6 - Misi Jatuh Cinta
Ify melenggang cantik memasuki gerbang sekolah bersama Gabriel pagi ini dan tentu saja hal itu berhasil menyita perhatian siswa-siswi seantero sekolah, begitu juga dengan Sivia yang datang beberapa menit yang lalu. Sivia sudah menebak hal ini akan terjadi, bohong jika dia tidak merasa sakit melihat orang yang dicintainya memperjuangkan gadis lain. tapi bagaimana lagi? dia sendiri yang meminta Gabriel berjuang, dia sendiri yang secara terang-terangan meyakinkan bahwa dia tidak keberatan, maka sudah seharusnya dia tahu konsekuensi dari kalimat itu.
Di seberang bangunan yang berbeda, Rio menyembunyikan wajahnya diatas meja, entah kenapa berita kedekatan Gabriel dan Ify membuat hatinya tidak nyaman, dia merasa ada hal yang aneh saat mendengar berita itu yang tersebar. ada apa ini sebenarnya? bukankah Gabriel menyukai Sivia? bukankah seharusnya dia senang karena dengan begini peluangnya mendekati Sivia jauh lebih besar? Tapi kenapa hatinya tidak sedamai itu? apa mungkin dia cemburu? Tapi atas dasar apa?
teeeett...
teeeeett...
teeeeet...
Bel masuk berbunyi, dalam hitungan menit seisi kelas seketika menjadi rapi dan diam di kursi masing-masing. Pelajaran pertama hari ini adalah Fisika, itu artinya mereka akan berhadapan dengan suasana tegang sepanjang pelajaran.
Bu Winda masuk kelas, semua siswa memperhatikan Bu Winda yang menjelaskan di papan tulis hingga masuk pada jam pelajaran kedua suasana kelas mulai tidak kondusif termasuk dua murid kesayangan yang kini yang tampak sibuk sendiri, Alvin yang bosan memilih focus membaca komik Bleach yang disembunyikan di dalam buku paket sementara Rio justru mendengarkan music menggunakan earphone sampai setengah tidur.
Ify berusaha memfokuskan pikirannya yang mulai menjelajah kemana-mana, susah payah dia menahan diri agar tidak tertidur dikelas.
Wiiiiing...
TUUKK
Tiba-tiba ada spidol melayang melewatinya kearah Alvin, Ify reflek menoleh melihat Alvin yang mengelus kepalanya, lemparan Bu Winda memang selalu tepat sasaran. Belum juga hilang keterkejutannya, ada lagi serangan kedua tepat dibangkunya...
BUUGG...
Kali ini penghapus papan yang melayang tepat dikepala Rio, Rio membuka matanya sedikit, mengelus kepalanya yang terasa sakit.
"ALVIIIIIN! MARIIO!" marah Bu Winda, keduanya menutup telinga menunggu Bu winda melanjutkan kalimatnya.
"Cepat kedepan dan kerjakan soal ini di papan tulis, ini hukuman karena kalian tidak memperhatikan saya ketika pelajaran" suara beliau terdengar nyaring keseuruh ruang kelas. Alvin dan Rio maju kedepan dengan malas, Bu Winda memberikan 3 soal berbeda utuk keduanya, Alvin menyipitkan matanya
"Banyak amat Bu..." Protesnya
"Ibu tambah 2 soal lagi! salah satu saja kalian saya hukum" putus beliau galak.
Alvin dan Rio mendengus pasrah. Mau tidak mau mereka harus mengerjakan soal itu dan yang pasti mereka akan tetap mendapat hukuman setelahnya.
"Alah, ini mah curang, orang Bu Winda tadi nggak ngebahas ini, teori dari mana kita bisa selesein coba!" gerutu Alvin.
"Udahlah, toh bakalan dihukum juga 'kan" balas Rio enteng.
Bu Winda tetap memasang muka garangnya sambil memperhatikan pekerjaan dua murid kebanggaanya dengan senyum tertahan.
***
"Kantin Yuk Yel, Laper gue" Ajak cakka.
"Yuk, Gue juga belum sarapan" jawab Iyel keluar dari kursinya.
Mereka berdua berjalan santai dikoridor, baru setengah jalan mereka dikagetkan dengan suara riuh dari lapangan outdoor sekolah.
Gabriel memicingkan matanya, melihat siapa yang menjadi pusat perhatian siang-siang begini.
"Rio? Alvin? ngapain lagi mereka..." gumam Gabriel
"Yaa... mana gue tahu, kan dari tadi gue sama Lo!" seloroh Cakka nggak nyambung
"Biasa Yel, Bu Winda" Sivia tiba-tiba berdiri disampingnya.
"Ngapain lagi Bu Winda?"
"Tidur di kelas katanya,"
"Oh... Kantin aja yuk? laper nih" Ajak Cakka. Kalau Rio tidur di kelas Bu Winda sih bukan hal baru lagi buat dia.
