49 - Pertandingan Persahabatan
Lapagan outdoor Cakrawala sudah di desain sedemikian rupa demi memberikan kontribusi semaksimal mungkin untuk pertandingan persahabatan hari ini mengingat pendukung dari kedua sekolah tidak main-main jumlahnya. Sepuluh menit sebelum pertandingan dimulai, Tim inti Cakrawala berkumpul di basecamp tidak jauh dari ruang ganti, melakukan briefing singkat di pimpin Rio.
"Okey, lansung aja, kita tahu Khatulistiwa punya forward yang gesit banget di three point. So, jangan sampai kecolongan. Sesuai formasi yang udah kita atur, Gue sama Debo bakal jaga ketat penembak, Cakka di pertahanan. Alvin dan Kak Dayat siaga nyerang balik" intruksi Rio, semua pemain mengangguk sambil mengacungkan jempol tanda sepakat. Kecuali Gabriel yang justru mengangkat tangan, "Intrupsi, Kapten!" ujarnya.
Rio mengangguk, memberi kesempatan bicara.
"Kok gue nggak main sih? Lo pecat gue dari tim?" tanyanya menggebu.
Rio menatap para pemainnya gantian, kemudian menggeleng. "Ya enggaklah, kita bagi tugas, tugas lo sekarang ngelihatin permainan kita, cermati strategi khatulistiwa. Ntar, quarter berikutnya gue turunin deh lo!" jelasnya enteng.
Alvin mencebik kentara, "Lo kapten basket apa sutradara film hah!" gerutunya sengaja, meski dalam hati dia turut membenarkan keputusan si somplak itu, kapten satu ini memang memiliki perhitungan yang tepat.
Rio terkekeh, "Pasang strategi, jangan buru-buru nyerang. sebisa mungkin kita tahan mereka dari tembakan tiga angka. Kalo tembakannya gagal terus, kemungkinan besar permainan mereka bakal kacau" lanjutnya bersamaan dengan berbunyinya peluit tanda pertandingan akan segera di mulai.
Kedua tim mulai memasuki lapangan. penonton sudah memenuhi seluruh bagian tribun ikut bersorak mendukung jagoan mereka, percaya atau tidak, sebagian besar penonton antusias meneriakkan nama-nama pemain Cakrawala dengan suara yang naik beberapa oktaf. Tidak hanya itu, penampilan cheerleaders tim dari tepi lapangan tidak kalah heboh, kostum ala anak pantai yang mereka kenakan seolah mampu membuat siapapun panas-dingin.
"Ya ampun... Pangeran gue keren banget sih, nggak nguatin banget coba gantengnya!" seru Ify di sela teriakan siswi-siswi lain yang mengelu-elukan nama para pemain basket Cakrawala.
"Pliss deh, jangan lebay! Ya kali lo mau gandeng dua-duanya!" komentar Shilla sakartis. sejatinya tidak hanya Ify yang ingin berteriak karena sebenarnya Alvin juga turut menjadi pusat perhatian, dan yaa seperti biasa, bagi Shilla Alvin selalu mempesona dengan gayanya yang flat ditengah lapangan.
"Yeee... suka suka gue dong! Noh, mereka aja bebas neriakin nama gebetan gue, nama pacar gue! kenapa gue enggak!"
Shilla hanya mendesah menanggapi celotehan sahabatnya itu.
***
Pertandingan dimulai, Sepuluh menit pertama, Khatulistiwa langsung menyerang. Empat pemain mereka memasuki pertahanan Cakrawala dengan oper-operan pendek untuk memecah konsentrasi pertahanan. Rio bergerak cepat merebut bola dari pemain di dekatnya, gagal. Lawannya berhasil mengelak lalu memberikan operan pada teman lain di tengah garis three point.
"Cakka!" Cakka berusaha menahan pemain Khatulistiwa untuk menembak. Tapi dia tertipu. pemain lawan mengoper kembali bola pada teman di sisi kanan. Dengan gerakan cepat, pemain yang membawa bola itu mendekati ring dan menembak dari jarak dekat. Masuk! Angka pertama untuk Khatulistiwa.
Shit! batin Rio tidak menyangka pertahanannya ditembus secepat ini. Dia menerima bola dari Debo lalu mengintuksikan pemainnya untuk maju. Rio mulai mendrible bola kembali, baru melewati garis tengah, Lintar menghadangnya, Rio melakukan gerakan memutar, penjagaan pemain lawan tidak bisa mentaklukkannya, Dia mengoper bola pada Cakka namun tidak ditangkap sempurna, sehingga Pemain lawan bisa mencuri bola, melakukan sprint ke jantung pertahanan Cakrawala.
