🏀 Quattuor Partes

Kandidat Musuh Kedua

🏀🏀🏀

Dava dan Kino sudah berteman sejak lama, namun hingga saat ini Dava tidak pernah bisa memahami jalan pikiran cowok itu. Mereka berdua mempunyai karakter yang berbeda. Disaat Dava sedang asik menggoda cewek-cewek cantik di depan kelas mereka, Kino tenggelam dilautan kertas--sibuk menulis gosip-gosip terbaru.

Mereka juga seringkali bersembunyi di gudang belakang sekolah. Dava bersembunyi dari cewek-cewek genit yang sering kali mencuri kesempatan untuk menyentuhnya, sedangkan Kino bersembunyi dari kejaran para anggota Andro Jurnalis yang terkenal galak.

Tidak ada orang seunik Kino dimata Dava.

Seperti saat ini, ditemani dengan kacang dan singkong rebus yang dibawa Kino dari rumahnya, mereka berdua siap bertukar pikiran. Lebih tepatnya, Kino menyuruh Dava untuk menceritakan seperti apa Bimasakti jika dilihat dari dekat.

"Andromeda terasa hampa karena gak ada Dava Ferdiansyah. Kamu tahu? Sekarang hanya aku yang jadi sasaran cewek-cewek itu," kata Kino seraya memungut kulit kacang. "Apes banget, kayak gak ada cowok lain aja yang jadi sasaran mereka."

Tawa Dava memenuhi ruangan itu. Kino mengerutkan alisnya menatap cowok itu dengan khawatir. "Aku gak tahu masalahmu sama Ace dan Veano, hubunganmu sama Fiona dan alasan persahabatan kalian hancur. Kenapa kamu gak kasih tahu masalahmu di Bimasakti kepadaku?"

Dava tersenyum tipis. "Aku ketahuan ya? Pasti si Lukman yang kasih tahu."

Kulit kacang sontak menghantam wajah tampan Dava, cowok itu terkikik geli ketika mengamati wajah masam milik Kino. "Kalau si Lukman gak kasih tahu masalahmu sama Veano, aku gak mungkin datang kesini."

"Eh, bentar dulu. Sejak kapan kamu berteman dengan Lukman?" tanya Dava dengan bibir cemberut. Tak terpikir bahwa sahabatnya itu memiliki sahabat lain yang bisa dikatakan setara.

Kino melotot tajam tampak tidak terima. "Itu urusanku! Masalahnya, semua anak Andromeda tahu kalau kamu bermasalah di Bimasakti."

"Serius!" teriak Dava kaget. Wajah Nando langsung muncul dan membuat geram Dava, pasti cowok itu sedang menertawakan dirinya yang gagal menjadi anak baik-baik di Bimasakti.

Kriuk

Kini setelah kacang rebus habis gak bersisa, Kino mengeluarkan snack dari tas hitamnya. Dava tahu didalam tas itu penuh dengan makanan yang membuatnya ngiler.

"Tuan Narsis, silahkan bercerita. Aku siap mendengarkan."

Karena Kino adalah cowok baik meskipun mulutnya sering bocor, Dava gak masalah kalau cowok itu tahu sedikit rahasianya.

🏀🏀🏀

Ketika semua anak kelas Hoba sibuk dengan kegiatan MOS. Veano Putra si Ketua OSIS sibuk mengantar si anak baru yang mendadak terkenal di Bimasakti, Dava Ferdiansyah--karena perintah dari kepala sekolah, jika tidak dilaksanakan kepsek akan ngambek selama seminggu. Pidato Veano sebenarnya sudah beberapa saat yang lalu bebarengan dengan pidato kepsek, namun ditengah perjalanan menuju kantor mereka berdua bertemu dengan Dava.

Veano tentu saja heran kenapa Dava ini memilih program IPS bukan IPA karena sebelumnya, cowok itu berada di kelas IPA--info dia dapatkan dari anak-anak Sirius.

Sedangkan Dava sibuk mengamati wajah Veano yang sangat mirip dengan tokoh film Dilan. Meskipun baru pertama kali bertemu, Veano begitu sempurna dimata Dava. Cowok itu sangat tinggi, rambutnya tertata rapi, raut wajahnya begitu tegas, mata yang tajam namun lembut secara bersamaan, sangat ramah, dan di lengan kirinya tersemat kain berwarna merah tertanda sebagai salah satu petugas inti Aldebaran.

Gagal deh aku jadi Dilan. Batin Dava dengan kesu.

"Kamu ...."

"Veano Putra." Veano mengambil inisiatif perkenalan terlebih dahulu, lantas tersenyum lebar ke arah Dava.

