3 - Sedikit Tentang Agni dan Cakka

Kaum hawa, laksana permata yang harus dilindungi dengan cara luar biasa. Karena bagaimanapun juga, permata sanggup mengalahkan emas dan bongkahan batu lain dengan keelokan warnanya.

"CAKKA... CAKKA... CAKKA..."

"AGNI... AGNI... AGNI..."

Suara riuh siswa-siswi Cakrawala menyebutkan nama Cakka dan Agni menggema dilapangan saat Gabriel melintas, kelihatannya ada pertandingan One by One disana yang membuat sebagian anak SMA Cakrawala menyerukan nama mereka berdua.

Sementara itu Rio dibuat binggung dengan lapangan yang mendadak ramai di jam pulang seperti ini. cepat saja dia menerobos ke barisan paling depan. Disana sudah ada Alvin yang menatap intens ke tengah lapangan.

"Woy, ada apaan sih?" tanya Rio menepuk pundak sohibnya meminta penjelasan.

"Cakka sama Agni sparring, gue nggak tahu siapa yang nantangin siapa!" jawab Alvin menunjuk permainan dengan dagunya, pertandingan mulai memanas, aksi rebutan bola dan mencetak poin sebanyak-banyaknya terasa begitu hidup dalam permainan itu.

"Heh, sini lo! ambil bola gue, bisa main nggak sih! ngakunya pemain terbaik" sindir Agni yang masih mempertahankan bola ditangannya.

"Nggak usah banyak omong lo!" Cakka berusaha merebut bola, namun stratginya selelu terbaca oleh lawan mainnya ini. Permainan Cakka mulai berantakkan karena Agni yang terus menyulut emosinya saat pertandingan.

Bruukk
Agni terjatuh, tidak sengaja terjegal kaki Cakka yang mencoba mengambil bola darinya. Agni bangkit dengan emosi memuncak, dia sudah siap melayangkan tinjunya kearah Cakka. Rio, Alvin dan Iyel berlari ketengah lapangan untuk menghalangi adu hantam yang hampir saja terjadi.

"Ag, apaan sih lo!" Alvin memegang tangan Agni yang sudah melayang keudara.

"Lo yang apa-apaan, cowok kurang ajar kaya dia pantes dikasih pelajaran!" marah Agni berusaha menyentakkan genggaman Alvin.

"Yee... lo tuh cewek jadi-jadian" emosi Cakka yang semakin membuat Agni naik pitam.

"Lo tuh! kalo nggak bisa main nggak usah pake acara ngejatuhin lawan dengan trik murahan kaya gitu, udah kebaca" sewot Agni.

"Lah, nggak sadar kalo sendirinya juga nggak jelas, cewek kok kelakuan kaya preman!" balas Cakka tak kalah sewot. Agni menatap penuh emosi kearah Cakka, dia harus memberi cowok itu pelajaran, Agni mengepalkan tangannya keras. Baru saja akan menghantamkannya kearah Cakka.

BUGG...

Bruuuk...

Kajadiannya begitu cepat, entah bagaimana ceritanya tahu-tahu Rio sudah berdiri didepan Cakka beberapa detik sebelum Agni melayangkan pukulannya. Alhasil, Rio ambruk ditengah lapangan dengan darah yang mengalir dari hidung dan ujung bibirnya. Semua yang ada disana menatap Agni dan Rio bergantian, shock dengan apa yang terjadi. Refleks Agni menurunkan tangannya. Alvin yang posisinya paling dekat lansung jongkok dan membantu Rio bangun.

"Yo, are you okay?"

Rio menggeleng, Agni yang menyadari sesuatu segera membantu Alvin membersihkan darah Rio dengan sapu tangan.

"Sorry Yo, gue nggak sengaja" sesal Agni, Rio mengangguk pelan menjawabnya.

"Lagian, Lo ngapain sih pake sok jadi pahlawan segala! Kena bogem gue kan? aturannya Lo biarin aja gue nyerang Cakka, cowok kaya gitu pantas diberi pelajaran" Omel Agni masih membersihkan darah Rio yang lumayan parah. Dia sadar pukulannya tadi masuk dalam kategori kelas berat.