Di quarter ini, Cakrawala seakan bukan lawan yang sepadan bagi Khatulistiwa, Angka demi angka yang diraih Khatulistiwa membuat permainan Cakrawala menurun sampai quarter pertama berakhir, skor 29-19 untuk keunggulan Khatulistiwa.
"Ckck, pemenang kompetisi kok mainnya kayak gini! sampah banget" celetuk Lintar sengaja saat Debo berjalan melewatinya. Debo mengepalkan tangannya keras, sejatinya dia tahu timnya mulai kehilangan semangat, tapi bagaimanapun juga dia tidak bisa asal serang, dia tidak mau meninggalkan permainan kalau sampai ada indikasi kartu merah yang terbaca oleh wasit.
---
Rio duduk bersama anggota lain dengan wajah lelah, quarter awal selesai dengan skor rendah, permainan mereka berantakkan. koordinasi dengan Debo tidak berjalan baik mengingat hubungan mereka juga tidak bisa dikatakan baik-baik saja pasca obrolan serius malam itu. strategi yang digagasnya sebelum pertandingan gagal total, permainan individu timnya memang keren tapi dalam pertandingan kali ini jelas kemampuan itu tidak bisa dijadikan strategi utama, mau tidak mau permainan beregu harus dilakukan, solidaritas tim tidak semestinya terbagi dua. "Kalian ini pada kenapa sih? Kayak baru main basket aja!" sungutnya ditengah waktu istirahat menjelang quarter dua.
Cakka yang biasanya membantah kali ini terpaksa mengangguk, permainan mereka memang tidak seperti biasa, mereka kerap melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang seharusnya tidak terjadi, seperti ragu memulai serangan, menembakkan bola bahkan sampai kehabisan waktu, berbeda dari biasanya.
"Sorry Yo, tapi gue ngerasa kita bukan tandingan yang pantas buat Khatulisiwa, sekarang. Mereka mainnya terlalu cepet, kita jadi binggung mau mulai darimana..." tanggap Dayat yang merasa posisinya terancam dalam permainan tadi.
"Gue tahu, tapi kita nggak harus kalah start kayak gini, Khatulistiwa nggak sesempurna yang kita pikirin, pasti ada celah buat nerobos pertahanan mereka!"
"Iya, tapi gimana caranya, Yo? Lo tahu sendiri gerakan mereka nggak kebaca!"
"Gue tahu Kak, tapi ini pertandingan penting, nggak bisa kalau cuma ngandelin kemampuan individu pemainnya doang!"
"Ya terus gimana? Kita harus apa, Yo? Lo kasih solusi dong! Jangan nyalahin kita aja!"
"Iya ini gu—
"Kuncinya cuma satu, percaya sama kemampuan Tim! Jujur, gue nggak ngeliat itu di permainan kita tadi, kalian malah kayak orang bingung. So, fokus, nggak usah mikirin yang lain dulu, supporter mungkin kecewa kita nggak nyetak banyak angka, tapi gimanapun juga kita harus kejar kesempatan yang terselip, sekecil apapun itu!" putus Gabriel yang sudah berdiri dibelakang Rio, mengintrupsi perdebatan rekan mainnya mengingat waktu istirahat hampir habis.
Priiiiiit... peluit quarter dua berbunyi nyaring.
Para pemain Khatulistiwa memasuki lapangan dengan wajah cerah seolah mereka sudah menang, cheerleaders dan supporter mereka juga tampak lebih antusias dari sebelumnya, selisih skor lumayan di babak awal tentu berpengaruh pada kepercayaan diri para pemain dan pendukung yang datang.
Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit...
Susunan pemain Cakrawala berubah di quarter ini, beberapa menit setelah peluit babak kedua dibunyikan Rio menggeser posisi Cakka mengatur serangan. Dia bergerak cepat mengambil bola, menggiringnya selagi mencari celah untuk melempar pada pemain yang bebas penjagaan atau lansung melemparnya ke dalam ring.
Lima menit, hanya butuh waktu lima menit untuknya membanting strategi agar para pemainnya bisa membaca strategi lawan. Sesuai dugaan, lima belas menit pertandingan berjalan Khatulistiwa mulai kebingungan mengimbangi permainannya, menebak arah bola yang dimainkannya seorang diri.
"Yo, Oper!"
