🏀 Praevia : Fiona Natasya
Halley : Ultimum Telum
-.-.-.-.-.-
Nama : Fiona Natasya
Lahir :
Kelas : XI MIPA 3
Visual : Kim Sohyun
-.-.-.-.-.-
Jabatan : Penasehat Capella
Ranking : 12/100 Jurusan MIPA kelas XI
Gelar : Countess
Keunggulan : Menyanyi, piano
Hobi : Memasak
🏀🏀🏀
Fiona menatap punggung Ace yang menjauh dengan tatapan sendu. Semenjak dirinya divonis amnesia tiga tahun yang lalu oleh seorang dokter bernama Hendrawan Nasution sekaligus senior Alvian Orlando, hidup Fiona berubah drastis. Fiona melupakan segalanya, melupakan masa lalunya yang pernah hadir dalam kehidupannya, melupakan kenangan yang bahkan tidak pernah Fiona duga, entah itu kenangan yang indah atau kenangan buruk.
Dokter Hendra dengan raut wajah penuh sesal mengatakan kalau Fiona mengalami amnesia bukan karena benturan benda keras atau kecelakan lalu lintas, tetapi karena trauma dan tekanan batin.
Lantas, apakah Fiona boleh tahu alasan dia mengalami kejadian buruk itu?
Dari sekian banyak ingatan Fiona yang hilang, hanya satu yang tersisa yaitu sahabat semasa kecilnya Aceville Orlando. Fiona mengingat kalau dahulu Ace adalah anak dengan senyuman yang paling menawan, sangat jahil kepada orang-orang yang menurutnya lucu. Ace juga tidak akan ragu untuk memarahi, jika Fiona melakukan kesalahan dan dengan senang hati memberi arahan untuk memperbaiki kesalahannya. Tetapi saat ini, Ace hanyalah seorang cowok yang dingin dan sedikit kejam kepada siapa pun. Fiona bahkan hampir tidak mengenali Ace ketika mereka berdua bertemu di rumah sakit.
Ace datang tanpa senyuman.
“Keila! Fiona!” Belum Fiona menoleh karena namanya dipanggil oleh seseorang, Fiona merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat.
Fiona tak bisa menahan senyumannya ketika hidungnya menangkap aroma parfum manis yang menguar. Seseorang memeluknya tadi adalah Silla, sahabat sekaligus teman sebangku Fiona yang sangat cerewet. Silla datang bersama April dan Inge sahabatnya juga yang berasal dari kelas lain.
“Wah, aku gak nyangka kalau kalian sudah datang, apalagi April yang jarang sekali bangun pagi ketika liburan,” sindir Keila yang langsung dihadiahi pelototan galak dari April.
“Banyak juga yang datang,” komentar Inge ketika melihat suasana yang ada disekitarnya yang tampak meriah.
“Cewek mana sih yang gak mau lihat Dava,” timpal Silla seraya mengibaskan rambut hitam panjang yang selalu dia bangga-banggakan.
Fiona sedikit mengerutkan keningnya ketika mendengar perkataan Silla. “Dava siapa? Tadi Juna juga bilang Dava.”
Silla dan Keila melotot bebarengan, sedikit tidak percaya pertanyaan Fiona. “Kamu enggak tahu siapa itu Dava?”
Fiona nyengir seraya memegang tengkuknya, kemudian menggeleng semangat. Fiona berpikir kalau diantara sahabatnya yang lain, dirinyalah yang kurang memerhatikan lingkungan sekitarnya.
“Dava Ferdiansyah atau biasa dikenal sebagai pangeran basket, seorang jenius olahraga basket dari Andromeda. Dava terkenal karena timnya mendapat juara pertama di pertandingan nasional tingkat SMP beberapa tahun yang lalu. Sejak berada di Andromeda, Dava banyak sekali menyumbang penghargaan. Selain itu, Dava punya wajah yang super ganteng, banyak sekali cewek-cewek yang pengen jadi pacarnya. Berita baiknya dia sampai sekarang masih jomblo,” jelas Silla panjang lebar.
“Jangan-jangan Silla tiap hari stalker Dava,” ledek April yang langsung dihadiahi cubitan kecil oleh Silla.
Keila tertawa kemudian berdeham pelan. “Gosip yang aku dengar dari Lukman, Dava mau pindah ke Bimasakti. Hebat banget 'kan?”
"Kali ini ada untungnya gosip dari Lukman. Kalau Dava sekolah di Bimasakti, sekolah kita semakin gak terkalahkan dan Pak Julian gak akan nangis selama seminggu," kata Inge seraya tersenyum kecil membayangkan Pak Julian menangis lagi.