"Udahlah Ag, Rio udah begini malah Lo omelin" bela Alvin yang menopang Rio dengan badannya.

"Lebih baik lo berdua bantu gue ke UKS" keluh Rio setelah lama terdiam. Alvin dan Agni lansung memapah Rio, pelan-pelan mereka berjalan ke UKS Sekolah.

"Urusan kita belom selesai, Dasar playboy gila!"

"Gue tunggu!" balas Cakka sakartis. Hari ini benar-benar sial untuknya, dia merasa harga dirinya sudah diinjak-injak paksa oleh Agni.

Gabriel melihat kejadian itu dengan seksama, sebenarnya Dia ingin sekali membantu Rio, tapi dia takut Rio justru akan marah dan menyalahkan niat baiknya. Dia mengarahkan pandangan ke sekitar lapangan basket, masih banyak siswa yang duduk sambil berkasak-kusuk tentang apa yang mereka lihat.

"Sebaiknya kalian semua Bubar, kembali ke kelas masing-masing!" intrupsi Gabriel yang lansung menghinpnotis siapa saja untuk menuruti perintahnya.

"Kita juga balik Cakk!" ajak Gabriel. Cakka yang masih kesal hanya diam dan mengikuti Gabriel keparkiran, untuk kesekian kalinya dia nebeng Gabriel pulang.

>>>

Rio tiduran di UKS sementara Alvin kembali ke lapangan untuk mengambil ransel yang ketinggalan.

"Lo gimana sekarang Yo?" tanya Agni sambil menyiapkan minuman. Syukurlah Pendarahannya sudah berhenti. tapi tetap saja Agni merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi.

"Better" jawab Rio pelan. Setidaknya nyeri dikepalanya masih bisa diajak kompromi.

"Sekali lagi gue minta maaf, harusanya gue nggak ceroboh kayak tadi" sesal Agni lagi, biar bagaimanapun ini salahnya karena tidak bisa menahan emosi saat berbicara dengan Cakka. Terlebih Cakka selalu memancing emosinya dengan kata-kata yang dia tidak suka.

"Slow aja Ag, Gue nggak kenapa-napa ini, lebih baik kita pulang. Keburu nggak ada bis kalau kesorean" kata Rio. Bersamaan dengan itu Alvin muncul dibalik pintu dengan 3 ransel dipundaknya.

"Di lapangan udah sepi, sekolah juga sepi" kata Alvin memberitahu, nafasnya memburu karena terlalu cepat berlari.

"Lo duduk dulu bentaran, Abis itu kita pulang" Suruh Rio menyandarkan badannya ke tembok. Alvin duduk di kursi plastik tidak jauh dari ranjang.

"Lo yakin mau pulang? nggak istirahat dulu?" Alvin kembali bersuara.

Rio mengangguk, "Buruan deh, keburu nggak ada bus yang lewat" jelas Rio yang sudah turun dari ranjangnya, Agni sudah sigap membantunya berjalan kearah gerbang, Alvin menyusul dibelakang sambil membawa ransel mereka.
Tidak menunggu lama, Bus yang mereka tunggu datang, cepat saja ketiganya masuk dan menempati tempat duduk yang ada.

>>>

Gabriel berusaha menenangkan Cakka sepanjang jalan mengantar cowok itu pulang, tapi bukannya mereda rasa kesal Cakka sepertinya malah semakin menjadi saja.

"Asal lo tahu, Yel! Rasanya harga diri gue tuh udah di injek-injek sama dia. Gue nggak habis fikir, gimana bisa dia marah berkelanjutan cuma gara-gara gitar doang. Padahal gue udah inisiatif memperbaiki, gue juga udah minta maaf, tapi dia malah ngajakin sparring terus" adu Cakka frustasi.

"Tapi gue akuin Agni itu cewek yang tangguh, Cakk" kata Gabriel.

"Tangguh darimana? cewek Tarzan, Iya!"

"Lo nggak usah muna, Cakk! Percaya nggak percaya, cuma Agni satu-satunya cewek yang berani dan bisa bikin lo mati kutu kayak tadi, lo tahu ini bukan pertama kalinya kalian berantem dan gue rasa lo nggak pernah kalah soal cewek kecuali sama Agni" jelas Gabriel.

