58 - Have I Told You Today How Much I Love You? [End]

Ify menahan badannya dengan tangan berpegangan pada kedua lutut, angin malam menerpa tubuh dengan kencang, hanya kesunyian Ia rasakan, nafasnya tersenggal, penampilannya sudah tidak secantik tadi, gaunnya kusut, berantakkan, surai hitamnya tidak lagi rapih. Dia melihat sekeliling tempatnya berdiri, sepi. Ia melirik jam tangannya sejenak, pukul 22.30

"Nice Ify..." gumamnya lemas, tubuhnya jatuh begitu saja diatas direrumputan, kakinya seperti mati rasa, Ia tertunduk meruntuki kebodohannya, perlahan air matanya jatuh tanpa bisa ditahan, Ia mencengkram ujung gaunnya kuat, mengalirkan rasa sakit dan penyesalan tiada tara. 'Ify bodoh, Lo bodoh banget tahu nggak! apa yang udah lo lakuin, lo ngehancurin apa yang sebenernya lo tunggu dari lama, lo udah sia-siain itu, Fy. Dia pasti sudah pergi, dia pasti kecewa sama lo, dia—'

"Dasar cengeng, hobi banget nangis sih, Fy!"

Ify terhenyak saat suara favoritnya terdengar entah darimana, belum hilang rasa terkejutnya saat tiba-tiba sesuatu serasa menutup bagian punggung, menghalau dingin bersamaan dengan sepasang lengan yang melingkar di atas bahu. Ia mengangkat wajah, hatinya bergetar hebat saat wangi maskulin yang sangat dikenalnya serasa memeluk tubuh. "R... Ri... Rio..." ujarnya lirih.

"Akhirnya lo dateng juga" Rio menyandarkan kepalanya sejenak, menghalau pening yang belum mau hilang.

Pak Dedi yang berada tidak jauh dari sana tengah melakukan penggilan, entah pada siapa.

Ify menangis semakin keras, merasa bersalah karena harus membuat lelakinya menunggu hingga dua jam lebih sementara dia pergi dengan laki-laki lain? Astaga Ify, apa yang udah lo lakuin?

Tak ingin membuang waktu, Ify segera memutar tubuh, memeluk badan tegap dibelakangnya erat-erat.

BRUUKK

Keduanya terjatuh, kaki Rio yang lemas dan tidak bertumpu sempurna membuat keseimbanganya tidak cukup kuat menahan serta badan Ify bersamanya, yang ada, tubuh ramping gadis itu malah terjatuh menindihnya.

"Maafin gue yo... maafin gue..." isak Ify pelan "Gue udah buat lo nunggu lama, lama banget sampai gue fikir gue bakal kehilangan lo"

Rio tersenyum membelai surai gadis itu lembut. "Nggak ada yang perlu di maafin, Princess..."

"Nggak ada gimana? gue telat 2 jam lebih, Yo! dalil darimana lo bisa bilang nggak ada yang perlu di maafin? Lo pasti marah sama gue, Lo kecewa sama gue..."

"Gue nggak marah."

"Bohong!"

"Kalau gue marah, ngapain gue disini sekarang."

Ify mengangkat wajah, menatap dalam paras tampan yang kini tengah tersenyum kepadanya, "Beneran nggak marah?"

Rio menggeleng. "Yaudah, tutup mata, gih! make a wish..."

"Lah? emang mau ngapain?"

"Udah, lakuin aja!"

"Ogah, ntar lo nyari kesempatan lagi..."

"Yaudah kalo gitu kita pulang aja, yuk?"

Ify merengut, "Katanya lo mau nembak gue..."

"Nggak jadi..."

Ify membuang muka, apa-apaan sih? Dia udah bela-belain, lari-larian kayak orang gila, mana malam-malam lagi, gimana ceritanya bisa gampang banget bilang nggak jadi? yang bener aja!

Rio menggerakkan kedua tangannya menutup kedua netra gadisnya lembut dari belakang. "Make a wish," pintanya kemudian.

Ify menurut saja, Ia memejamkan matanya seraya menggenggam erat lengan lelakinya, berharap jika semua ini bukan mimpi.

Satu menit...

Lima menit...

"Yo... gue udah nutup mata nih, kapan tangan lo kebukanya! Emang lo mau ngasih gue ap—" ucapannya terhenti bersamaan dengan netranya yang terbuka begitu genggaman Rio di wajahnya merenggang, pemandangan tidak biasa tengah muncul disana. Lihat? ada satu, dua, tiga, empat, ... ah, ada puluhan balon berbentuk hati yang diterbangkan disekitarnya, di setiap balon tertulis nama mereka.

'MarioAlyssa'

balon-balon itu seakan tengah menyampaikan pada langit bahwa namanya mereka sengaja diterbangkan ke angkasa dengan berbagai harapan. Rasanya Ify tidak ingin berkedip, Ia tidak mau kehilangan momen spesial ini sedetikpun.

'tuhan... seindah inikah kebahagiaan yang hamba nantikan?'

"Gue nggak tahu prolog apa yang tepat buat nutup dongeng kita kemarin-kemarin, maaf gue udah sangat terlambat menyadari cinta lo yang begitu sempurna. Gue nggak bisa janjiin banyak hal buat lo, gue cuma punya seluruh hidup gue ini, buat lo. Alyssa, would you be my girl ?" Ify mengalihkan pandangannya pada laki-laki yang berdiri dibelakangnya, paras tampanya semakin terlihat indah dibawah pantulan cahaya dari balon udara. Lelakinya itu kini berlutut, seraya menyerahkan setangkai mawar putih bak pengeran di negeri dongeng. Ify menatapnya tidak percaya, Dia memutar langkahnya mendekap tubuh itu erat, mengangguk dalam pelukannya.