"Kira-kira Lukman dapat info dari siapa ya?" tanya Fiona. Sebenarnya dia bingung kenapa teman sekelasnya yang sangat ajaib itu bisa mendapatkan informasi yang sulit dan sangat fenomenal.
"Ada dua kemungkinan sih," jawab Silla seraya mengangkat kedua bahunya. "Pertama, Lukman tahu dari Raden Kino. Kalian tahu sendiri kalau Kino dekat sama Dava, mungkin dia juga yang memberitahu Lukman. Kedua, Liam enggak sengaja membocorkan rahasia sekolah--"
April menggeleng keras. "Liam bukan orang yang gampang bocor, apalagi hal ini bukan hal yang sepele. Jadi menurutku, Kino yang bocor."
"Aku juga mikirnya Kino yang bocor," dukung Keila.
Saat ini, kelima cewek itu sudah duduk manis di tribun penonton sambil menyanyikan yel-yel yang mereka hafalkan sebelumnya. Fiona dan keempat temannya berseru heboh sambil memanggil nama-nama teman mereka yang akan berjuang ketika segerombolan cowok-cowok dengan tubuh tinggi dan atletis yang terbalut kain merah marun mulai memasuki lapangan. Keila yang paling keras berteriak ketika Juna tetangganya melambai-lambaikan tangannya dengan semangat, tapi setahu Fiona temannya itu sangat membenci Juna.
Tetapi dimana Ace?
“Fio, kamu enggak kasih tahu kalau si pangeran ganteng dateng buat nonton pertandingan basket,” kata Inge menyenggol lengan Fiona. “Tapi kayaknya pangeran udah diculik tuh sama Lukman dan Bagas.”
Menanggapi perkataan dari Inge, Fiona tersenyum geli ketika melihat Ace tampak risih ketika tangannya diseret-seret oleh teman sekelasnya yang bernama Lukman dan Bagas. Mereka bertiga duduk di tribun bagian bawah, bergabung dengan kakak-kakak dari kelas Jupiter atau kelas 12. Fiona juga melihat Avegas yang datang terlambat dan langsung dihadiahi umpatan dari teman-temannya.
Tribun Andromeda bersorak tak kalah ricuh dari Bimasakti. Segerombolan anak-anak basket dengan jersey warna hijau berjalan ke tengah lapangan lengkap dengan gaya-gaya aneh layaknya model kelas internasional. Fiona hampir sempat mengira kalau Tim Basket Andromeda adalah kelompok model karena mereka semua tampak sangat percaya diri.
“Mana yang namanya Dava?” tanya Fiona penasaran.
“Itu yang tinggi dan agak gembul dikit, tapi jangan kaget melihat perutnya soalnya ada harta karunnya,” jawab Inge dengan semangat seraya menunjuk salah satu cowok dari tim Andromeda.
"Perut?" tanya Fiona dengan wajah kosong seraya menatap Inge yang tampak salah tingkah.
"Roti sobek, Fio. Jangan bilang kamu gak tahu apa itu," jawab Inge dengan berbisik.
Sering lihat punya Ace.
Fiona memicingkan matanya untuk melihat lebih detail sosok Dava Ferdiansyah yang katanya mampu menggetarkan hati cewek-cewek dengan kedipan matanya. Seperti apa yang dikatakan Inge, Dava bertubuh tinggi dan terlihat agak berisi. Fiona mengakui bahwa Dava mempunyai tatapan tajam sekaligus lembut dan paras wajah yang tampan. Selain itu, Dava begitu gesit yang sejujurnya mengherankan mengingat tubuhnya yang sedikit berisi. Cowok itu tahu apa yang harus dilakukannya, hal itu membuat Fiona mulai mengagumi sosok itu.
“Wah, Dava benar-benar keren. Dia paling menonjol. Mungkin sebelum pertandingan dimulai cowok itu udah semedi di Goa Hantu,” ucap Silla sedikit bercanda.
Fiona kembali mengamati Dava, entah kenapa Fiona merasakan pernah mengenal cowok itu sebelum dia kehilangan ingatannya. Dirinya pernah melihat tatapan serius itu ketika Dava berusaha menghindari Juna yang menghadangnya, pernah melihat Dava marah ketika teman satu timnya terjatuh karena terdorong, dan pernah melihat senyuman itu ketika Dava berhasil mencetak poin untuk Andromeda.
Apakah dia memang pernah bertemu dengan Dava sebelumnya?
“Kalau gini sekolah kita bisa kalah, Bimasakti tertinggal jauh,” ucap Silla khawatir ketika melihat skor selisih antara Bimasakti dan Andromeda.
