Bagian 3. Pertarungan Malam Dengan Roh

Ikh POV

Jalanan. 20.36






Roh itu terbang ke arahku lalu menyerangku menggunakan cakar astralnya. Aku mengelak ke kanan menghindari serangan roh itu, roh itu membuka celah untukku membalas serangannya. Tanpa berlama - lama, aku langsung bergerak, aku memutar badanku ke kiri lalu menyerang tangan kanan yang menyerangku tadi.

Slash....

Tangan itu terpotong kemudian berubah menjadi api biru yang menghilangkan tangan roh itu.

Roh itu berteriak kesakitan. Aku baru tahu bahwa makhluk yang telah mati juga bisa merasakan sakit. Oh ya aku lupa menjelaskannya...... Ini pertama kalinya aku menyerang roh atau apalah itu, dan juga ini pertama kalinya aku menggunakan jimat kertas buatanku sendiri.

"Kurang hajar kau!" geramnya menatapku tajam.

Aku hanya membalasnya dengan senyumanku yang terbilang menjijikkan kata Kunti.

Roh itu kembali terbang ke arahku dan membuat celah pada dirinya kembali terbuka. Aku tidak mundur. Aku mendekat berlari maju. Kata Kunti kelemahan seorang roh ada dijantung mereka, kalau itu benar....

"Hmph..."

Aku melakukan dash cepat agar dapat mencapai titik butanya, terlihat dia terkejut melihat pergerakanku barusan. Tanpa berpikir dua kali lagi, aku mengangkat pedang kayu ke samping kanan sejajar dengan bahuku.

Drreeeeezzzz...

Pedang kayuku menembus dada kiri roh itu. Aku tarik keluar pedang kayuku dan melompat ke belakang, seluruh tubuh roh itu mengeluarkan api biru dan dia berteriak kesakitan bahkan telingaku dibuatnya sakit.

Setelah menunggu beberapa detik akhirnya roh itu berhenti berteriak dan dia menghilang ditiup angin.

Jadi ini namanya 'pensucian'?

Roh itu menghilang dihadapanku bersamaan dengan itu juga semua mata tertuju padaku. Mereka bukan warga sekitar melainkan teman roh yang baru saja aku 'sucikan', mereka.menatapku terkejut, takut dan marah.

Aku dapat merasakan perasaan dengki yang ditunjukkan oleh mereka semua. Kata Kunti ini adalah 'aura' milik 'mereka'.

Mereka yang menatapku, semuanya berubah menjadi sesosok makhluk sama seperti roh tadi. Bahkan roh yang menangkap seseorang tadi sengaja dia lepaskan dan dibuatnya pingsan. Mereka ada yang kecil, pendek, sedang, tinggi dan besar, dan mereka semua menatapku.

"Entah kenapa aku berharap Kunti ada bersamaku sekarang..." cetusku seraya tersenyum masam.

"Apa kau memanggilku, Ikh?"

"Heh? S - Siapa yang bicara tadi?" tanyaku terkejut sekaligus ketakutan.

"Ini aku Kunti. Tunggu aku, aku akan datang ke sana!!!"

"Heeeh??? SIAPA??!"

"Bocah kurang hajar.."

"Tidak bisa dimaafkan..."

"Dia harus kita bunuh..."

"Bunuh, Bunuh, Bunuh..."

Entah kenapa tenggorokanku menjadi sakit dan aku susah bernafas.

Apa ini salah satu gejala seseorang yang tidak kuat dalam menahan 'kedengkian'?

Pikiranku pecah setelah 2 roh ukuran sedang terbang ke arahku dengan cakar mereka.

"Apa kuku roh memang seperti itu?"

Aku berhasil menahan cakar yang dilancarkan oleh roh yang ada dikanan tapi aku mendapatkan tandukan dari roh yang ada di kiri, dan membuatku terdorong mundur ke belakang. Roh di kanan kembali menyerangku, kali ini aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama

Aku menunduk ke depan menghindari cakaran cepat miliknya. Aku tersenyum karena celah sebelah kirinya terbuka lebar.

