PART 6: Terjebak hujan

Sebenarnya dia malas banget ikut syuting di luar mengantikan posisi Exy. Exy bertanggung jawab mengambil scene di rumah, sementara Jisoo terpaksa menemani si Bapak Yu.

Cuaca hari ini sangat tidak mendukung untuk melakukan pengambilan scene, tapi Christian tetap bersikukuh melanjutkan syuting. Menurutnya, cuaca hari ini sangat cocok untuk scene bagian terpenting dari film. Mereka telah mengambil beberapa adegan selama tiga jam dan cuaca semakin lama, semakin mendung ditambah angin terus berhembus kencang.

“Bentar lagi hujan. Kita udahan aja syutingnya,” kata Bobby memperingati semua krua. “Demi keselamatan kru dan artis,” sambung Bobby saat Christian protes lewat tatapannya.

Para kru termasuk Jisoo bersorak gembira. Dengan adanya Bobby di sini mereka semua terselamatkan. Terselamatkan dari bos titisan Hades. Jika hujan turun secara tiba-tiba bisa berabe, ‘kan? Bukannya syuting kelar malah yang ada bencana.

“Jisoo! Kamu ikut saya!” Tuhkan, dibilang juga apa? Christian Yu itu titisan Hades yang seenak jidatnya narik bawahannya.

“Pak, saya mau ikut rombongan masuk mobil.”

“Saya ketinggalan Drone. Cukup diam temani saya saja!” tukasnya.

Tak bisa membantah, ia dengan terpaksa menemani sang boss. Balik lagi ke pasal ‘bos selalu benar, kacung selalu salah.’

“Jangan lama-lama Pak, bentar lagi hujan. Tuh, anginnya aja udah ngamuk.”

“Bawel kamu!”

“Saya bawel juga demi keselamatan kita berdua, Pak.”

“Diam saja tidak usah banyak bicara.”

Astaga, bapak satu ini.

Ia meraung sebal di balik punggung Christian. Ingin sekali Jisoo mencakar-cakar punggung bosnya. Mumpung berdua saja, bakalan seru kalau Jisoo menjorokkan Christian ke depan, sekalian bacok biar si boss super maha benar ini sadar bahwa kacung sewaktu-waktu bisa jadi iblis.

“TUH, KAN ...!!!” pekiknya histeris begitu hujan turun dengan deras. Mereka sontak mencari tempat berteduh. Belum lagi saat Jisoo menoleh, rombongan mobil sudah menghilang. “Gara-gara Pak Chris kita ditinggalkan, ‘kan!!!”

...

Mereka berada di gubuk tua bersarang. Beruntung Christian punya mata jeli menemukan gubuk tua tersebut. Jika tidak ... habis sudah mereka kena guyuran air hujan super deras dengan angin kencang menguncang pepohonan.

Awal tahun ini, cuaca suka tak menentu. Hujan selalu turun deras ditambah anginnya yang kencang. Berita banjir sering lewat di televisi dan beberapa kota kena dampak bencana alam.

“Redanya pasti lama banget,” gumamnya sambil menengok atas. “Whoaaah!” Kagetnya ketika ada angin berhembus kencang menggoyangkan seluruh pohon di sekitar.

Angin begitu menyeramkan. Jisoo mendadak takut gubuk tua tempat mereka berteduh ikut terhuyung. Tamatlah mereka jika gubuk tua tidak bertahan sampai hujan reda.

“Jis!”

“Ya?”

“Saya kedinginan,” lirihnya yang sejak tadi diam di samping.

Jisoo menggerucutkan bibir. “Bapak kedinginan apalagi saya?” balasnya sembari menggeratkan hoodie hitam kedodoran miliknya. Dia sedikit beruntung hari ini memakai hoodie besar serta celana training. Seenggaknya rasa dingin bisa ia atasi meski cipratan air hujan terus menerus mengenainya. Dibandingkan bossnya hanya memakai pakaian tanpa lengan serta celana pendek kebanggaannya itu.

“Saya boleh meluk kamu?”

Kepalanya langsung menoleh dan mata menatapnya jenaka. “Bapak jangan ambil kesempatan dalam kesempitan, mentang-mentang cuma kita berdua di sini. Ingat Pak, salah satu di antara kita pasti ada setan—”

“Saya kedinginan!” dengus Christian menahan tubuh yang mulai mengigil.

