32 - Kodok Bucin

Alvin memarkirkan mobilnnya, eh mobil Rio yang dipinjamnya di garasi, buggati putih sang tuan rumah sudah terparkir lebih dulu disana, dia melirik jam di pergelangan tangannya, pukul 23.00, waah. pantas dia lelah, ternyata malam hampir mendekati puncaknya, dia tersenyum kecil mengingat apa yang terjadi dirumah Shilla saat mengantar gadis itu pulang tadi.

---

Alvin menepikan mobilnya di depan gerbang rumah shilla, perjalanan hari ini sangat melelahkan tapi juga menyenangkan, dia dan dan Shilla saling tatap, Alvin membuka sabuk pengamannya lalu turun, memutar mobil untuk membukakan gadisnya pintu, Shilla turun dari mobil, Alvin mengantarnya sampai depan rumah.

"Yaudah, aku pulang ya Shill...?"

Shilla enggan melepaskan genggamannya dari lengan lelaki itu. Dia tidak ingin hari ini berakhir, dia ingin terus berada di samping lelakinya.

"udah malem shill, masuk sana...." Alvin membelai rambut Shilla pelan.

Shilla menggeleng lalu bersandar manja di bahu lelaki itu. "Bentar lagi ya Vin, 10 Menit lagi... duduk dulu yaa bentaaaar aja, pliss..." Alvin menganguk.

"10 menit ya..."

"iya," Alvin duduk di kursi panjang yang ada di sebelah kiri halaman rumah Shilla, beberapa menit mereka saling diam, Shilla duduk sambil memandangi wajah Alvin.

"kita mau diem-dieman sampe 10 menit ke depan?" Shilla menggeleng.

"Yaa.. kalo gitu ngapa-ngapain kek,"

"Yaudah, lo ngelakuin apa gitu ke gue" ceplos Shilla, alvin tertawa.

"Jadi dari tadi lo ngarep gue apa-apain?"

"Eh, bu... bukan gitu, maksud gue tuh—" Shilla meruntuki kebodohannya, sekarang ini dia jadi malu semalu-malunya di depan kekasihnya

"Iya udah... udah malem juga, masih ada lain waktu kan...? nggak harus malam ini kan? Kecuali kalo lo emang udah ngga sabar mau gue apa-apain..." goda Alvin lagi. Shilla memukul pundak lelaki itu pelan.

"Masih bisa ditahan kan, Shilla sayang...?"

"Alviiiiiiin, ihh lo jangan ngeledek deh" Shilla merengut sebal.

Alvin memegang wajah gadis itu dengan kedua tangan membuat wajah shilla semakin padam.

CUUPPP...
Alvin mengecup keningnya penuh sayang, seketika shilla merasa jantungna belingsatan.

"... gue sayang sama lo" lirihnya,

Shilla tersenyum lebar. lucu sekali melihat Alvin bermuka tomat begitu, Alvin menariknya dalam dekapan, memeluknya erat seakan tidak ingin melepaskannya lagi.

"Yaudah, udah malem... gue pulang ya..." Alvin melepaskan pelukannya, "tidur nyenyak ya cantik." lanjutnya, Shilla mengangguk, memperhatikan gerakan Alvin meninggalkan rumahnya, beberapa langkah kemudian Shilla menahan lengan lelaki itu, lalu dengan satu gerakan cepat di sentuhnya bibir tipis Alvin lembut, Alvin tertegun.

"I Love you..." tutup Shilla sebelum menghilang di balik pintu, alvin menyentuh bibirnya, dia tidak habis fikir, dia sangat senang meski kelakuan shilla ini di luar dugaanya, kemudian tekekeh sambil menggelengkan kepala, melanjutkan langkahnya ke mobil.

---

Alvin memasuki kediaman keluarga haling dengan senyum merekah, sebelah alisnya terangkat saat melihat Rio tengah di dapur bersama Ify yang sibuk menjadi juru masak, sementara Rio menonton dari kursi meja makan.

"Bau-baunya enak nih..." kata Alvin mengalihkan perhatian.

Rio menoleh padanya, "dari mana aja lo? Jam segini baru pulang!" tukasnya tajam, Alvin hanya tersenyum kecil.

"Waaah, kayanya ada sesuatu nih, muka lo happy banget sih!" telak Rio

Alvin tertawa, merangkul sahabatnya erat. "Pokoknya, malam ini nggak bakal bisa gue lupain seumur hidup gue, setelah 17 tahun akhirnya gue ngerasain juga..."

Rio menatap Alvin tidak percaya, dia jelas sangat paham perkataan sahabatnya itu, dia meninju pundak Alvin keras. "Harus, kudu wajib cerita sama gue, pokonya!"

Alvin mengangguk, "Lo juga harus cerita kenapa ini manusia bawel satu yang gue bingung bagaimana lo bisa cinta sama dia, ada disini" sambung Alvin.

Ify menoleh mendengar dirinya disebut-sebut. "Maksud lo apa?"

"Enggak" Alvin tertawa, "Gue nasi gorengnya satu ya, yang pedes. Gue mandi dulu" pamitnya seraya menghilang di tikungan dapur.