"Yes, I would! I Would, now and ever, pangeranku... Gue udah bilang dirumah sakit waktu itu kalau gue nggak akan nolak, kan? kenapa masih lo tanyain sih!" Ify mencak-mencak, lelehan liquid bening turun tanpa sanggup Ia tahan, membuatnya terisak hebat. Akhirnya, setelah menanti sekian lama, kini Ia telah memiliki cintanya, cinta yang utuh, seperti yang Ia harapkan.

Rio melepas pelukannya, menatap cemas Ify yang berlinang airmata. "Jangan nangis, dong... kamu kan udah janji"

"Ini air mata bahagia, tahu!" Ify menghapus airmatanya lalu tersenyum menandakan kalau dia sedang bahagia, teramat sangat bahagia.

Rio mendekatkan wajahnya sesaat setelah menghapus airmata yang tersisa di wajah gadis itu, jantungnya berdebar kencang, rona merah yang menguar dari wajah malu-malu dihadapannya membuat fantasinya semakin liar, sepersekian detik Ia bisa merasakan desahan nafas gadis itu di depan wajahnya sampai kemudian Ia menarik wajahnya menjauh, hendak kembali keposisi semula saat jemari Ify menahannya, gadis itu merengut di tempat.

"Kenapa?"

"Kenapa? Padahal aku udah deg-degan

Rio menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Emm... itu, aku lupa kalau kita nggak lagi berduaan disini " katanya gugup, siapa sangka hanya dengan bicara demikian sukses membuat wajahnya seperti kepiting rebus.

Ify merengut, "Masa sih? aku nggak liat ada orang lain selain kita,"

Rio tertawa kecil, "Perhatiin ya..."

Rio bertepuk tiga kali, betapa kagetnya Ify saat dilihatnya ada puluhan bahkan mungkin ratusan orang dengan setelan hitam yang keluar dari semak - semak dan pepohonan disekitar mereka.

Ify terkesiap hingga tatapannya berhenti pada Pak Dedi yang tersenyum seraya menundukkan wajah, menunjukkan kedatangannya diikuti pasukan dibelakang beliau.

Ah, rupanya mereka benar - benar tidak berdua saja melainkan berjamaah.

"Mereka semua orang - orangnya Papa, Fy. aku minta bantuan mereka buat hari ini, maaf, aku lupa bilang" jelas Rio sambil cengar-cengir.

"Baik, terimakasih untuk hari ini, kalian boleh kembali..." perintah Rio yang dijawab anggukan serentak oleh semuanya dan dalam hitungan menit mereka membubarkan diri menyisakan Pak Dedi yang membungkuk hormat pada Rio sebelum beranjak, yang di balas anggukan ramah oleh sang Tuan muda.

"Kamu kaget ya, Fy?" Rio kembali mengalihkan perhatiannya pada Ify saat dirasa ada aura-aura tidak enak dari wajah gadis itu.

"Huaah, Rioooo! Kok kamu nggak bilang sih! Kan aku malu, mana mereka ngelihatnya pas aku lagi berantakkan banget kayak gini, nggak ada cantik-cantiknya!" Ify mengerucutkan bibirnya sebal, memukuli lengan Rio yang tidak berdosa.

Rio mencubit pipi gadisnya gemas, "Ya, maaf deh, aku lupa, beneran. lagian mana mungkin balonnya terbang sendiri, aku kan bukan harry potter, ya kali aku bisa ngelakuin semua itu sendirian, maafin aku ya?" Ify mengangguk dengan muka ditekuk.

"Eh... eh... eh... Yo, kamu nih apa-apaan sih!" Ify tersentak saat tiba-tiba Rio mengendong tubuhnya di depan dada cowok itu, membuatnya malu setengah mati.

"Abis manyun terus, yaudah aku gendong deh sampe mobil biar kamu nggak marah lagi..." Rio melangkah bersama Ify di balik lengan kekarnya, mereka berjalan melewati pengawal yang berbaris sepanjang perjalanan mereka ke mobil.

"Rioo... aku malu..." Ify menenggelamkam wajahnya pada dada bidang Rio yang terbalut jas berwarna gelap.

"Kenapa? Justru aku mau seluruh dunia tahu kalau aku cinta sama kamu, makanya aku siapin balon nama kita di udara, bahkan hari ini ada lebih dari 200 orang yang nyaksiin pernyataan cinta aku"

Ify membiarkan wajahnya bersemu, percuma bersembunyi jika kini setiap pasang mata yang ada tengah menatap mereka dalam diam, Ia melingkarkan kedua lengannya di leher lelaki itu, mencium pipi lelakinya tanpa merubah posisi keduanya.

CUUPP...

"Kalau gitu, Aku juga mau seluruh dunia tahu kalau aku cinta sama kamu..." balas Ify agak kencang hingga para pengawal yang mssih setia di tempat ikut tersenyum, gantian wajah Rio yang bersemu, mereka memasuki mobil yang terparkir tidak jauh dari taman, Rio mengemudikan mobilnya di tengah malam yang semakin larut.

[SELESAI]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top