Tamparan Dalam Kenyataan

Satu dari seribu yang kutemu.
Dirimu, hidupmu dan masa lalumu.
Semua menjadi sau dalam raga itu.
Raga yang pernah menangis tersendu karena rindu.

Jiwa yang merana karena tersiksa.
Logika yang menggila karena dunia.
Rasa yang menguasai logika.
Kemanusiaan musnah oleh harta dan tahta.

Uang dicari sampai mati.
Perut kenyang, terbang bagai layang-layang.
Cinta dikejar dari senja hingga fajar.
Dunia dipuja sepanjang waktu yang ada.

Setitik tinta yang jelas tertera dalam kertas putih polos bisa lolos.
Setetes bulir bening terdengar nyaring.
Selambat-lambatnya jarum jam berputar tak bisa berulang.
Masa lalu yang berlalu menentukan sebuah pilihan dan masa depanmu.

Menunggu semua itu menggerogoti jiwamu?
Atau, menyadari hidup bukanlah tentang semua itu?

Namun, tentang tujuan engkau dilahirkan adalah untuk kematian dan kembali dibangkitkan dalam sebuah keabadian.
Semua hal yang ada di dunia fana tak akan tercipta selamnya.
Mungkin hanya rencana yang tersusun di sana.
Pada hakekatnya, Tuhanlah yang maha sempurna dan tau segalanya.

Tamparan dalam kenyataan
Tentang hidumu, hidupku, dan mereka yang pernah hidup seperti itu.

Berhenti bertanya, kapan aku bahagia?
Hidup tak hanya tentang kebahagiaan yang kau damba
Tapi, tentang kewajiban dan larangan yang ada dan semestinya dijalani dengan ikhlas tanpa paksa.

Tamparan dalam kenyataan
Menjadi pengingat untuk masa depan.
Hidup bukan sekadar angan dan impian.
Banyak hal yang harus dikorbankan untuk sebuah pembuktian.
Pelajaran hidup yang tak boleh redup.

[•]

Di ruang yang terang

Depok, 23 November 2018
#Epigram

1 [Sastra Dalam Karya]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top