"Skatmat..."

Aku melompat ke kanan sambil menebas perut roh itu ke kanan juga dan membuatnya terpotong dua. Roh yang ada di depanku ikut menyerang juga, aku mendekat ke bahu kirinya lalu melakukan hal yang sama tapi kali ini aku menebas perutnya dengan cara melewatinya dari depan, alhasil roh itu juga terpotong dua. Kemudian tubuh mereka berdua mengeluarkan api biru dan menghilang di tiup angin, sama seperti teman mereka.

Aku kira aku akan diberikan waktu untuk istirahat tapi aku salah. Roh yang paling besar berdiri di depanku seraya melancarkan tinju tangan besarnya. Aku terkena tinjunya dan terpental ke belakang menghantam kaca mobil sedan abu - abu membuat kaca mobil pecah. Anehnya hanya suara kaca retak saja yang aku dengarkan. Mungkin para roh itu sudah menyihir suara dan daerah sekitar tempat ini.

Punggungku mati rasa. Baru pertama kali ini aku mendapatkan tinju seperti itu wajar saja bukan, mereka bukan orang yang sering membully-ku disekolah lamaku. Aku pikir mereka lebih kejam dari roh - roh ini. Aku ingin membalas tinju roh itu tapi tubuhku tidak bisa digerakkan.

"Apa sampai segini saja kemampuanku?"

Aku mencoba untuk tetap sadar tapi susah, sampai mataku benar - benar tertutup. Penglihatan terakhirku adalah kain putih yang terbang bagaikan ombak laut dan seorang wanita berambut hitam yang mengenakannya.

"Siapa???"






Author POV

Jalanan. 20.44






Tangan besar itu terpotong sampai siku membuat si pemilik melangkah mundur, saat bersamaan seorang wanita berambut hitam panjang yang menutupi mukanya, dia mengenakan kain putih dan.... Tanpa sepatu ataupun sandal.

Dia adalah Kunti. Kunti terbang dari atas pohon dan turun ke aspal, tepatnya di depan Ikh tak sadarkan diri.

"Siapa kau?" tanya salah satu roh yang terlihat seperti 'pemimpin'.

Roh itu adalah seorang pria berjas hitam yang sepenuhnya menutupi tubuhnya dan berkulit pucat seperti mayat hidup.

"Aku adalah penjaga anak ini. Aku peringatkan kalian..... Jangan pernah sekali membunuh ataupun menyakitinya atau..."

Kunti mengangkat tangannya ke arah roh yang paling besar, yang menyerang Ikh barusan. Sesuatu yang tidak dapat terlihat melesat keluar dari kain lengan Kunti dan melubangi perut sisi kanan, mata sebelah kanan dan dada kiri yang merupakan jantung berada. Pada waktu bersamaan roh itu mengeluarkan api biru dan menghilang seperti ketiga temannya yang disucikan oleh Ikh.

"Itulah yang akan terjadi pada kalian..." setelah mengatakan itu Kunti membalikkan badannya dan terbang ke tempat Ikh.

"Siapa kau sebenarnya, wahai hantu penasaran?" tanya pemimpin mereka.

"Aku adalah penjaga anak ini..."

Kain putih yang dikenakan Kunti melebar, menyelimuti seluruh tubuh Ikh lalu mendekatkan Ikh ke tubuh Kunti.

"Sebenarnya aku juga ingin tahu. Siapa aku ini???"

Kunti menghilang ditiup angin bersama Ikh meninggalkan pasukan roh itu.






Ikh POV

Kelas. 12.02






Aku menatap kosong ke jendela yang ada disebelah kiriku walaupun aku duduk dibagian tengah ruangan tapi aku dapat melihat akar - akar tumbuhan yang melilit kayu yang ada di luar jendela itu karena sekarang adalah....... Jam istirahat.