Tanpa memperdulikan intruksi Cakka yang sepertinya berhasil membaca kode rahasia, Rio justru fokus pada permainannya sendiri, demi mengembalikan semangat dan kepercayaan diri pemain lain, dia berusaha mencetak angka sebanyak mungkin untuk mengejar ketertinggalan skor di quarter sebelumnya. Paling tidak, jika dia berhasil memperkecil selisih atau menyamakan kedudukan, akan ada harapan baru bagi timnya untuk berjuang sampai akhir, dia tidak mau timnya dianggap lemah hanya karena masalah sepele, dia hanya berharap semua anggota bisa membaca usahanya, hingga pelan-pelan mereka akan bangkit.
Angka demi angka mulai memenuhi papan score, Perlahan, permainan tim Cakrawala kembali membaik, tidak lagi ada kesalahan kecil atau keraguan dalam mencetak angka. Debo dan Cakka ikut bergerak, mengambil tindakan dibantu Alvin dalam mengecoh permainan lawan.
Gabriel diturunkan menggantikan Dayat di quarter berikutnya, permainan mulai memasuki babak klimaks, kesulitan menghadang pergerakan Kapten Tuan Rumah membuat Khatulistiwa mulai bermain keras, strateginya diluar dugaan. Rio berusaha untuk tetap fokus menjaga bola, menggiringnya, mengecoh lawan ditengah permainan penuh ambisi dari Khatulistiwa, bahkan sepanjang quarter ini mereka beberapa kali melakukan pelanggaran yang berbuah lemparan bebas untuk Cakrawala.
"Lo nggak apa-apa kan, Yo?" respon Cakka cepat sekali lagi begitu mendapati Rio kembali terhuyung karena di dorong lawan mainnya.
Rio menggeleng, "Nggak apa-apa," ujarnya sambil mengatur napas. dalam hati dia meruntuki sikap sok kuatnya ini, apanya yang tidak apa-apa kalau sekarang ini untuk berjalan saja dia sudah pincang, belum lama perutnya menjadi sasaran siku lawan, sekarang tangannya perih karena jatuh. Nampaknya Khatulistiwa benar-benar kalap, Semua pemainnya berebut melakukan serangan fisik dengan sengaja, mengabaikan strategi permainan demi bisa menguasai bola.
"Lo istirahat dulu deh, biar di ganti yang lain" saran Alvin yang juga tampak sangat kelelahan.
Rio memandangi papan skor, empat angka lagi mereka bisa menyamakan kedudukan, "Nggak usah, tanggung Udah mau habis juga"
Alvin menangguk pasrah, mengiyakan keputusan si Kapten somplak itu, mereka melanjutkan permainan berusaha menambah angka sampai peluit tanda waktu habis dibunyikan.
---
Rio menyerahkan handband Kapten pada Debo di sela waktu istirahat sebelum peluit quarter akhir dibunyikan. Debo memandangi benda yang terjulur di depannya dengan tatapan tidak percaya, "Apa-apaan nih?" serunya sakartis, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba orang ini memberinya band kapten, untuk apa coba? Ajang pamer gitu sebagai leader yang baik? Cih!
"Jangan bilang, Lo mau kita tanding sendiri? nggak bisa gitu dong, Yo!" sela Cakka keras, Alvin dan Gabriel yang merasa memiliki pemikiran sama mengangguk.
Rio tersenyum tipis menanggapi protesan Cakka. "Eeh, siapa bilang? Gue mainlah! tapi kita ganti stategi, kali ini Debo yang bakal gantiin gue ngasih intruksi ke kalian karena Khatulistiwa jelas ngincer gue, inget! intruksi apapun dari gue berarti palsu! semua kudu nurut intruksi Debo, karena dia yang bakal ngatur darimana kita nyerang abis ini!" Jelasnya tenang.
"NGGAK! GUE NGGAK BISA! GUE NGGAK MAU!" Tolak Debo keras "Pokoknya gimanapun Lo kudu tetep mimpin kita, Yo! gue nggak bisa gantiin lo gitu aja, ini nggak fair!"
"Siapa bilang ini nggak fair! Gue masih kapten kalian woy! gue punya hak veto buat mutusin strategi apa yang harus kita pakek. Lagian, Lo butuh kekuatan buat getarin kepten belagu itu, De! buktiin ke dia kalo lo bukan parasite kayak yang dia omongin!"
"K— Kok lo—"
"Gue diam bukan berarti gue nggak tahu, kan?"
Priiiiit...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top