“Saya juga kedinginan, Pak!” Jisoo pun tetap bersikukuh dengan pikirannya. Mentang-mentang terjebak berdua, enak saja main minta peluk.

“Kamu pakai hoodie dan training, sementara saya hanya pakaian tanpa lengan dan celana pendek.”

“Salah Pak Chris pakai pakaian begitu!”

“Akhir bulan saya kasih bonus!” katanya sudah tidak tahan dengan argument mereka.

“Serius?”

“Ya!”

“Awas ya, Pak Chris tipu-tipu saya. Saya anggap ini—”

Shut up!” Christian setengah membentak dan mengigil. Ia segera memposisikan berdiri di belakang Jisoo kemudian meraup tubuh gadis itu yang terasa sedikit lebih hangat. Christian menghela napas lega merasa tubuhnya tidak sedingin tadi. Dengan begini ia pasti baik-baik saja.

Jisoo yang dipeluk merasa aneh. Tadi dia merasa setengah dingin dan hangat, sekarang tubuhnya memanas setelah kedua tangan kokoh Christian melingkari tubuhnya dengan sempurna. Otot-otot tangannya terasa keras, dadanya begitu tegap menahan punggungnya. Napasnya berhembus pelan dapat ia rasakan melalui daun telinganya.

Ya Tuhan, tolong jangan kirim setan kemari.

“Ngomong-ngomong nih, Pak.”

“Apa?”

“Posisi kayak gini buat saya tidak nyaman,” akunya.

Christian menengok melewati lehernya. “Apanya yang tidak nyaman?”

“Kaki saya, Pak.”

“Kaki kamu kenapa?”

“Kaki saya gak sanggup berdiri terus. Mati rasa tau, apalagi Pak Chris meluk saya, saya juga menampung beban Bapak!” Kakinya mati rasa sudah tidak sanggup menahan beban pria di belakangnya.

“Oh,” responnya, “yaudah, duduk.”

“Duduk di mana? Bapak gak lihat seluruh tempat penuh air hujan?” ujarnya lalu menggerutu.

Sejak tadi Jisoo sudah melihat sekitar,mencari tempat duduk selama mereka berteduh. Berdiri menahan dingin sambil menunggui hujan reda, membuat kedua kakiny mati rasa karena terlalu lama berdiri. Belum lagi sekarang dia menampung beban orang lain.

“Tuh, di pojokan ada tumpuan.”

“Di pojokan?” reaksinya memperlihatkan ekspresi jijik. “Jangan deh, Pak. Biasanya di pojokan banyak penyamun. Remaja jaman sekarang sukanya di pojokan. Mojok gitu, Bapak ngerti gak?”

“Kamu bilang mati rasa. Mau duduk nggak?”

“Mau, sih.”

“Yaudah, duduk!” Christian melepaskan pelukan. Dia meninggalkan Jisoo, langsung duduk tenang tanpa ragu sama sekali. “Barang-barangnya bawa kemari!” perintahnya dengan lugas.

Jisoo cemberut. Bukannya bantu bawa malah memberinya perintah

Dibandingkan tempat lain, pojokan memang paling aman. Bagian tanahnya tidak terkena guyuran air hujan. Pantes Christian main asal duduk tanpa khawatir basah.

Kedua tas berisikan peralatan syuting ia amankan sebelah kanan Christian, tempat yang sekiranya tidak dapat di jangkau guyuran air hujan, sementara dia mencari tempat untuk dia duduki.

“Apalagi yang kamu cari? Buruan ke sini!” ujar Christian menepuk tempat kosong di depannya. “Saya masih butuh jasa kamu!” tegasnya.

Dengan terpaksa Jisoo duduk di depan bosnya. Kembali dengan posisi semula, pria itu memeluknya, bahkan kali ini dia ikut memasukan kedua tangannya ke saku hoodienya, ikut berdesakan dengan kedua tangannya. Kakinya yang panjang kali ini melilit kedua kaki Jisoo. Astaga, mengapa posisinya mereka semakin ambigu?

Mumpung begini, sekalian Jisoo menumpang bersandar di dada Christian mumpung jasanya ini nanti digantikan bonus akhir bulan. Yah, hitung-hitung sekalian merasakan dada super bidang milik si boss. Kapan lagi coba bisa begini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top