"Yuk..."
Gabriel, dan Sivia duduk disalah satu kursi yang kosong, sementara Cakka memesan makanan untuk mereka. Sampai di stand minuman, dia bertemu Ify yang membawa 2 botol air mineral.
"Buat siapa Fy? double gitu !" tanya Cakka basa-basi. Lumayanlah ngobrol sebentar.
"Rio sama Alvin Kak, gue duluan yaa..." jawab dan pamit Ify tersenyum kearah Cakka, Cakka mengangguk membiarkan Ify berjalan keluar kantin.
"Pesanan datang..." intrupsi Cakka beberapa menit kemudian bersama satu orang lagi yang membantunya membawa makanan.
"Thanks ya, Ko"
"Gue duluan ya semua" pamit Riko setelah meletakkan pesanan dimeja.
Cakka duduk kembali dikursinya.
"Selamat makan semua" Lanjut Cakka semangat.
"Lo laper apa doyan, cakk?" Komentar Gabriel ditengah acara makan mereka.
"Dua-duanya, Eh... Tadi gue ketemu Ify tahu yel, dia lagi beli minum" cerita Cakka setelah meminum es jeruk pesanannya, karena sangat lapar, jadilah dia selesai lebih dulu.
"Buat Rio sama Alvin?" tebak Sivia diangguki Cakka.
"Iyes, karena doi buru-buru gue lupa ngga nitipin salam dari Lo, yel" sesal Cakka seenaknya
"Waaah, Lo nggak setia kawan banget, sih. Salam-salaman lumayanlah, pedekate tahap satu" balas Sivia menggoda. Lagi-lagi dilihatnya Gabriel bersemu dimejanya, 'hahaha... kena lagi kan Lo? Blushing-bhulsing amat sih. Yel. kaya cewek aja ! ckck'
"Baru kali ini gue liat Lo tersipu kaya gitu, sumpah ekspresi Lo kocak banget" sela Cakka berhadiah lansung jitakan maut Gabriel
Ctaakk!
Ctaakk!
"Tuh, rasain. Rese sih Lo!"
"Hahahah...."
***
"Huaaaah... Akhirnya biang rese masuk kelas juga" sambut Shilla sinis saat melihat Alvin masuk dirangkul Rio. Alvin melirik Shilla sebentar, melepas rangkulan Rio lalu duduk di bangkunya tanpa membalas sapaan teman sebangkunya.
Shilla menyerngit bingung melihat tingkah laki-laki yang sejak kapan lalu sering mencari gara-gara dengannya itu. 'Si Alvin kesambet apaan elah, kenapa jadi kalem gini?'
Ify menyikut lengan Rio pelan, Rio menoleh menyadari kode tapi dia hanya diam.
"Kayanya ada yang kesambet nih abis dihukum?" sindir Shilla sakartis sambil duduk disamping Alvin yang menyembunyikan wajahnya di meja.
Rio spontan memutar arah menghadap kearah Shilla lalu menggelengkan kepalanya pelan, memberi isyarat untuk diam. Sekarang bukan saat yang tepat untuk Sparring mengingat Alvin nyaris pingsan dilapangan tadi.
Shilla duduk dikursinya, melirik Alvin dengan ekor matanya. sejak pagi laki-laki itu memang terlihat lebih pendiam.
Drrtt... drttt...
Handphone Shilla bergetar ada pesan masuk.
From : Rio
Alvinnya lagi ga enak badan. Shill. Thanks pengertiannya, ^_^
Shilla menoleh kearah Rio yang tersenyum tipis kearahnya, dari matanya Shilla bisa melihat kecemasan yang nyata. Beberapa saat kemudian Bu Ira memasuki kelas dan pelajaran berikutnya dimulai dengan tenang.
Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi.
Hanya tinggal beberapa anak saja dikelas saat Gabriel datang mengajak Ify pulang bersama. Shilla duduk dibangkunya dalam diam, disaat yang sama Alvin terbangun melihat sekelilingnya.
"Udah bangun Vin," suara Rio, iya Suara Rio. Alvin sangat hafal dengan suara satu itu. Dia mengangkat kepalanya sambil meringis.
"Udah bubar yaa...?" kata Alvin nggak nyambung. Kepalanya masih agak berat, tapi tak apalah masih bisa diajak kompromi.
"Hmm... Balik yuk" ajak Rio yang sudah berdiri siap membantu Alvin. Shilla melihat kepergian dua orang ini dengan perasaan yang tidak bisa dijabarkan, bahagia melihat persahabatan mereka yang entah bagaimana menjelaskannya. Tapi juga sedih karena dia dan Alvin belum juga menemukan titik terang. Tadi saja Alvin seakan tidak menganggap kehadirannya meski mereka tengah duduk bersama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top