Dava sendiri sampai bergidik ngeri bukan karena senyuman Veano namun karena ketampanannya yang melebihi kapasitas, sekarang mungkin saja gelar 'tampan rupawan' terebut oleh cowok ini.

Dulu Kino pernah memberi satu informasi yang menurut Dava tidak penting. Pernah sekali, Bimasakti mengadakan voting cowok tertampan dengan Sirius sebagai pelaksana. Namun, Dava lupa siapa yang menjadi sang pemenang.

Gak boleh dibiarin. Jerit Dava dalam hati.

"Saudaranya Revano Sanjaya ya? Pantes seperti pernah lihat, kau datang ke pertandingan kemarin 'kan?"

Dava tentu saja senang bertemu dengan Veano si anak jenius dari Bimasakti yang bisa memecahkan soal-soal fisika yang rumitnya bisa membakar kepalanya. Tentang Revano, dia adalah cowok yang terkenal karena berhasil menangkap teroris yang menyerang beberapa tahun yang lalu diusianya yang ke 14 tahun, saat ini Revano berumur 16 tahun. Tidak heran jika gen jenius tersemat kepada keluarga ini. Dava yakin jika dia berteman dengan Veano maka dia juga ketularan pintar.

"Tentu aja, semua yang berhubungan dengan Andromeda enggak boleh terlewat. Aku harus mengawasi mereka. Ngomong-ngomong, aku sama Vano cuma saudara sepupu dan dia sekarang berada di dunia antah berantah. Aku sama sekali enggak peduli dengan orang itu," jawab Veano seraya menatap tajam kepada salah satu anak Hoba yang membuang sampah sembarangan. Tetapi anak itu malah lari ketakutan daripada membenahi kesalahannya.

"Apa maksudmu dengan dunia antah berantah?" tanya Dava penasaran. "Siapa yang lebih pintar antara kau dengan Revano?"

Veano tersenyum mendengar pertanyaan Dava, dan cowok itu kemudian membungkuk untuk membuang sampah dan segera mencuci tangan dengan air mengalir dikeran. "Dari dulu Vano suka keluyuran dan susah ditemukan. Mengenai siapa yang lebih pintar antara kami berdua, jawabannya bisa aku atau Vano, kami berdua punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kau mungkin tahu jika bertemu dengannya."

"Kenal Fiona gak?" tanya Dava mengganti topik pembicaraan.

Veano menatap Dava. "Kau kenal Fio? Oh, pasti kau lihat kejadian waktu dia pingsan. Kata Ace Fiona amnesia sejak 3 tahun yang lalu, fisik dia lemah dan sering pingsan, aku duga Fio terlalu memaksakan diri untuk mengingat kejadian masa lalunya. Meskipun Ace sudah melarang Fio, cewek itu tetap enggak pernah menurut."

Dava semakin bersemangat membicarakan kedua sahabatnya dengan Veano dibandingkan Lukman--karena kata Kino, dia mudah sekali membeberkan rahasia. Dava berniat untuk memanfaatkan Veano yang ternyata sepolos kertas putih tanpa noda tinta untuk mengetahui apa saja yang terjadi ketika Fiona berada di Bimasakti.

"Apa Fiona bisa ingat kejadian masa lalunya?"

Veano tampak berpikir sebentar kemudian menggeleng pelan. "Aku sama sekali enggak bisa lihat perkembangan Fio, kami beda kelas. Tapi kata Lukman, Fio masih kesusahan untuk mengingat masa lalunya, masalahnya mungkin karena trauma. Itu kelasmu, selamat datang ke Bimasakti."

Mereka berdua berhenti di depan kelas 11 IPS 1 yang tampak sepi karena penghuninya sedang kabur ke kantin sekolah. Dava mengangguk kepada Veano tertanda terimakasih. Sebelum Veano pergi, Dava dengan gesit mengambil ponsel Veano yang terletak di saku bajunya. Dava sudah menduga kalau cowok tipe-tipe seperti Veano ini akan diam tidak berkutik. Sebaliknya Veano hanya mendesah pasrah bertemu orang aneh seperti Dava.

"Aku tahu kau cari-cari nomor Fio."

"Bingo!"

"Tapi kamu harus menanggung resikonya, seseorang akan menghukummu," peringat Veano seraya tersenyum miring.

"Maksudmu Ace akan menghukumku? Sama sekali enggak mungkin, Veano. Aku pernah dengar gosip yang aneh dari temanku kalau Ace pacaran sama Fio. Aku tahu kalau gosip itu bohongan karena mereka berdua enggak mungkin punya perasaan seperti itu. Gimana kalau sekarang aku yang akan menghukum Ace karena memperlakukan Fio dengan buruk?" Dave tersenyum mengerikan menatap Veano untuk membalas reaksi tidak wajar dari cowok itu.

