07. Parental Expectations
Orang-orang mungkin akan mengira jika hidup Nata sangatlah sempurna, menjadi impian banyak orang. Karena hidup sebagai anak bungsu dari dua bersaudara dengan keluarga sederhananya. Di keluarga besar mereka, keluarga Natasha adalah keluarga paling kecil. Keluarga sederhana yang anggota keluarganya sedikit dibandingkan saudara-saudara yang lainnya. Ayah dan Ibu Natasha pun memiliki 5 sampai 7 saudara kandung, tetapi kini mereka hanya memiliki 2 anak saja. Tidak seperti saudara-saudara mereka yang mengikuti jejak orang tuanya, memiliki anak lebih dari 4.
Tetapi memiliki anggota keluarga yang sedikit justru membuat keluarga Natasha merasa semuanya telah terlengkapi, karena salah satu pengeluaran terbesar dalam keluarga lebih kecil dibandingkan keluarga yang lain. Mereka hanya perlu membayar uang pendidikan untuk 2 anak mereka yang sebentar lagi salah satunya lulus sekolah, bahkan sebelum lulus pun Juna sudah membantu cukup banyak.
Keluarga Natasha adalah keluarga yang sempurna? Itu mungkin saja. Karena keluarga kecil itu hampir tidak pernah mendapatkan masalah selama ini, entah jika anak-anak mereka. Sangat tidak mungkin jika tidak memiliki masalah apapun, terutama ketika masih masa SMA seperti Natasha. Masalah biasanya mudah didapat, dari lingkungan sekolah, pergaulannya, atau bahkan cinta. Bukannya tak ingin mendengarkan masalah kedua anaknya, tetapi orang tua Natasha selalu mengajarkan kedua anaknya itu agar mandiri dan menyelesaikan masalahnya secara baik-baik. Mereka ingin anak-anak mereka terutama Natasha bisa berpikir dewasa dengan pengalaman yang ia tempuh sendiri, hingga suatu saat nanti tahu mana yang baik untuknya dan mana yang seharusnya tidak ia lakukan.
Nata tidak pernah dituntut ini itu oleh orang tuanya, tetapi Nata tahu bahwa orang taunya berharap besar padanya apalagi mereka bukan dari keluarga kaya, mereka masih bisa beli ini itu dengan menabung dahulu tetapi tetap aja mereka punya keinginan yang lebih besar yang pasti pengeluarannya juga lebih besar dan bukannya tidak bisa dengan menabung tetapi mereka pasti lelah menunggu bertahun-tahun untuk mengumpulkan uangnya. Salah satu keinginan keluarga kecil itu adalah bisa jalan-jalan ke luar negeri sesuka hati mereka.
Ayah Nata bekerja sebagai karyawan tetap di salah satu perusahaan besar yang gaji nya juga lumayan besar. Mungkin mencapai 8 juta perbulan, dengan resiko mengikuti tempat sesuai projek yang ada. Tetapi dengan gaji itu, keluarga Nata tak bisa hanya mengandalkan dari sana saja. Pengeluaran mereka lebih lebih besar daripada pemasukan. Kebutuhan dirumah perbulannya, biaya kuliah Juna, juga biaya sekolah dan les Nata. Semuanya cukup, tetapi pas-pasan. Tidak ada sisa untuk membeli sesuatu atau pergi jalan-jalan. Apalagi salah satu keinginan Ayah Nata untuk mengganti mobilnya yang sudah tua itu sampai sering keluar masuk bengkel, dalam satu bulan mungkin bisa sampai 3 kali mobil itu masuk bengkel.
Juna pun akhirnya memilih part-time meskipun awalnya ia ragu karena dari dulu Juna paling sulit membagi waktunya, sekarang tiba-tiba ia harus merelakan waktu mainnya untuk bekerja. Alasannya sih bilang pengen ganti motor, pengen yang lebih bergaya gitu. Orang tuanya langsung membolehkannya karena tahu Juna sudah besar pasti memiliki banyak keinginan.
Nata juga tak banyak dilarang ini itu, apalagi soal pergaulan dengan teman-temannya asal bisa menjaga diri. Nata menurutinya tetapi bukannya mendapat teman-teman, ia malah susah bergaul dengan orang-orang sampai akhirnya ia tidak mau bergaul dengan orang lain lagi karena ia lebih suka sendirian. Yang membuat Nata merasa di kekang hanya sikap dari kakaknya, yang super duper overprotective sama dia. Tetapi Nata sadar itu juga demi dirinya.
