🏀 Quinque Partes

Surat Kematian

🏀🏀🏀

Sudah seminggu sejak kejadian pertarungan sengit antara Ketua Osis Veano Putra dan murid baru Dava Ferdiansyah. Suasana Bimasakti bisa dibilang cukup aman meskipun Veano terlihat biasa-biasa saja seolah tidak terjadi masalah apapun. Lukman sang anggota Sirius terhebat merasa jengkel dengan Veano.

Lukman juga tidak bisa mengorek informasi dari teman satu jurusan gosip, Kino. Kino menutup mulutnya rapat-rapat, mungkin untuk melindungi Dava. Tentang Dava, ternyata dia bukan orang yang mudah diintrogasi. Salah satu jalan keluar untuk Lukman adalah mencari Avegas Orlando.

“Kak Ega emang enggak kepo soal Veano yang jadi macan liar?” tanya Lukman dengan wajah dibuat sesedih mungkin. “Berantem sama Dava di depan seluruh murid Bimasakti bukannya terlihat gawat untuk Aldebaran.”

Ega tertawa kencang seraya menendang pantat Lukman. “Apa kau kira aku enggak pusing? Lihat saja trio setan, mereka bertiga mendadak sama liarnya seperti Veano."

Lukman menatap Ega garang karena menendang pantatnya. "Kalau itu sih urusan sesepuh Aldebaran, orang Sirius sepertiku enggak peduli masalah itu."

"Masa?"

"Kecuali kau mau memberitahu kenapa mereka berdua bertengkar," jawab Lukman dengan senyuman licik.

Ega menepuk dahinya pelan. "Aku sama sekali enggak mengerti, kenapa Liam punya bawahan tukang gosip sepertimu?"

Lukman tersenyum lebar kemudian pergi buru-buru tanpa berpamitan kepada Ega karena dia melihat sesuatu yang menarik. Sementara Ega hanya menggelengkan kepalanya menanggapi tingkah laku Lukman.

Dari kejauhan, Lukman melihat perdebatan sengit antara Chiko dan Ricky. Maka dari itu, dia langsung bersembunyi untuk mencuri dengar pembicaraan.

Perdebatan sengit antara Chiko dan Ricky terjadi di depan papan mading sekolah. Biasanya papan mading itu berisi seputar info-info lomba atau pemenang, berita terkini, majalah harian, sampai gosip yang sedang ramai dibicarakan di Bimasakti. Biasanya tempat itu dijaga oleh sosok bernama Hyuga Ajisaka, namun Lukman tidak melihatnya sama sekali.

“Kalian berdua, ke sini sebentar!” teriak Chiko kepada Bagas dan Ace yang baru saja dari koperasi sekolah untuk membeli dasi baru untuk Bagas karena dasi itu sobek ketika dia bermain lompat tali.

“Mau apa? Jangan bilang lo mau pinjam duit gue, Bang.” Bagas menatap Chiko penuh selidik dan Ace tidak berniat bergabung dalam obrolan--maka dari itu dia hanya diam.

“Kalian berdua mau ikutan basket enggak?” tanya Chiko langsung sebelum Bagas menuduhnya macam-macam. “Eskul kita kekurangan banyak orang.”

Bagas menggeleng ribut. “Lo tahu 'kan kalau gue enggak bisa main basket. Kenapa kalian enggak minta tolong sama anak Hoba, gue yakin mereka juga jago-jago?”

“Usulmu boleh juga, tapi masalahnya sebulan lagi ada pertandingan basket. Banyak anak Jupiter yang fokus belajar termasuk Chiko, dan anak Halley banyak yang cidera. Kalau kita masukkan anak Hoba ... butuh waktu untuk menyelaraskan gaya permainan kita,” jelas Ricky.

Ace mengangguk mengerti kemudian dia teringat salah satu pengikutnya yang aneh itu. “Kalian biaa minta tolong kepada Juna seperti waktu itu.”

Ah, si Arjuna ....” desah Kak Chiko. “Dia kali ini fokus sama pertandingan bulutangkis.”

'Kan ada si Dava, kenapa kalian enggak ajak dia saja? Gue rasa Pak Julian enggak bakalan ngamuk kalau dia ikut,” usul Bagas yang secara tidak sadar membangunkan singa dalam tubuh Ace. Tahukah kalau Ace tidak suka ada orang menyebut nama Dava.

Ricky mencebik pelan. “Orang itu sombong juga ternyata, baru kenal saja sudah merendahkan kita, awas saja kalau aku jadi kapten, hidupnya akan ku buat sengsara.”

"Gue sedikit ragu, lo anak baik-baik soalnya. Jadi jahat kayaknya enggak cocok buat image lo, beda lagi sama orang ini," ucap Bagas terlalu jujur namun Ricky malah berwajah lesu sedangkan Ace belum tampak marah.

"Katanya dia mau fokus ngejar cewek cantik," kata Ricky kemudian.

“Cewek yang mana?” tanya Chiko penasaran. Setahu dia, cewek-cewek di Bimasakti bisa dikatakan cantik semua. “Dava beneran ngejar cewek?”