Sang ketua Aldebaran terkekeh pelan melihat Dava dengan percaya diri membalikkan perkataannya. Veano masih setia dengan senyuman miring, gertakan Dava sama sekali tidak membuatnya mundur ketakutan seperti tikus bertemu kucing, bermain-main dengan orang seperti ini tidak akan membuatnya berkeringat.

"Aku sama sekali enggak bilang kalau Ace yang menghukummu," ucap Veano berbahaya.

Dava berhenti tersenyum kemudian menatap lawan bicaranya. Cowok itu tersentak kaget melihat perubahan dalam diri Veano yang menurutnya asing. Dava menarik perkataannya bahwa Veano itu cowok polos yang mudah untuk dikendalikan, sebaliknya Veano adalah orang yang mengendalikannya seperti sebuah mainan.

Apakah ini kekuatan Veano yang sebenarnya?

"Apa maksudmu?" tanya Dava waspada.

Veano merebut kembali ponsel miliknya. "Apa kau kira aku orang yang mudah untuk diajak kerjasama oleh orang sepertimu. Maaf saja, meskipun kau hebat dalam basket dan disenangi semua orang, kau tetaplah yang terbawah dalam rantai makanan di Bimasakti."

"Apa kau kira aku binatang?" tanya Dava dengan marah.

"Aku rasa kau tahu jawabannya ketika salah satu petinggi kami memintamu datang ke Bimasakti. Kau bukan orang bodoh. Orang yang akan melindungi Fiona dari orang sepertimu adalah Veano Putra."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Veano pergi dengan langkah tegap dan tampak percaya diri. Mudah saja untuk membuat Dava terguncang dengan ucapannya, cowok itu sekali-kali harus diberi peringatan betapa susahnya untuk bertahan di Bimasakti. Jika lengah sedikit saja, dia akan terjatuh dengan menyakitkan.

"Aku akan memberi satu nasehat penting untukmu." Veano berbalik dengan wajah ramah seperti sedia kala, membuat Dava ikut meringis gugup karena perubahan sifatnya. "Menjadi egois juga enggak salah dan juga kau harus lebih berani untuk melawan Ace ... mungkin juga aku, karena sejujurnya kau lawan yang mudah dikalahkan."

🏀🏀🏀

Dava mengakhiri ceritanya ketika Kino selesai memakan beberapa potongan semangka, cemilan penutup mereka berdua.

"Kayaknya kita harus bekerjasama dengan Lukman, dia sekelas sama Fiona dan Ace. Artinya, dia bisa memantau apa saja yang terjadi diantara mereka berdua, kita juga bisa mengatur strategi untuk melanjutkan rencanamu," usul Kino dengan wajah serius.

Dava menggeleng kurang setuju dengan usul Kino. "Setelah melihat kepercayaan diri Veano, aku jadi ragu kalau Lukman bisa lebih berbahaya. Kau pernah bilang kalau orang yang berada dibelakang Lukman jauh lebih kejam daripada Veano. Sirius."

"Tapi hanya Lukman orang yang cocok untuk misi ini." Kino bersikeras untuk membuat Dava setuju. "Kita kesampingkan dulu Sirius dan untuk membuat Lukman menjadi sekutu kita--"

"Menyuap?" tanya Dava dan Kino mengangguk semangat.

"Selain itu, musuhmu bukan hanya Veano tetapi juga Ace. Posisimu sangat enggak aman dan kau maju sendirian dimedan perang. Kau butuh teman seperjuangan seperti Lukman," kata Kino lagi.

Dava mengambil potongan semangka dengan lesu membuat Kino tambah geram. "Punya dua musuh itu ... terasa menyenangkan."

Kino menghela nafasnya pasrah. "Sinting!"

"Makasih," ucap Dava.

"Kau jangan membuat Lukman menjadi musuh ketigamu. Kalau itu terjadi, tamat sudah," peringat Kino.

Dava tersenyum kemudian berkata dengan ceria, "aku malah lebih bersemangat untuk melawan Ace dibandingkan Veano. Kira-kira apa tantangannya?"

Kino menggaruk tangannya yang terasa gatal karena digigit nyamuk. "Aku harap bukan tantangan yang merepotkan."

"Fiona belum bisa mengingat masa lalunya secara menyeluruh, aku harap dia bisa bersabar. Aku akan menjadi pahlawan untuknya."

***

Love

Fiby Rinanda🐝
16 Maret 2019
Revisi: 4 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top