Orang tua Nata hanya meminta agar Nata tidak berhenti sekolah hanya di SMA, dan tidak berhenti les tambahan. Mereka ingin Nata sampai lulus sarjana meskipun jika suatu saat nanti Nata tak bisa mewujudkan cita-citanya. Orang tua Nata juga tidak pernah berkata secara langsung tetapi terkadang ketika mereka mengobrol terutama Ayahnya seolah menginginkan Nata, anak gadis mereka itu menjadi seorang Dokter. Nata sempat tidak terima tetapi ia pun tak protes secara langsung kepada orang tuanya, Nata hanya memendamnya sendiri bahwa ia tidak mau menjadi Dokter. Keinginannya itu jadi penulis novel, bahkan sekarang saja ia telah masuk jurusan Sastra Indonesia sesuai impiannya. Tapi melihat orang tuanya yang selalu menatap kagum orang-orang yang bekerja di rumah sakit, membuat Nata luluh dan lama-lama menerima itu semua.
Nata tidak merubah impiannya, ia hanya menjadikan impian orang taunya sebagai pilihan keduanya jika suatu saat nanti ia tidak bisa mencapai impiannya atau ia berubah pikiran.
"Bang, kalo sekarang Nata di jurusan Sastra Indonesia.. Kuliah nanti bisa ambil kedokteran, gak? Atau harus samain sama apa yang diambil pas SMA?" Tanya Nata pada Kakaknya yang berada di sampingnya, yang tengah sibuk berkutat dengan tugas-tugas kuliahnya.
Nata saat ini berada di kamar kakaknya yang selalu wangi dan sejuk, meskipun tidak terlalu enak dilihat karena barang yang diletakan sembarangan. Gadis itu tak berniat mengganggu kakaknya seperti kemarin-kemarin, saat ini kepala Nata sedang dipenuhi banyak hal hingga gadis itu merasa kepalanya akan meledak.
"Bisa-bisa aja sih lintas jurusan, tapi kan dasar-dasar mungkin beda? Gak tahu lah gue bukan pakarnya!" Balas Juna tak ikhlas, ia kesal karena semangat belajarnya yang jarang keluar itu malah terganggu oleh kehadiran Nata yang bertanya ini-itu.
"Ishh, nyebelin!"
Nata bertanya seperti itu karena ia mulai meragukan impiannya. Satu, karena ucapan Juna kemarin saat berkata bahwa menulis novel itu lebih baik dijadikan hobi. Jangan dijadikan pekerjaan utama, karena kita harus melihat zaman yang semakin berkembang pesat. Bisa saja beberapa tahun yang akan datang, buku sudah tak lagi dicari. Tentu masih ada di tempat-tempat tertentu, tetapi sekarang saja sudah banyak yang lebih menggunakan aplikasi di handphone jika ingin membaca. Alasan kedua mengapa Nata ragu adalah karena percakapan semalam ketika ia dan Ibunya menghabiskan waktu bersama sebelum minggu depan Ibunya harus ikut Ayahnya pergi bekerja ke luar kota.
Semalaman itu Nata fokus mendengarkan cerita Ibunya ketika masih remaja, tentang proses belajarnya, pertemanan, hingga ketika ia mulai mengenal cinta dan juga Ayahnya. Nata begitu iri dengan kisah cinta orang taunya yang begitu sempurna, meskipun sempat ada salah paham yang membuat keduanya menunda pertunangan tetapi karena sudah berjodoh akhirnya sampai ke pelaminan juga. Nata harap suatu saat nanti kisah cintanya tidak rumit juga seperti kedua orang tuanya.
Hingga ketika Ibunya mulai menyinggung tentang cita-cita, suasana tiba-tiba berubah menjadi sedih. Ibunya tak menangis, bahkan bercerita seraya tersenyum manis. Tetapi Nata tahu dari tatapan Ibunya yang kosong, ada sesuatu seperti penyesalan. Ibu Nata tak bisa menggapai cita-citanya sebagai Designer karena ia lebih memilih menikah dan menjadi Ibu rumah tangga untuk mengurus keluarganya.
"Keinginan mereka itu bukannya lo harus gantiin mereka capai cita-cita mereka, tapi mereka pengen lo bener-bener gapai cita-cita lo. Jangan kayak mereka yang selesai kuliah langsung nikah, dan setelah nikah pun susah buat wujudin cita-cita itu. Gue harap lo fokus sama pendidikan lo dulu, setelah itu lo wujudin impian lo sampai ada jalan yang nunjukin kalo itu waktunya lo cari pasangan hidup lo."
Juna berkata panjang lebar tanpa menatap ke arah adiknya, karena ia berkata begitu sebagai seseorang yang hanya berkata saja ─tidak bisa memberikan contohnya. Karena Juna juga akan mengikuti jejak orang tuanya, ia sudah lama mengubur cita-citanya dan lebih memilih mencari uang dengan pekerjaan apapun itu. Dengan beberapa tahun yang tersisa, ia ingin mengumpulkan uang untuk menikahi kekasihnya yang sudah 10 tahun bersamanya tetapi belum juga ia kenalkan kepada keluarganya. Juna hanya merasa, 10 tahun bersama itu sudah cukup lama. Dan ia tidak ingin kekasihnya merasa bahwa Juna tidak serius dengan hubungan mereka, karena Juna tahu bahwa yang perempuan butuhkan adalah sebuah kepastian.
─Bersambung..
Anjayy penuh narasi:)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top