"Ah, enggak, enggak!" tolak Cakka tak terima "Pokoknya gue bakal bikin perhitungan sama tuh cewek"

"Terserah, Pokoknya pesan gue, Lo hati-hati aja"

"Maksud Lo?"

"Ini pertama kalinya Lo punya rival"

"Musuh" sela Cakka tidak terima. Gabriel tersenyum mendengar pembelaan Cakka dan kembali melanjutkan kata-katanya.

"Oke, Musuh dan sayangnya dia cewek, jadi gue sangat berharap apapun yang bakal lo lakuin, tetap pakai otak lo. jangan sampai lo pakai kekerasan kerena sekuat apapun Agni, dia tetep cewek yang harus kita jagain"

"Hahaha, bahasa lo ketinggian. Pokoknya gue janji bakal bikin Agni bertekuk lutut sama gue, lo liat aja!" tutup Cakka sakartis. Kejadian pertengkaran dengan Agni tadi terus berputar di kepalanya seperti kaset rusak.

Pagi ini, seperti biasa Cakka memasuki gerbang sekolah menuju parkiran dengan santainya sambil bersenandung, tidak ada yang aneh pagi itu sampai tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dengan keras dan gesekan ban motor yang hampir terguling karena jalan yang licin.

CKIITTTT....!

bruukk

brakkk

srrraaakk

Kejadiannya begitu cepat, suara motor yang direm mendadak bersamaan dengan jatuhnya Agni beserta barang bawaannya, kertas tugasnya juga berantakkan.

"Aduhhhh...." rintih agni kesakitan

"Duh, sorry banget yaaa... Gu...? ELO!" suara pengendara motor itu berhenti saat tahu siapa yang ditabraknya.

"Hahaha... kena karma juga kan Lo..." kata Cakka puas membuat Agni mendelik sebal.

"Huuft, apes banget gue pagi-pagi ketemu cowok aneh. udah nabrak nggak minta maaf malah ngatain lagi" gerutunya yang sudah berdiri. Dia membereskan barang-barangnya cepat. Cakka tidak sengaja melihat gitar agni tergeletak tak jauh darinya. Dengan cepat Cakka mengambil gitar itu.

"Jangan sentuh gitar gue!"

"Lo mau gitar ini? Iya?" Balas Cakka menggoda.

"Balikin gitar gue, dan gue bakal ngelepasin Lo..." kata Agni lagi, wajahnya berubah sedih. Cakka tertawa cukup keras

"Waah, Gue jadi penasaran seberapa penting gitar ini buat Lo," Cakka berjalan ke jalan raya. berniat mengancam Agni dengan berpura-pura melempar gitar itu ke jalanan, agar agni memohon padanya untuk mengembalikan gitar itu.

Agni melotot melihat apa yang akan cakka lakukan, "balikin gitar gue CAKKA!" Katanya keras. tapi Cakka tidak mau mendengarnya dan tetap berjalan menuju gerbang utama.

"BALIKIN GITAR GUE..."

"NGGAK, SEBELUM LO MINTA MAAF!"

"BALIKIN GUE BILANG!"

"NGGAK..."

"BALIKIN..."

"NGGAK..."

"BALIKINNNN,,,,"

"NGGAAAK..."

"BAAA...LI...KIN" Agni menarik gitarnya kuat, namun pegangan cakka lebih kuat sehingga cengkraman agni terlepas, Cakka kehilangan keseimbangan sampai jatuh.

Wiiiing... gitar Agni terlempar karena Cakka tidak sengaja melepas pegangannya demi menahan dirinya sendiri. Daaaaan....

BRAAKK

Dari arah berlawanan ada mobil dengan kecepatan lumayan melaju dan menabrak gitar Agni. Kejadiannya bergitu cepat sehingga baik Cakka atau Agni tidak bisa menyelamatkannya.

Agni berlari mendekati gitarnya yang sudah tercerai-berai, tangannya bergetar menyentuh kepingan kayu disekitarnya. Cakka ikut bangun menghampiri Agni.

"Ag... Sorry, Gu... Gue..." Katanya tak enak.

BUUGGHH
Agni memukul Cakka keras membuatnya kembali terjatuh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top