang dia sukai."

Alasan itu tak hanya berlaku untuk Nata, karena Zoey pun memegang alasan itu. Orang yang ia sukai antara Melvin dan Jordan, siapapun itu tetap tak bisa ia gapai karena keduanya sama seperti Septihan. Sama-sama anak populer yang disukai banyak orang, tidak seperti Nata dan Zoey. Mungkin ada yang menyukai keduanya, tetapi tak sebanyak orang yang menyukai mereka bertiga. Apalagi dengan bakat mereka di bidang olahraga basket.

Septihan dikenal sebagai pemain terbaik team basket sekolah mereka. Melvin sebagai Leader team basket mereka karena sikapnya yang dewasa dan dapat diandalkan untuk memimpin team. Sedangkan Jordan, ia adalah kapten team si pembuat strategi. Kenapa dipanggil kapten? Karena tak sekali dua kali ia menggantikan Melvin untuk memimpin team mereka. Atau terkadang keduanya sama-sama bertugas ketika team dibagi menjadi 2 dan bertanding di 2 tempat yang berbeda.

Jatuh cinta itu memang sulit, ada sedih dan bahagianya. Tetapi itulah resikonya, ketika kau memilih untuk melanjutkan perasaan yang tiba-tiba hadir itu. Bahkan tidak tahu tempat, waktu, dan juga orangnya.








































─Bersambung..

Aciee kena prenjon:)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top