"Kalo bukan cowoknya Shillla udah gue acak-acak tuh orang..." seru Ify kesal.

"Fy... dia sahabat gue... terjadi apa apa sama dia, lo berurusan sama gue..."

Ify tertawa, "Lah, ayok aja gue akan dengan senang hati selalu berurusan sama lo."

***

"Vin..." sapanya membuka pintu, tepat saat Alvin selesai menganti kemejanya dengan kaos lengan pendek.

"Eh, kenapa, Yo!"

"Ntar abis gue empanin, lo anterin Ify balik ya. katanya, besok dia ada janji sama Debo" pinta Rio, siapa lagi yang dia percaya untuk menjaga Ify selain sabahatnya, tidak mungkin dia membiarkan gadis itu naik taksi untuk pulang, bukan?

"Lah, kenapa nggak lo aja!" tanggap Alvin.

"Kalau tadi nggak ada insiden gue colaps di depan rumahnya, si Ify udah bobok cantik sekarang. Ayolah, dia nggak bakal mau kalo ujung-ujungnya gue yang nganter"

"Oke, tapi lo kudu ceritain ke gue nanti"

Rio mengangguk saja.

"Yaudah, makan yuk?" Alvin berjalan lebih dulu ke dapur meninggalkan Rio yang masih sibuk berdecak dibelakangnya.

"Hai chef Allyssa gimana pesenan gue? Udah jadi?" kata Alvin, entah kapan datangnya tahu-tahu dia sudah duduk manis dikursi seberang menunggu Rio, sementara Ify masih berputar kesana kemari menyiapkan hidangan alakadarnya.

"Sudah tuan Alvin Jonathan yang terhormat" Alvin merengut, niatnya menggoda malah digoda balik.

"Kayak nenek rumpi ya kalian berdua," sambung Rio berjalan mendekati mereka, duduk di kursi bersebrangan dengan Alvin, diatas meja udah ada dua piring nasi goreng, dia memperhatikan Ify yang sedang menuangkan minum ke dalam gelas.

"Kok nasinya cuma dua? Lo nggak makan?" tanya Alvin. Ify menggeleng.

"Yaelah, kapan gedenya itu badan" sambung rio.

"Gue ngeliatin lo makan aja deh"

Rio menghela nafas pasrah, "Yaudah, duduk sini..." suruhnya.

Ify tersenyum lucu sambil duduk dikursi sebelah Rio, memperhatikan cowok-cowok di depannya ini mulai menikmati makanan mereka

Ting...
Tiiiinggg...
Tiiing...

Dentingan sendok dan piring menemani keheningan makan malam ini, Ify memperhatikan menu diatas meja, nasi goreng telur alakadarnya ala koki amatiran sedang dinikmati dua laki-laki most wanted sekolah, Wow banget kan? ngomong-ngomong masalah nasi goreng Ify jadi ingat saat pertama kali dia memasak bekal untuk Rio, waktu itu dia sengaja mencuri perhatian laki-laki itu agar bisa melupakan Sivia yang sudah lama disukainya.

Dan usahanya berhasil, kini Rio benar-benar melupakan Sivia, membiarkan gadis itu menjalin hubungan dengan kakaknya. Tidak hanya itu, tujuan keduanya juga berhasil, kini rio mencintainya, sangat mencintainya meski keadaan mereka tidak seperti dulu. tapi laki-laki itu bertekad untuk memperjuangkannya, Meski Ify tahu itu butuh waktu, setidaknya dia boleh berbangga hati karena usahanya terbalas. ya tuhan, nikmat mana lagi yang harus dia dustakan?

"Fy..."

Ify tidak bergeming, setia dengan aktifitasnya sejak tadi, memperhatikan Rio makan sambil senyum-senyum sendiri

"Ify... Allysa..." Rio menyentuh lengan Ify yang bebas di bawah meja hingga membuat gadis itu tersadar.

"Eh, kenapa yo?" reflek Ify menarik tangannya menjauh

Rio tertawa.

"Ih, kok lo ngetawain gue sih? ditanya juga" sewot Ify, melihat hazel bening itu menatapnya malah membuat dirinya salah tingkah.

"Sini gue suapin... " Rio mendekatkan sendok berisi nasi goreng didepan muka Ify.

Ify menatapnya binggung, "Ta... Tapi kan?"

"Makan sedikit ini nggak bakal bikin lo gendut kok" Ify terdiam sebentar lalu membuka mulutnya, menerima suapan tersebut.

"Gimana? enak, kan?" Ify mengangguk mantap, ternyata benar kata orang-orang, kalau makanan bisa jadi lebih enak saat dinikmati bersama orang yang kita sayang.

"Kayak gini lebih romantis daripada lo ngeliatin gue makan sambil senyum-senyum sendiri kaya tadi" lanjutnya.

"Ah, riooooo..." Ify semakin malu dibuatnya, jadi dari tadi dia diliatin, tengsin.

"Abis makan kamu dianter Alvin pulang ya? udah malem, sampein maaf aku buat Mama Papa kamu,"

Ify mengangguk mantap, "Lo istirahat yang bener ya, awas sakit lagi!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top