Keadaan kelas sepi hanya aku dan hantu Kuntilanak yang sedang bermain dengan penghapus papan tulis. Aku memilih untuk tidak memperdulikannya karena tidak ada seseorang yang bisa melihatnya hanya aku dan.....

"Pagi Ikh..." sapa Lutfi yang tiba - tiba sudah ada didepanku.

" 'Pagi kau bilang??!' ??" sahutku menatap datar teman laki - laki pertamaku disekokah ini.

Lutfi hanya tersenyum kecut mendengar sahutanku. Lutfi adalah seorang siswa laki - laki yang berpakaian rapi dikelas ini, dia baik, sopan, lembut pada perempuan dan.... Tampan.

Ketampanannya membuatku dikucilkan, contohnya pada saat kami berdua makan di kantin banyak siswi perempuan yang mendekatinya dan membuatku seperti..... Dikacangin.

"Baru pagi sudah menghela nafas. Kau ini tipe orang yang membosankan ya, Ikh.." seru Lutfi melihatku baru saja menghela nafas.

"Ini sudah siang dan kita hampir pulang sekolah. Tapi kau menyebutnya 'baru pagi'..." balasku tidak mau kalah.

Lutfi kembali tersenyum kecut. Sungguh. Mungkin anak ini mengalami masalah mental. Oh ya aku lupa menjelaskan kepada kalian bagaimana penampilan Lutfi.

Lutfi adalah siswi laki - laki berumur 12tahun sama denganku hanya beda tinggi badan saja, dia 167cm dan aku 155cm. Lutfi memiliki rambut hitam kecoklatan, katanya warna rambutnya menjadi coklat itu karena 'keracunan' sabun atau sampo mandi. Sungguh alasan yang tidak masuk akal bagiku.

Pada waktu bersamaan Huda dan teman perempuannya masuk ke dalam kelas sembari membawa dua bungkus roti. Dia adalah Bariyah, seorang siswi berumur 14tahun beda dua tahun denganku. Kata Bariyah dia gagal dua tahun dalam naik kelas pada saat masih di SD, dan sekarang dia sekelas denganku. Bariyah memiliki surai hitam sepanjang bokong dengan kacamata yang melengkapi penampilan cantik dan seksinya, ditambah dua gunung besar yang menurut Lutfi adalah ukuran C > D.

"Tumben kelas sepi. Oh ya kalian berdua sedang apa, keliatannya asik??!" tanya Bariyah yang mendekat ke tempat kami bersama Huda.

"Lagi sidang..." jawabku dan Lutfi bersamaan.

"Woah itu sangat merepotkan~~~. Ini Ikh, makan..." kata Bariyah memberikan roti bungkus yang ada ditangan kanannya.

"Untukku? Bukannya untuk Huda???" tanyaku bingung seraya melirik Huda.

"T - Tidak. Aku sudah makan kok..." jawab Huda cepat.

"Aku tidak bertanya padamu..."

"M - Maaf..."

"Kau ini Ikh. Kau selalu kasar dengan perempuan..." kata Lutfi dengan nada seperti sedang pasrah.

"Tidak juga..."

"Dinginnya!"

Aku tidak memperdulikan perkataan Lutfi dan memilih untuk fokus membuka roti bungkus yang kini ada ditangan kananku.

"Akhir pekan ini kalian ingin pergi kemana?" tanya Lutfi.

"Aku tidak melakukan apa - apa..." jawabku sebelum memakan roti.

"Aku dan Huda akan pergi ke kolam renang~~" lanjut Bariyah sambil menyenggol pinggang Huda.

"Bariyah itu sakit.." seru Huda.

"Bagaimana denganmu sendiri, Lut???" tanyaku.

"Aku? Hmm????"

Lutfi berpikir dengan sangat keras dan juga lama. Aku, Bariyah dan Huda yang melihat cara berpikir Lutfi hanya memandangnya datar.

"Suatu kesalahan menanyakan hal itu padanya..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top