“Juna benar-benar enggak cocok jadi anak basket, coba kalau Juan yang ikut pasti Bimasakti bisa unggul,” gerutu Keila seraya menatap Arjuna yang sedang memegangi lututnya karena terjatuh sewaktu menerima oper bola.
Mendengar ucapan teman-temannya membuat Fiona sedikit panik. Perlu diketahui bahwa Bimasakti sangat membenci kekalahan dan seandainya mereka kalah dengan Andromeda di babak final ini, Julian Linggarjati selaku kepala sekolah Bimasakti akan mendisplinkan tim basket Antares dengan keras sampai mereka berhasil meraih kemenangan. Tantangan yang sulit dan hampir menguras tenaga, Fiona tidak mau jika teman-temannya mendapat hukuman dari Pak Julian.
Meskipun jarak tempat duduk Fiona dan Ace lumayan jauh, namun Fiona dapat melihat Ace memberi isyarat kepada Chiko selaku Kapten Antares. Cewek itu sama sekali tidak mengerti arti isyarat dari Ace. Reaksi Chiko setelah melihat isyarat Ace adalah ragu-ragu sebelum mengangguk kepada Ace.
“Bagian yang paling seru, Kak Chiko akan melawan Dava.”
Kak Chiko menghadang Dava yang sedang men-driblle bola basket. Fiona bisa melihat kalau mereka sedikit berbicara. Reaksi Dava ketika berhadapan dengan Chiko sangat terkejut dan akhirnya Chiko berhasil mendapatkan bola dan mencetak poin untuk Bimasakti.
“Kenapa si Dava? Dia terlihat kacau dan enggak fokus ketika melawan Kak Chiko,” tanya April seraya menatap teman-temannua.
Inge memekik frustasi ketika melihat keadaan Dava yang kacau. “Gimana kalau pangeranku sakit? Apa aku harus memberinya napas buatan?”
Silla mencibir. “Emang napas buatanmu bakal manjur?”
Inge dan April berteriak kaget ketika Dava terjatuh terguling-guling. Entah kenapa ketika melihat keadaan Dava, Fiona mendadak khawatir. Kemungkinan besar karena ekspresi Dava yang begitu kesakitan ketika dipapah oleh teman-temannya menuju pinggir lapangan.
“Cideranya serius?” tanya Fiona khawatir.
“Mungkin, dia terlihat kesakitan. Aku pernah jatuh dari sepeda dan rasanya sakit banget kalau diingat-ingat,” jawab Silla sedikit bernostalgia.
“Aku ingin jadi bagian divisi kesehatan Andromeda, siapa tahu aku bisa menolong Dava,” ucap Inge sama khawatirnya dengan yang lain.
Keila mendesah. "Untung saja Bimasakti masih punya Ace dan Kak Galan. Mereka salah satu anak Altair yang bisa dipercaya. Jadi kalau ada atlet kita yang cidera, mereka tahu apa yang harus diperbuat."
“Apa hanya aku yang sadar kalau Dava diganti sama pemain lain Bimasakti menang?” tanya April.
"Saat ini sudah ronde ketiga, aku ragu Andromeda kalah lagi," ucap Keila seraya mengangguk mantap. "Pertandingan hari ini sangat menarik."
Ketika sedang asyik mendengar argumen teman-temannya Fiona hanya diam mematung karena kaget ketika dia tak sengaja bertatapan dengan Dava. Seperti Fiona, Dava juga terlihat kaget meski sedikit kesakitan. Mereka beratatapan lama sekali dan entah kenapa Fiona sangat menginginkan interaksi diantara mereka berdua.
Tiba-tiba Fiona mendengar suara berdenging memilukan. Dunia Fiona seakan-akan berputar-putar membentuk bayangan abu-abu asing yang menyiksa. Itu semua terjadi karena beberapa potongan-potongan masa lalu yang datang secara tiba-tiba.
Kenapa semuanya terjadi sekarang?
Pandangan Fiona mengabur dan kemudian gelap.
Tetapi sebelum Fiona pingsan, samar-samar dia mendengar Ace meneriaki namanya.
***
Character Unlocked
Nama : Keila Allise Handoyo
Kelas : XI MIPA 4
Visual : Jeon Heejin
Nama : Silla Titania
Kelas : XI MIPA 3
Visual : Kim Yeri
Nama : April Evansky
Kelas : XI MIPA 3
Visual : Kang Mina
Nama : Inge Fajar Pradipta
Kelas : XI MIPA 3
Visual : Eunchae
Love
Fiby Rinanda🐝
9 Februari 2019
Revisi: 2 April 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top