Ricky menatap Ace takut-takut sebelum menjawab pelan, “dia ngejar Fiona.”

Kreteg.

Ace meremas botol air mineral plastik dengan perlahan sehingga menimbulkan suara yang kurang menyenangkan untuk didengar. Cowok itu kemudian menyeringai, dengan luka disudut bibirnya Ace sangat menawan tetapi sayangnya terlihat seperti dewa kematian. Ricky mengatupkan mulutnya sedangkan Chiko dan Bagas pura-pura kompak menahan napas.

Sudah rahasia umum kalau Aceville Orlando sangat menjaga Fiona dan Dava dengan seenaknya mengganggu cowok itu.

“Menarik sekali,” desis Ace yang membuat bulu kuduk ketiganya berdiri. “Dia berniat bermain-main ya? Kalau begitu aku harus memberinya hadiah spesial, kira-kira yang cocok apa ya?”

Bagas menjawab gugup. “Surat kematian kayaknya oke."

Seringai Ace semakin lebar, tanpa pamit cowok itu pergi meninggalkan Chiko dan Ricky yang masih merinding ketakutan. Bagas juga hanya bisa mengekor dibelakangnya.

Lukman yang mendengar surat kematian langsung tersenyum lebar. “Berita ini dijual sama siapa ya? Liam sama Veano bakalan tertarik kayaknya.”

Sepak terjang Surat Kematian memang begitu terkenal, bahkan mengalahkan Ultimatum Neraka atau Sidang Supernova. Surat kematian Aceville Orlando memang memakan banyak korban terutama, para cowok yang berusaha mendekati Fiona. Salah satu korbannya yang fenomenal adalah Chiko sendiri. Ace mengirimnya sekitar sebulan setelah MOS waktu masih kelas Hoba dan surat itu berisikan aib-aib Chiko yang tidak diketahui orang. Awalnya Chiko mengabaikan surat itu dan Ace dengan kejamnya menyebar luaskan aib-aib itu.

Sejak saat itu tidak ada yang berniat mengganggu Ace.

Tapi hari ini jelas-jelas Dava menantangnya dan itu membuat amarah Ace tersulut.

“Jangan berulah deh, ini Dava loh. Penggemarnya banyak, nanti kalau lo dihajar bagaimana?” Bagas dengan halus menasehati Ace. "Gue bukan suster dadakan ya!"

“Ini cuma hadiah, Gas. Jangan lebay! Kau masih cowok 'kan?” tanya Ace membuat Bagas merasa tertohok.

Bagas melihat surat kematian yang ada diloker Dava dengan ngeri. Menurut penglihatannya, surat itu mengeluarkan aura-aura hitam seperti kutukan untuk membuat si penerima sengsara.

“Sekarang kita tunggu hasilnya.” Ace tersenyum dan itu cukup membuat Bagas menelan ludahnya dengan susah payah. Senyuman Ace memang membuatnya setampan malaikat, namun Bagas sudah menetapkan hati bahwa Ace adalah seorang iblis.

Tidak lama kemudian, mereka berdua bisa melihat Dava berjalan pelan dengan tatapan genit ke arah cewek-cewek yang berpapasan dengannya. Suara heboh cewek itu membuat Dava bahagia tetapi siapa sangka di dalam lokernya surat kematian menunggu untuk dieksekusi.

“Kita lihat siapa yang kali ini tertawa,” gumam Ace dengan suara rendah yang menakutkan.

Bagas mengeluarkan suara tawa gugup sebagai reaksinya.

Satu....

Dava mendekati lokernya.

Dua....

Dava membuka lokernya dan menemukan surat kematian.

Tiga...

Dava membacanya dengan serius.

Kemudian ... BRAKKK!

Dava membanting lokernya dengan keras membuat beberapa orang terlonjak kaget. Ace tertawa mengerikan ketika melihatnya sedangkan Bagas sudah duduk lemas dilantai keramik dingin seraya mengelus dadanya kaget karena suara bantingan itu. Sejak bersama Ace, Bagas harus rutin untuk memeriksa jantungnya agar tidak terlalu kaget dengan hal-hal yang seperti ini.

“Siapa?” tanya Dava geram seraya menatap semua orang yang berada di ruang loker. “Siapa yang menaruh surat ini dilokerku?”

“Jika otak bocah itu masih berfungsi, dia pasti bisa menebak pelakunya. Sudah dua menit nih, lambat juga ya?” tanya Ace dan Bagas hanya bisa mengangguk-angguk kepalanya dengan pasrah.

Dava menghela nafasnya sebelum berteriak, “ACEVILLE ORLANDO!”

Ace terkekeh geli sebagai balasan untuk teriakan Dava. “Gas, kita harus menyiapkan amunisi yang lebih. Perang akan dimulai.”

***

Character unlocked

Nama: Lukman Permana
Kelas: XI MIPA 3
visual: Yoon Sanha

Love

Fiby Rinanda🐝
23 Maret 2019
Revisi: 4 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top